KalbarOnline, Sintang – Tokoh Dayak Kabupaten Sintang, Andreas Mikael Calon menyebutkan, selama pemerintahan era Sutarmidji lima tahun terakhir, kondisi Kabupaten Sintang dan Kalbar secara umum berjalan aman dan damai.
Hal itu disampaikan Andreas Mikael Calon saat hadir di kampanye dialogis calon Gubernur Kalbar nomor urut 1, Sutarmidji di Kabupaten Sintang, Rabu (30/10/2024).
“Ini menunjukkan kita bukan memilih pemimpin agama, tetapi kita memilih pemimpin daerah. Maka saya melihat selama lima tahun ini kita dalam suasana damai, aman dan tenang. Ini merupakan modal utama kita untuk membangun (daerah),” ungkapnya.
Andreas yang juga Ketua Forum Ketemenggungan Kabupaten Sintang itu menambahkan, ketika kondisi daerah aman tanpa gejolak apapun, maka proses pembangunan juga akan berjalan lancar. Oleh sebab itu, dirinya memuji kepemimpinan Sutarmidji yang telah memimpin Kalbar dengan aman dan damai. Karena pemimpin yang diharapkan, kata dia, adalah pemimpin yang bisa mendamaikan masyarakat di tengah ragam perbedaan yang ada.
“Kita bukan memilih pemimpin suku. Zaman Pak Sutarmidji memimpin Kalbar tidak ada gejolak antar suku, jadi saya melihat ini yang paling penting selama kepemimpinan Pak Sutarmidji,” ujarnya.
Di sisi yang lain, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sintang itu mengatakan, ketika memilih pemimpin juga harus dilihat dari latar belakang dan pengalaman kerjanya. Termasuk hal-hal yang sudah diperbuat selama orang tersebut mendapat amanah memimpin daerah. Dan itu semua sudah dibuktikan oleh Sutarmidji, selama lima tahun terakhir.
Kemajuan Kalbar yang sudah dibangun selama ini, diharapkan dia bisa terus dilanjutkan. Termasuk pembangunan infrastruktur sebagai modal penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian di daerah.
“Saya minta Pak Sutarmidji untuk melanjutkan, saya minta kita semua pemilih Kabupaten Sintang yang merupakan pemilih cerdas, untuk yakin, dan percaya. Kita memilih pemimpin yang mampu, serta berpengalaman, dan sudah membuktikan kepemimpinannya,” tutupnya.
Sementara itu, Sutarmidji menyampaikan, ketika menjadi pemimpin, ia akan berupaya untuk bisa menjadi pemimpin bagi semua. Tidak akan memandang latar belakang tertentu, pembangunan ia lakukan dengan melihat skala prioritas, serta kebutuhan masyarakat.
“Insya Allah saya akan bisa berlaku adil kepada siapa pun, karena saya Islam, ajaran agama saya mengajarkan itu, pertama kalau soal agama sudah ada di dalam Al-Qur’an, lakum dinukum waliyadin. Artinya adalah bagiku agamaku, dan bagimu agamamu,” ujarnya.
Midji–sapaan karibnya menambahkan, yang kedua, di dalam Al-Qur’an, juga telah dijelaskan soal perbedaan suku dan agama. Bahwa perbedaan itu ada, agar semua bisa saling mengenal satu sama lain. Bukan sebaliknya, untuk saling bermusuhan.
“Satu lagi (yang ketiga), Allah SWT menyebutkan, sekalipun kamu tidak suka pada suatu kaum, kamu harus bisa berlaku adil. Itu tiga-tiganya ada di Al-Qur’an. Saya pemimpin, sekalipun saya tidak suka pada suatu kaum, saya harus tetap bisa berlaku adil. Itu saja yang saya pegang, itu tuntunan di Al-Qur’an,” paparnya.
Tak hanya itu, Midji juga telah memiliki pengalaman hidup dengan keberagaman yang begitu kental. Bahkan mulai dari usai remaja, ia pernah bersekolah di lingkungan mayoritas non-muslim yakni di SMP PGK (Persatuan Guru Katolik). Kemudian ia melanjutkan sekolah menengah atas di Santo Paulus Pontianak.
“Tapi (pendidikan) S2 saya hukum, dan ilmu pengetahuan Islam. Jadi saya paham, makanya saya dengan siapapun bisa berinteraksi. Mari kita membangun daerah ini, bukan untuk kita, tapi untuk menjawab tantangan anak cucu kita ke depan,” pungkasnya. (**)
Comment