Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 21 Juli 2025 |
KALBARONLINE.com – Ratusan masyarakat Kalimantan Barat yang tergabung dalam Aliansi Kalimantan Barat turun ke jalan menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Provinsi Kalbar, Jalan Ahmad Yani, Pontianak Tenggara, Senin (21/7/2025). Mereka menolak keras program transmigrasi yang masih dijalankan pemerintah pusat dan menuntut agar pemindahan penduduk dari luar daerah ke Kalbar segera dihentikan.
Koordinator aksi, Endro Ronianus, menyebut pemerintah telah tidak transparan. Ia merasa masyarakat lokal telah dibohongi, sebab hingga kini situs resmi Kementerian Transmigrasi masih membuka pendaftaran dan mencantumkan Kalbar sebagai wilayah tujuan transmigrasi nasional.
“Kami dibohongi. Di website masih ada program transmigrasi yang aktif dan difasilitasi negara. Mereka diberi tanah dan fasilitas, sementara masyarakat lokal bahkan kesulitan dapat akses yang sama,” tegas Endro.
Endro juga menyentil ketimpangan sosial yang terjadi. Banyak warga lokal, katanya, justru terpaksa merantau hingga ke Malaysia untuk mencari penghidupan dan membeli tanah di negeri sendiri, sedangkan para pendatang datang dan langsung diberi lahan.
“Desa kami malah dimasukkan ke kawasan hutan lindung, sedangkan pendatang bebas dapat tanah. Ini menyakitkan,” ujarnya.
Aliansi Kalimantan Barat mendesak agar program transmigrasi diubah menjadi program revitalisasi berbasis masyarakat lokal, khususnya mereka yang tinggal di kawasan konservasi atau hutan lindung. Mereka juga memberi ultimatum dua minggu kepada pemerintah untuk merespons tuntutan, jika tidak, mereka berjanji akan kembali turun ke jalan.
[caption id="attachment_214745" align="aligncenter" width="700"]
Ilustrasi: KALBARONLINE.com/LV[/caption]
Bahkan, dalam orasinya, massa menuntut agar Menteri Transmigrasi dicopot jika tak kunjung menindaklanjuti aspirasi rakyat Kalbar.
“Kami bukan menolak pembangunan, tapi prioritas harus untuk masyarakat lokal. Jangan anggap kami bodoh, kami tahu apa yang terjadi,” seru mereka.
Aksi ini ditutup dengan penandatanganan petisi penolakan transmigrasi oleh massa aksi dan pihak DPRD Kalbar.
Ketua DPRD Kalbar, Aloysius, menyambut langsung perwakilan massa. Ia menyatakan bahwa pihaknya akan menyampaikan petisi dan tuntutan secara resmi ke Kementerian Transmigrasi dan DPR RI.
“Kami sangat memahami keresahan masyarakat. Petisi ini akan kami kirim secara formal. Harus ada hitam di atas putih. Tidak bisa hanya janji,” ucap Aloysius.
Ia juga mengingatkan bahwa program transmigrasi jangan sampai menjadi ajang memindahkan masalah dari luar ke Kalbar. Masalah internal Kalbar, seperti keterbatasan lahan untuk warga lokal, menurutnya, belum selesai.
“Masalah kita sendiri belum tuntas, jangan ditambah beban dari luar. Komisi V nanti saya arahkan untuk kawal ini,” tegasnya.
Sempat Ricuh di Kantor Gubernur
Setelah menyampaikan aspirasi di DPRD Kalbar, massa bergerak ke Kantor Gubernur Kalbar. Sayangnya, suasana yang awalnya kondusif berubah tegang. Terjadi kericuhan kecil saat massa mencoba memaksa masuk ke dalam gedung.
