KalbarOnline, Pontianak – Penjabat (Pj) Gubernur Kalbar, Harisson angkat bicara terkait penanganan kasus Hety Karmila (26 tahun), seorang bidan perkebunan kelapa sawit yang ditemukan tewas di Perumahan Pondok II PT Belian Estate, Kecamatan Semitau, Kabupaten Kapuas Hulu, Senin (23/10/2023) lalu.
Harisson meminta kepada penegak hukum untuk melakukan penyelidikan secara efektif dan segera mengungkap secara jelas tentang penyebab meninggalnya Hety.
“Saya minta kepolisian melakukan penyelidikan efektif untuk mengungkap penyebab kematian korban. Tenaga kesehatan kita ini sedikit, tolong jangan disiakan,” jelas Harisson kepada wartawan, Senin (30/10/2023).
Harisson khawatir, bahwa kasus ini bakal berdampak pada minat para tenaga kesehatan (nakes) untuk bekerja di daerah-daerah terpencil. Oleh karenanya, ia juga meminta kepada pihak perusahaan untuk bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan para nakesnya.
“Kalau nakes khawatir, atau malah jera bertugas atau tinggal di suatu tempat? Maka kasihan masyarakatnya, tidak ada nakes yang melayani mereka,” tegas Harisson.
Dirinya pun mengaku telah meminta Kepala Dinas Kesehatan Kalbar untuk berkoordinasi dengan Pemkab Kapuas Hulu dan pihak perusahaan terkait perjanjian kerjasama dalam merekrut nakes.
“Jangan sampai ada indikasi bahwa pihak perusahaan berusaha menutup kasus ini,” ujar Harisson.
Seperti diketahui, sepekan setelah Hety Karmila meninggal dunia, pihak kepolisian masih belum memberikan keterangan konkret terkait apa dugaan penyebab kematian yang bersangkutan.
Alih-alih memberikan kepastian, polisi hanya meminta kepada orang tua kandung Hety, Bugissius, untuk bersabar dan banyak berdoa.
“Polisi belum ada menjelaskan penyebab kematian anak saya. Saya cuma diminta bersabar dan berdoa,” ujar Bugissius, Senin (30/10/2023).
Bugissius menerangkan, kalau Hety bekerja sebagai bidan di perkebunan kelapa sawit Sinarmas tersebut sudah selama 1 tahun 3 bulan. Selama bekerja, Hety memang tinggal di mess perusahaan tersebut, kendati begitu ai sesekali selalu pulang ke rumah orang tuanya.
“Hety biasanya setiap Sabtu pulang ke rumah. Tapi kemarin tidak jadi, karena Senin dia harus masuk pagi,” ungkap Bugissius.
Dirinya berharap, agar kasus kematian anaknya ini dapat segera menemui titik terang. Di matanya, Hety merupakan pribadi yang periang, senang bersenda-gurau dan baik hati. Hety tidak pernah bercerita jika ada mengalami masalah.
“Harapan saya kasus ini dituntaskan, saya tidak terima atas kematian anak saya yang begitu keji ini,” ujar Bugissis.
Sebelumnya, Kapolres Kapuas Hulu, AKBP Hendrawan menyebutkan, kalau pihaknya masih melakukan penyelidikan dalam peristiwa tersebut.
“Peristiwa tersebut masih dalam penyelidikan. Belum bisa kami simpulkan apakah kasus pembunuhan atau bukan, masih menunggu hasil autopsi,” katanya, Rabu (25/10/2023).
Menurut Hendrawan, jenazah korban diduga ditemukan setelah meninggal dunia lebih dari 24 jam. Kondisi mayat cukup memprihatinkan.
“Korban mengeluarkan darah di bagian hidung, mulut dan dubur,” ujar Hendrawan.
Sementara hasil olah tempat kejadian perkara, kondisi kamar korban juga dalam kondisi berserakan dan ditemukan adanya pecahan cermin kecil. Selain itu, ditemukan juga obat merk Omedrinat, Ambroxol Hydrochloride dan 2 buah kedondong kecil.
Senada dengan itu, Kasat Reskrim Polres Kapuas Hulu IPTU Rinto Sihombing menyampaikan, bahwa proses penyelidikan masih terus dilakukan pihaknya guna mencari penyebab serta motif dari peristiwa itu.
“Kami masih bekerja keras mengungkap dari peristiwa ini,” kata Rinto dikonfirmasi KalbarOnline, Kamis (26/10/2023).
Dirinya menambahkan, bahwa pihaknya kini masih memeriksa saksi-saksi yang berhubungan dengan peristiwa itu.
“Mohon maaf untuk hasilnya belum selesai ya, karena kami masih kerja keras untuk menentukan peristiwa tersebut, apakah tindak pidana atau bukan,” kata Rinto.
Dari informasi yang diperoleh, korban merupakan warga Dusun Lindung, Desa Benuis, Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu. Saat ditemukan, hidung dan mulut korban terdapat darah yang membeku, dan korban hanya mengenakan baju kaos pendek warna krem. Korban tidak mengenakan celana.
“Kami pun berharap masyarakat bisa bersabar, karena kami masih bekerja keras untuk mengungkap dan menentukan peristiwa ini,” kata Rinto Sihombing. (Jau)
Comment