Sutarmidji Sebut Menkes Sudah Rajin Kirim Vaksin ke Kalbar
KalbarOnline, Pontianak – Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji menyebut distribusi vaksin Covid-19 dari Kementerian Kesehatan ke Kalimantan Barat saat ini sudah mulai lancar. Hal ini berbanding lurus dengan semangat pihaknya yang terus menggencarkan pelaksanaan vaksinasi untuk mengejar target cakupan vaksinasi di provinsi itu agar terciptanya herd immunity atau kekebalan kelompok.
“Sekarang kita gencarkan vaksin. Alhamdulillah kemarin vaksin yang datang 70 sampai 100 ribuan, ini bisa diselesaikan lima hari. Kalau habis, kita minta lagi. Sekarang pusat sudah rajin ngirim vaksin ke kita,” kata Sutarmidji kepada wartawan di Pendopo Gubernur Kalbar, Senin, 30 Agustus 2021.
“Sekarang sudah lancar, saya tak tahu apakah karena saya protes atau memang vaksinnya sudah ada,” katanya lagi.
Sebelumnya, Sutarmidji sempat melayangkan protes keras kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin lantaran daerahnya disebut satu dari lima terendah cakupan vaksinasi Covid-19.
Menurut Midji, berdasarkan hitungan pihaknya, vaksin yang dibutuhkan Kalimantan Barat mencapai 7,6 juta untuk dosis pertama dan kedua. Jumlah tersebut belum ditambah dengan kebutuhan vaksin untuk usia 12-17 tahun. Sementara vaksin yang sudah diterima, sebanyak 1,34 juta dosis atau sekitar 17 persen dari target.
“Nah, capaian vaksin pertama itu sudah 16 persen. Artinya kinerja kita bagus, karena vaksin yang dikirimkan ke kita sudah 90 persen lebih digunakan,” kata Midji.
Lucunya, kata Midji, dari total vaksin yang sudah dikirim ke Kalbar yakni sekitar 17 persen justru dikomparasikan dengan daerah yang menerima distribusi vaksin lebih besar dari angka tersebut.
“Kalau diranking tentu kita di bawah. Kecuali Menkes sudah kirim kita 30 persen dari kebutuhan atau target, tapi cakupan kita baru 16 persen. Baru boleh marah. Itu yang saya protes. Harusnya kirim berapa, capaiannya berapa. Rasionalnya kan begitu. Ini suka aneh-aneh saja. Artinya droping dari pusat. Droping saja banyak-banyak ke kita. Nanti lihat capaiannya berapa. Sementara Menkes kirim baru 17 persen, capaian pertama kita 16 persen, apa yang salah? Yang salah itu vaksin tak dikirim,” kata Midji.
Menurut Midji wajar jika cakupan vaksinasi DKI Jakarta sudah 105 persen lantaran distribusi vaksin ke daerah itu sangat banyak dibandingkan dengan daerah lain. Namun demikian, diakui Midji, saat ini distribusi vaksin untuk Kalbar sudah mulai lancar.
“Saya harap jangan lagi pakai protes-proteslah, adil saja, masyarakat Kalbar kan warga Indonesia juga. Memangnya DKI saja warga Indonesia sehingga harus banyak-banyak dikirim vaksin. Kalau mau adil, misalkan provinsi A dikirim 20 persen vaksin, provinsi lain juga harus 20 persen. Jangan sampai jomplang, nanti baru sindir-sindir,” kata Midji.
“Bagaimana kita mau capai 105 persen, kalau vaksinnya dikirim kurang dari itu. Makanya saya bilang kalau boleh disuntikan pakai air hujan, mungkin warga Kalbar sudah disuntik semua. Tapi kan harus disuntik vaksin, sementara vaksin juga harus nunggu kiriman pusat,” timpalnya.
Dia pun berharap agar ke depannya distribusi vaksin terus berjalan lancar, sehingga Kalbar dapat segera mengejar target yang ditentukan.
“Kalbar ini lancar, saya hitung dalam sehari se-Kalbar bisa kurang lebih 15-20 ribu orang divaksin. Jarak antara cakupan vaksinasi pertama dan kedua itu kan tak jauh, hanya sekitar empat persen saja. Tinggal nunggu waktu saja. Saya lihat tergantung vaksinnya saja. Kalau kita cepat saja nyuntikan. Malahan banyak yang mau kontribusi, ada organisasi, parpol dan sebagainya mau kontribusi, kita siap saja tapi kalau vaksinnya ada. Malah ada beberapa parpol minta kuota vaksin, boleh saja, tapi tergantung ada atau tidaknya vaksin,” katanya.
Namun demikian, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kabupaten/kota untuk terus meningkatkan cakupan vaksinasi. Gubernur, kata Midji, diberikan kewenangan untuk merealokasi vaksin yang ada.
“Jadi kalau ada daerah tidak bisa mempercepat cakupan vaksinasinya tidak ada alasan lagi. Tidak ada lagi alasan tidak ada stok vaksin, karena vaksin itu sudah dialokasikan per kabupaten/kota oleh Kementerian Kesehatan. Bahkan siapa yang divaksin pun tercatat dan terintegrasi by name by address,” kata Midji.
Dengan demikian, jumlah orang yang divaksin seluruhnya dapat terpantau. Sehingga, kata Midji, tak ada lagi alasan bagi daerah untuk beralasan tak memiliki stok vaksin.
“Seperti Sambas kemarin mengatakan tidak ada vaksin lagi, berdasarkan catatan kita Sambas kemarin punya 13 ribu vaksin, itu hitungan di luar untuk vaksin dosis pertama dan kedua, ternyata masih ada 13 ribu,” kata Midji.
Beda halnya dengan Kota Pontianak, Singkawang, dan Kabupaten Melawi. Midji bilang, vaksin untuk tiga daerah justru kurang. Kota Pontianak sendiri, kata Midji, kekurangan sekitar 20 ribu vaksin. Di mana cakupannya sudah hampir mencapai 40 persen dari target. Kekurangan 20 ribu harus segera ditutupi. Menurut dia, daerah-daerah yang vaksinnya justru kurang, dinilai gencar melaksanakan vaksinasi. Artinya, kata dia, kuota vaksin yang ada sudah digunakan.
“Kecuali untuk merk tertentu, jangan sampai misalnya Moderna, itu harus dihitung betul. Kalau untuk booster nakes kan sudah ada vaksinnya, saya harap satu bulan ini selesai semua. Nah yang untuk masyarakat yang gunakan Moderna, mohon dicadangkan juga untuk vaksinasi dosis kedua. Kecuali Sinovac, vaksinnya cukup banyak. Sehingga kalau ada datang Sinovac misalnya 70 ribu, disuntikan semuanya juga tidak apa-apa, karena vaksinnya banyak,” kata Midji. (Jau)
Comment