Meski begitu, aksi secara keseluruhan tetap berlangsung damai dan menjadi sinyal kuat bahwa masyarakat Kalbar menuntut keadilan dalam kebijakan pembangunan nasional, terutama soal transmigrasi yang dinilai tak berpihak kepada penduduk asli (Jau)
KALBARONLINE.com – Ratusan masyarakat Kalimantan Barat yang tergabung dalam Aliansi Kalimantan Barat turun ke jalan menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Provinsi Kalbar, Jalan Ahmad Yani, Pontianak Tenggara, Senin (21/7/2025). Mereka menolak keras program transmigrasi yang masih dijalankan pemerintah pusat dan menuntut agar pemindahan penduduk dari luar daerah ke Kalbar segera dihentikan.
Koordinator aksi, Endro Ronianus, menyebut pemerintah telah tidak transparan. Ia merasa masyarakat lokal telah dibohongi, sebab hingga kini situs resmi Kementerian Transmigrasi masih membuka pendaftaran dan mencantumkan Kalbar sebagai wilayah tujuan transmigrasi nasional.
“Kami dibohongi. Di website masih ada program transmigrasi yang aktif dan difasilitasi negara. Mereka diberi tanah dan fasilitas, sementara masyarakat lokal bahkan kesulitan dapat akses yang sama,” tegas Endro.
Endro juga menyentil ketimpangan sosial yang terjadi. Banyak warga lokal, katanya, justru terpaksa merantau hingga ke Malaysia untuk mencari penghidupan dan membeli tanah di negeri sendiri, sedangkan para pendatang datang dan langsung diberi lahan.
“Desa kami malah dimasukkan ke kawasan hutan lindung, sedangkan pendatang bebas dapat tanah. Ini menyakitkan,” ujarnya.
Aliansi Kalimantan Barat mendesak agar program transmigrasi diubah menjadi program revitalisasi berbasis masyarakat lokal, khususnya mereka yang tinggal di kawasan konservasi atau hutan lindung. Mereka juga memberi ultimatum dua minggu kepada pemerintah untuk merespons tuntutan, jika tidak, mereka berjanji akan kembali turun ke jalan.
[caption id="attachment_214745" align="aligncenter" width="700"]
Ilustrasi: KALBARONLINE.com/LV[/caption]
Bahkan, dalam orasinya, massa menuntut agar Menteri Transmigrasi dicopot jika tak kunjung menindaklanjuti aspirasi rakyat Kalbar.
“Kami bukan menolak pembangunan, tapi prioritas harus untuk masyarakat lokal. Jangan anggap kami bodoh, kami tahu apa yang terjadi,” seru mereka.
Aksi ini ditutup dengan penandatanganan petisi penolakan transmigrasi oleh massa aksi dan pihak DPRD Kalbar.
Ketua DPRD Kalbar, Aloysius, menyambut langsung perwakilan massa. Ia menyatakan bahwa pihaknya akan menyampaikan petisi dan tuntutan secara resmi ke Kementerian Transmigrasi dan DPR RI.
“Kami sangat memahami keresahan masyarakat. Petisi ini akan kami kirim secara formal. Harus ada hitam di atas putih. Tidak bisa hanya janji,” ucap Aloysius.
Ia juga mengingatkan bahwa program transmigrasi jangan sampai menjadi ajang memindahkan masalah dari luar ke Kalbar. Masalah internal Kalbar, seperti keterbatasan lahan untuk warga lokal, menurutnya, belum selesai.
“Masalah kita sendiri belum tuntas, jangan ditambah beban dari luar. Komisi V nanti saya arahkan untuk kawal ini,” tegasnya.
Sempat Ricuh di Kantor Gubernur
Setelah menyampaikan aspirasi di DPRD Kalbar, massa bergerak ke Kantor Gubernur Kalbar. Sayangnya, suasana yang awalnya kondusif berubah tegang. Terjadi kericuhan kecil saat massa mencoba memaksa masuk ke dalam gedung.
Meski begitu, aksi secara keseluruhan tetap berlangsung damai dan menjadi sinyal kuat bahwa masyarakat Kalbar menuntut keadilan dalam kebijakan pembangunan nasional, terutama soal transmigrasi yang dinilai tak berpihak kepada penduduk asli (Jau)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini