KalbarOnline.com – Virus Korona menular melalui droplet atau tetesan dari orang ke orang. Berdasar itu sangat penting untuk memakai masker untuk mencegah penularan virus Korona. Dan ternyata, tingkat kelembaban udara dan iklim di suatu wilayah bisa mempengaruhi penyebaran droplet.
Para peneliti di Singapura telah mengembangkan simulasi yang lebih akurat memodelkan penyebaran tetesan ketika seseorang dengan Covid-19 batuk di lingkungan tropis seperti Singapura. Tim dari Institut Komputasi Kinerja Tinggi Badan Sains, Teknologi dan Riset (A * Star) mengatakan dengan kemampuan untuk simulasi ini, mereka bekerja dengan badan publik untuk merencanakan batasan jumlah masyarakat dan langkah-langkah manajemen yang aman.
- Baca juga: Peneliti AS Temukan Teknologi Deteksi Pasien OTG Covid-19 Lewat Batuk
Direktur eksekutif institut bernama Lim Keng Hui mengatakan kepada The Straits Times bahwa penyebaran tetesan batuk, juga dikaitkan dengan iklim. Singapura sendiri memiliki iklim tropis.
“Itulah sebabnya kami menggunakan beberapa kondisi lingkungan dengan kelembaban yang sesuai (tingkat) di Singapura. Sebaran tetesan di iklim tropis akan sangat berbeda dari iklim sedang, yang akan lebih kering,” katanya seperti dilansir dari AsiaOne.
Rekan peneliti Kang Chang Wei menambahkan bahwa beberapa penelitian sebelumnya juga membuat asumsi tentang tetesan saat mereka terbang di udara, yang tidak berlaku di Singapura. Kang yang merupakan ilmuwan senior di institut tersebut, mengatakan bahwa penelitian lain ini mengasumsikan bahwa tetesan akan menguap sepenuhnya selama terbang dan menghilang, atau tidak menguap sama sekali.
Namun, dalam iklim lembab Singapura berbeda. Tetesan batuk yang kuat akan menguap sebagian, meninggalkan tetesan yang lebih kecil. Lalu kemudian dapat terbawa lebih jauh oleh angin.
Para ilmuwan memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam simulasi mereka, yang diterbitkan dalam jurnal Physics of Fluids pada 3 November. Bekerja sama dengan National Supercomputing Center, mereka memasukkan kombinasi fisika dan persamaan matematika, berdasarkan studi sebelumnya tentang virus Korona, ke dalam superkomputer untuk menghasilkan simulasi mereka.
Akurasi simulasi selanjutnya diverifikasi oleh Institut Penelitian dan Teknik Material A * Star, yang menggunakan generator aerosol untuk membuat ulang skenario simulasi dalam kehidupan nyata.
Penyebaran tetesan batuk antara dua orang yang berdiri terpisah 1 meter, menurut simulasi oleh para ilmuwan dari Agency of Science, Technology and Research. Meski tetesan dengan berbagai ukuran dihasilkan saat batuk, Kang mengatakan 100µm adalah ukuran rata-rata tetesan, dan 2m/s adalah kecepatan angin rata-rata di Singapura.
Para peneliti menambahkan bahwa dalam simulasi mereka saat ini, langkah-langkah menjaga jarak di Singapura efektif dalam mengurangi risiko penyebaran Covid-19.
“Penelitian kami telah menunjukkan bukti ilmiah bahwa sangat penting untuk memakai masker, mempraktikkan kebersihan pribadi yang baik, menjaga jarak sosial, dan memastikan lingkungan berventilasi baik. Karena semua hal ini membantu menurunkan risiko penularan secara kolektif,” tegasnya.
Comment