KalbarOnline, Pontianak – Sudah dua minggu lebih, S, seorang istri asal Singkawang, Kalimantan Barat menunggu kabar suaminya yang bekerja di Myanmar. Terakhir kali dihubungi, sang suami mengatakan kalau dirinya dipukul dan disetrum lebih dari 30 kali saat bekerja.
“Terakhir dua minggu lalu komunikasi dengan suami, itu pun sembunyi-sembunyi. Dia bilang mau pulang, tidak kuat disiksa, tiap hari dipukul disetrum karena ndak capai target,” ungkap S, saat ditemui awak media, Kamis (26/09/2024).
Suami S, berinisial TA diduga menjadi korban sindikat perdagangan orang dan kini dipekerjakan di Myanmar secara paksa.
TA diduga dipaksa oleh perusahaan penipuan online di Myanmar untuk bekerja sebagai pelaku scamming online, dengan perlakuan tidak manusiawi.
Istri korban bercerita bahwa awal mulanya suaminya ditawarkan pekerjaan sebagai karyawan restoran di Thailand dengan upah Rp 6 juta sampai Rp 8 juta oleh teman lamanya di Kota Singkawang bernama AH.
S menuturkan, suaminya itu sempat bimbang untuk bekerja dengan pelaku di Thailand. Namun, karena sudah terjalin hubungan dekat antara pelaku dan orang tua korban, pada akhirnya orang tua korban menyetujui jika korban berangkat dan bekerja di Thailand bersama pelaku.
“Mamak mertua saya sempat minta kepada temannya itu buat jaga suami saya selama di sana. Pelaku bilang iya, iya pasti,” katanya.
Setelah mendapat persetujuan dari orang tua dan istri, pada April 2013, TA mengundurkan diri dari pekerjaannya di Kota Singkawang dan berangkat ke Thailand, setelah sebelumnya membuat paspor pelancong. TA berangkat ke Thailand pertama melalui jalur darat, dari Singkawang menuju Aruk Sambas. Lalu, masuk wilayah Malaysia, dari Bandara Kuching, ia lalu terbang ke Kuala Lumpur, dari Kuala Lumpur lantas korban melanjutkan penerbangan ke Bangkok.
Semula, TA diberikan biaya untuk keberangkatan ke Thailand, dan seluruh biaya ditanggung oleh temannya bernama Ahong.
Namun, setibanya di Thailand, TA lantas diminta mengganti seluruh biaya yang telah dikeluarkan. Setelah itu, TA diarahkan untuk pergi ke daerah perbatasan Thailand untuk bekerja menjadi scammer online.
S menuturkan, dari cerita suaminya, setibanya di agen kerja, keduanya hanya bertemu dengan rekan dari agen kerja yang merupakan rekan dari pelaku. Kemudian mereka dibawa menuju satu tempat kerja yang berada di kawasan penghujung Thailand.
Sesampainya di tempat kerja, suaminya kemudian langsung bertemu dengan pelaku (temannya saat usaha budidaya ikan cupang) dan bosnya. Pelaku kemudian memberitahu suaminya jika ada salah satu bos dari Tiongkok, dan mereka harus mengikuti aturan dari atasan Korban.
“Aturan tempat suami saya bekerja, selama bekerja, handphone disita oleh pelaku. Suami saya hanya diperbolehkan menggunakan alat komunikasi seminggu dua kali dengan batas waktu 15 menit saja. Pada 3 Mei 2023 suami saya mengabarkan kepada keluarga jika dirinya sudah bekerja, akan tetapi pekerjaannya tidak sesuai harapan,” tutur ibu dua anak itu.
Suaminya mengaku kepada keluarga jika dirinya merasa takut dan tidak sanggup berada di lokasi kerja, karena apabila pekerjaan tidak mencapai target yang telah ditentukan, maka akan dihukum dengan cara disetrum.
“Ia diminta untuk bekerja selama 15 jam untuk menipu dan mencari sebanyak 100 kontak handphone orang luar negeri setiap hari. Jika tidak memenuhi target maka akan dipukul menggunakan balok,” tuturnya.
Suaminya juga menyampaikan, jika ingin pulang atau ada upaya dari keluarga untuk memulangkan korban, maka harus membayar uang kepada perusahaan tempat bekerja sebesar USD 10 ribu atau jika dirupiahkan setara dengan Rp 161 juta.
Hingga saat ini, keluarga masih belum mendapatkan kabar terkini terkait kondisi TA, karena pihak keluarga terakhir mendapat kabar dari TA beberapa bulan lalu.
Lalu, pihak keluarga mendapat kabar dari teman TA, mengalami memar di sekujur tubuhnya lantaran dihukum karena tidak mencapai target dalam scamming online, dan saat ini telah berada di wilayah Myanmar.
S berharap, pemerintah Indonesia dapat bergerak mengambil sikap agar suaminya dapat dipulangkan kembali ke Indonesia.
“Saya sudah kemana- mana mengadu, harapannya abang bisa pulang, kumpul lagi sama keluarga,” ujarnya berharap. (Lid)
Comment