KalbarOnline.com – Biden-Harris 2020. Tulisan itu terpampang dalam ukuran besar di kaus yang dipakai mantan Direktur FBI James B. Comey.
Seperti ditulis The Washington Post, Comey juga mengangkat mug berisi kopi dengan tulisan senada. Fotonya yang tengah tersenyum itu diunggah di akun Twitter-nya pada hari H pemungutan suara di AS.
’’Berikan suara untuk negaramu,’’ cuit Comey menyertai unggahan fotonya seperti dikutip The Washington Post.
Padahal, Comey dulu adalah pendukung Republik. Tapi, dalam pemilihan presiden (pilpres) kali ini, dia berbelok arah.
Dia bukan satu-satunya tokoh Republik yang berubah haluan. Mantan Pengacara Presiden AS Donald Trump, Michael Cohen, melakukan hal serupa. Dia mengunggah foto sedang membawa stiker bertulisan I Voted. Dia menandai kandidat Demokrat dalam unggahannya.
Setali tiga uang, Gubernur Vermont Phil Scott melakukan hal serupa. Dia mengaku membelot dan menyerahkan suaranya ke Demokrat. Scott mengaku tidak pernah melakukan hal seperti itu seumur hidupnya.
’’Saya tidak pernah memilih seorang Demokrat untuk jadi presiden,’’ terang Scott.
Butuh perenungan yang cukup lama bagi Scott sebelum akhirnya sampai pada keputusan untuk memilih Joe Biden dan Kamala Harris. Dia tidak satu suara dengan sang petahana, Donald Trump. Tapi, absen memilih tidaklah cukup. Dia ingin membuat perubahan dengan memilih Biden.
Scott mengungkapkan bahwa keputusannya termotivasi dari sikap Trump yang tidak mampu menyatukan negara selama empat tahun menjabat. Akhirnya dia harus membuat keputusan sulit untuk memilih antara negara atau partai. Scott mengambil pilihan pertama.
’’Faktanya, saya tidak setuju pada beberapa kebijakan Joe Biden. Tapi, saya rasa dia bisa menyembuhkan negara ini. Dia bisa membuat kita bersatu,’’ tegasnya.
Tiga tokoh Republik itu sengaja mengunggah dukungannya pada Demokrat di media sosial. Harapannya tentu saja mendulang suara untuk kubu Biden. Orang-orang yang dulu bekerja di pemerintahan Trump juga mengalihkan dukungan ke Biden.
Pilpres kali ini memang yang paling kontroversial dan sengit. Fenomena beralih dukungan seperti itu juga terjadi di kubu Republik.
Beberapa tokoh Demokrat justru menyeberang ke Republik. Mantan Gubernur Illinois Rod Blagojevich menyebut dirinya seorang Trump-ocrat.
Blagojevich pindah ke lain hati setelah Trump meringankan hukumannya. Pada 2009 dia dilengserkan dari jabatannya karena tersandung kasus korupsi.
Kasus itu pula yang mengantarkannya ke penjara. Beberapa hari lalu dia hadir di rapat kampanye pro-Trump di Chicago. Di acara itu, dia memuji Trump karena berhasil mengubah Partai Republik.
Legislator Georgia Vernon Jones melakukan hal serupa. Dulu politikus berkulit hitam itu menyebut dirinya seorang Demokrat seumur hidup. Tapi, dalam Konvensi Nasional Republik, dia berpidato mendukung Trump.
Meski dua partai terbesar di AS itu sama-sama memiliki fenomena ’’membelot”, kebanyakan adalah kubu Republik yang pindah ke Demokrat. Mereka tidak hanya memberikan dukungan untuk Biden, tapi benar-benar pindah partai.
Comey yang dipecat pada 2017 menyatakan bukan lagi seorang Republik karena partainya mendukung Trump. Cohen di lain pihak berpindah-pindah bak kutu loncat dari Republik ke Demokrat dan sebaliknya. Namun, sejak 2018 dia memutuskan keluar dari Grand Old Party (GOP) yang menjadi sebutan Republik.
Daftar tokoh Republik lainnya yang mendukung Biden, antara lain, mantan Direktur Komunikasi Komite Nasional Republik Ryan Mahoney, mantan Menteri Luar Negeri Colin Powell, mantan Ketua Komite Nasional Republik Michael Steele, mantan kandidat presiden Carly Fiorina, dan keluarga mendiang senator John McCain.
Selain itu, ada deretan mantan gubernur Republik yang menyerahkan dukungan ke Biden. Yaitu, Rick Snyder dari Michigan, John Kasich dari Ohio, Tom Ridge dari Pennsylvania, dan Christine Todd Whitman dari New Jersey.
Deretan mantan staf Trump yang memilih mendukung Biden juga tak kalah banyak. Salah satunya, penasihat senior satuan tugas Covid-19 di Gedung Putih Olivia Troye. September lalu dia menyatakan, respons Trump atas pandemi yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa dia abai terhadap hidup manusia.
AS berada di posisi teratas sebagai negara dengan angka kasus dan kematian tertinggi secara global. Hingga kemarin total ada 9.696.175 kasus dan 238.677 kematian di AS. Pekan lalu dia sudah memberikan suara lebih dulu untuk Demokrat. Troye memakai masker bertulisan Republican Voters Against Trump.
Baca juga:
- Trump Merasa Dicurangi dan Ancam ke MA, Pilpres AS Berujung Sengketa?
- Soal Pilpres AS, Presiden Iran: Bukan Presidennya, tapi Kebijakannya
Beberapa tokoh Republik lainnya menyatakan tidak akan memilih Trump, tapi juga tidak memilih Biden alias golput. Misalnya, mantan penasihat keamanan nasional John Bolton. Senator Mitt Romney dan mantan Presiden George W. Bush tidak mengungkap siapa yang mereka pilih. Tapi, Romney menegaskan tidak memilih Trump.
Dukungan untuk Biden dari tokoh Republik memang banyak. Tapi, apakah bisa mengerek perolehan suaranya hingga merebut kursi Trump, itu yang masih menjadi tanda tanya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment