Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Jumat, 20 November 2020 |
KalbarOnline.com – Sejak awal pandemi virus Korona, para ilmuwan mengamati bahwa anak-anak bukan menjadi kelompok yang rentan terhadap Covid-19. Namun sebuah kasus aneh dan tidak biasa terjadi di Australia yang dialami keluarga muda dari Melbourne.
Dalam keluarga beranggotakan lima orang, kedua orang tua terjangkit Covid-19 setelah menghadiri pernikahan dan tanpa membawa anak mereka. Namun, gejala tersebut tidak muncul sampai beberapa hari setelah mereka kembali dari acara tersebut.
Meski demikian, tanpa diketahui, mereka telah membawa SARS-CoV-2 ke rumah mereka, dan menularkan pada anak-anak mereka. Begitu kedua orang tuanya mengalami gejala termasuk batuk, hidung mampet, demam, dan sakit kepala, lalu seluruh keluarga pun dilacak kontak eratnya. Orang tuanya positif. Hasil tes anak-anak negatif.
“Sungguh menakjubkan karena anak-anak menghabiskan satu setengah minggu bersama kami sementara kami positif,” kata sang ibu, Leila Sawenko, kepada ABC News.
Hanya saja, petugas kesehatan meminta keluarga untuk mengulangi tes. Akan tetapi tes anak-anak kembali negatif Covid-19. Padahal dua anak laki-laki dalam keluarga (usia 9 tahun dan 7 tahun) mengalami gejala ringan.
Anak bungsu, perempuan berusia 5 tahun, tetap tanpa gejala dan hanya tidur saja. Penasaran dengan hasil negatif yang dialami anak-anaknya, peneliti meminta keluarga untuk mengambil bagian dengan menganalisis lewat tes serologi seperti sampel darah, air liur, tinja, dan urine mereka, dan mengambil usap hidung dan tenggorokan setiap dua hingga tiga hari.
Anehnya, meski tes reaksi rantai polimerase (PCR) berulang menunjukkan anak-anak secara konsisten SARS-CoV-2 PCR negatif, para peneliti menemukan antibodi spesifik SARS-CoV-2 dalam air liur semua anggota keluarga, dan dalam pengujian serologi terperinci. Dengan kata lain, anak-anak tersebut tidak pernah sampai parah dan positif terkena virus. Keterpaparan terhadap virus memicu respons kekebalan di dalam diri mereka untuk melawan infeksi.
“Anak bungsu, yang tidak menunjukkan gejala sama sekali, memiliki respons antibodi terkuat,” kata ahli imunologi Melanie Neeland dari Murdoch Children’s Research Institute (MCRI) seperti dilansir dari Science Alert, Jumat (20/11).
“Meski respons sel kekebalan aktif pada semua anak, tingkat sitokin dan peradangan pada anak tetap rendah. Bisa gejala ringan atau tanpa gejala,” jelas peneliti.
Untungnya, semua anggota keluarga yang sakit kini sudah sembuh. Masih diselidiki mengapa anak-anak bisa mengembangkan kekebalan.
“Studi ini adalah langkah pertama kami untuk melihat secara mendalam pada sistem kekebalan anak-anak dan untuk melihat komponen apa yang mungkin merespons virus,” kata penulis pertama studi tersebut, dokter anak Shidan Tosif dari Universitas Melbourne kepada The Age.
Faktanya anak-anak dapat mematikan virus Korona sebelum menginfeksi lebih luas di tubuh mereka. Dan bahkan tanpa menunjukkan hasil tes yang positif. Justru mereka bisa memiliki sistem kekebalan yang mampu merespons dan menangani virus secara efektif.
Dampaknya, para peneliti berpikir bahwa anak-anak tersebut benar-benar terinfeksi oleh virus, tetapi sistem kekebalan mereka mampu meningkatkan reaksi anti-virus yang sangat efektif dalam membatasi replikasi virus. Berbeda kondisinya dibanding orang tua mereka. Penemuan ini juga sudah dilaporkan di jurnal Nature Communications.
“Ketidaksesuaian antara hasil PCR virologi dan uji serologis klinis pada anak, jelas mereka sebetulnya terpapar Covid-19 tapi bisa dilawan dengan kekebalan tubuh mereka dan tak jadi parah,” tulis para peneliti.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Sejak awal pandemi virus Korona, para ilmuwan mengamati bahwa anak-anak bukan menjadi kelompok yang rentan terhadap Covid-19. Namun sebuah kasus aneh dan tidak biasa terjadi di Australia yang dialami keluarga muda dari Melbourne.
Dalam keluarga beranggotakan lima orang, kedua orang tua terjangkit Covid-19 setelah menghadiri pernikahan dan tanpa membawa anak mereka. Namun, gejala tersebut tidak muncul sampai beberapa hari setelah mereka kembali dari acara tersebut.
Meski demikian, tanpa diketahui, mereka telah membawa SARS-CoV-2 ke rumah mereka, dan menularkan pada anak-anak mereka. Begitu kedua orang tuanya mengalami gejala termasuk batuk, hidung mampet, demam, dan sakit kepala, lalu seluruh keluarga pun dilacak kontak eratnya. Orang tuanya positif. Hasil tes anak-anak negatif.
“Sungguh menakjubkan karena anak-anak menghabiskan satu setengah minggu bersama kami sementara kami positif,” kata sang ibu, Leila Sawenko, kepada ABC News.
Hanya saja, petugas kesehatan meminta keluarga untuk mengulangi tes. Akan tetapi tes anak-anak kembali negatif Covid-19. Padahal dua anak laki-laki dalam keluarga (usia 9 tahun dan 7 tahun) mengalami gejala ringan.
Anak bungsu, perempuan berusia 5 tahun, tetap tanpa gejala dan hanya tidur saja. Penasaran dengan hasil negatif yang dialami anak-anaknya, peneliti meminta keluarga untuk mengambil bagian dengan menganalisis lewat tes serologi seperti sampel darah, air liur, tinja, dan urine mereka, dan mengambil usap hidung dan tenggorokan setiap dua hingga tiga hari.
Anehnya, meski tes reaksi rantai polimerase (PCR) berulang menunjukkan anak-anak secara konsisten SARS-CoV-2 PCR negatif, para peneliti menemukan antibodi spesifik SARS-CoV-2 dalam air liur semua anggota keluarga, dan dalam pengujian serologi terperinci. Dengan kata lain, anak-anak tersebut tidak pernah sampai parah dan positif terkena virus. Keterpaparan terhadap virus memicu respons kekebalan di dalam diri mereka untuk melawan infeksi.
“Anak bungsu, yang tidak menunjukkan gejala sama sekali, memiliki respons antibodi terkuat,” kata ahli imunologi Melanie Neeland dari Murdoch Children’s Research Institute (MCRI) seperti dilansir dari Science Alert, Jumat (20/11).
“Meski respons sel kekebalan aktif pada semua anak, tingkat sitokin dan peradangan pada anak tetap rendah. Bisa gejala ringan atau tanpa gejala,” jelas peneliti.
Untungnya, semua anggota keluarga yang sakit kini sudah sembuh. Masih diselidiki mengapa anak-anak bisa mengembangkan kekebalan.
“Studi ini adalah langkah pertama kami untuk melihat secara mendalam pada sistem kekebalan anak-anak dan untuk melihat komponen apa yang mungkin merespons virus,” kata penulis pertama studi tersebut, dokter anak Shidan Tosif dari Universitas Melbourne kepada The Age.
Faktanya anak-anak dapat mematikan virus Korona sebelum menginfeksi lebih luas di tubuh mereka. Dan bahkan tanpa menunjukkan hasil tes yang positif. Justru mereka bisa memiliki sistem kekebalan yang mampu merespons dan menangani virus secara efektif.
Dampaknya, para peneliti berpikir bahwa anak-anak tersebut benar-benar terinfeksi oleh virus, tetapi sistem kekebalan mereka mampu meningkatkan reaksi anti-virus yang sangat efektif dalam membatasi replikasi virus. Berbeda kondisinya dibanding orang tua mereka. Penemuan ini juga sudah dilaporkan di jurnal Nature Communications.
“Ketidaksesuaian antara hasil PCR virologi dan uji serologis klinis pada anak, jelas mereka sebetulnya terpapar Covid-19 tapi bisa dilawan dengan kekebalan tubuh mereka dan tak jadi parah,” tulis para peneliti.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini