Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Selasa, 22 April 2025 |
KALBARONLINE.com – Ratusan nelayan dan mahasiswa menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPRD Kalbar, Senin (21/4/2025). Massa menuntut agar wakil rakyat menyampaikan aspirasi mereka kepada pemerintah, khususnya soal maraknya ikan impor yang membanjiri pasar lokal.
Aksi yang berlangsung panas itu diwarnai dengan pembakaran ban dan penumpukan ikan impor di halaman DPRD sebagai simbol perlawanan. Spanduk penolakan terpampang jelas, menyuarakan keresahan para nelayan yang makin terjepit oleh serbuan ikan asing.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kalbar, Hermili Jamani, yang ikut langsung turun ke lapangan mengatakan, ikan salem atau makarel impor kini dijual bebas, tak hanya di pasar modern, tapi juga sudah merambah pasar tradisional.
“Ikan impor sekarang dijual dalam kemasan beku, harganya murah, cuma Rp18–20 ribuan. Ini jelas merusak harga ikan segar hasil tangkapan nelayan kita,” tegas Hermili.
Ia menyebut, berdasarkan regulasi pemerintah, ikan impor semestinya hanya untuk keperluan industri, bukan untuk dijual eceran ke pasar rakyat.
Tak cuma soal ikan impor, para nelayan juga menuntut agar retribusi tambat labuh di Kalbar direvisi karena dinilai terlalu memberatkan. Selain itu, persoalan klasik soal kelangkaan BBM untuk nelayan juga kembali disuarakan.
“Kami minta pemerintah perhatikan suplai BBM untuk nelayan, ini masalah yang enggak kelar-kelar,” ucapnya.
Kebijakan pusat terkait pemasangan alat Vessel Monitoring System (VMS) di kapal nelayan juga menjadi sorotan. Hermili menyebut, alat itu bukan cuma mahal, tapi juga menyedot biaya tambahan tahunan yang memberatkan nelayan kecil.
“Terus mau hapus rumpon juga. Padahal rumpon itu alat bantu tangkap tradisional, dibuat dari daun kelapa atau nipah. Kalau dilarang semua, nelayan harus pakai apa?” tutupnya.
KALBARONLINE.com – Ratusan nelayan dan mahasiswa menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPRD Kalbar, Senin (21/4/2025). Massa menuntut agar wakil rakyat menyampaikan aspirasi mereka kepada pemerintah, khususnya soal maraknya ikan impor yang membanjiri pasar lokal.
Aksi yang berlangsung panas itu diwarnai dengan pembakaran ban dan penumpukan ikan impor di halaman DPRD sebagai simbol perlawanan. Spanduk penolakan terpampang jelas, menyuarakan keresahan para nelayan yang makin terjepit oleh serbuan ikan asing.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kalbar, Hermili Jamani, yang ikut langsung turun ke lapangan mengatakan, ikan salem atau makarel impor kini dijual bebas, tak hanya di pasar modern, tapi juga sudah merambah pasar tradisional.
“Ikan impor sekarang dijual dalam kemasan beku, harganya murah, cuma Rp18–20 ribuan. Ini jelas merusak harga ikan segar hasil tangkapan nelayan kita,” tegas Hermili.
Ia menyebut, berdasarkan regulasi pemerintah, ikan impor semestinya hanya untuk keperluan industri, bukan untuk dijual eceran ke pasar rakyat.
Tak cuma soal ikan impor, para nelayan juga menuntut agar retribusi tambat labuh di Kalbar direvisi karena dinilai terlalu memberatkan. Selain itu, persoalan klasik soal kelangkaan BBM untuk nelayan juga kembali disuarakan.
“Kami minta pemerintah perhatikan suplai BBM untuk nelayan, ini masalah yang enggak kelar-kelar,” ucapnya.
Kebijakan pusat terkait pemasangan alat Vessel Monitoring System (VMS) di kapal nelayan juga menjadi sorotan. Hermili menyebut, alat itu bukan cuma mahal, tapi juga menyedot biaya tambahan tahunan yang memberatkan nelayan kecil.
“Terus mau hapus rumpon juga. Padahal rumpon itu alat bantu tangkap tradisional, dibuat dari daun kelapa atau nipah. Kalau dilarang semua, nelayan harus pakai apa?” tutupnya.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini