Pontianak    

Operasi Modifikasi Cuaca Kembali Digelar di Kalbar, BPBD: Bukan Solusi Tunggal, Tapi Ikhtiar Tekan Risiko Karhutla

Oleh : Jauhari Fatria
Minggu, 27 Juli 2025
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KALBARONLINE.com – Pemerintah terus menggencarkan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Barat. Salah satunya lewat Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang kembali digelar Kamis, 24 Juli 2025.

Ketua Satgas Informasi Bencana BPBD Kalbar, Daniel, menjelaskan bahwa OMC ini dilakukan dalam rangka siaga darurat menghadapi potensi bencana asap akibat karhutla yang mulai mengintai sejumlah wilayah.

“Operasi dilakukan dengan dua sortie penerbangan menggunakan pesawat Cessna Caravan 208B EX PK-SNG,” ungkap Daniel dalam keterangan tertulisnya, Jumat (25/7/2025).

Pada sortie pertama, yang berlangsung pukul 13.45 hingga 16.06 WIB, penyemaian awan dilakukan di wilayah Kabupaten Kubu Raya, Landak, Bengkayang, dan Kota Singkawang. Sebanyak 1.000 kg bahan semai Natrium Klorida (NaCl) ditebar ke atmosfer.

Sementara sortie kedua berlangsung dari pukul 16.58 hingga 19.18 WIB, menyasar wilayah Kabupaten Sanggau dan Landak, dengan total semai yang ditebar juga mencapai 1.000 kg NaCl.

Daniel menjelaskan bahwa bahan semai berupa NaCl—alias garam murni—memiliki fungsi khusus dalam OMC. Meski mirip dengan garam dapur, bahan ini memiliki kemurnian tinggi dan bebas zat aditif, sehingga efektif memicu pembentukan awan dan memperkuat potensi hujan.

“Dengan partikel-partikel ini, kita bisa memicu atau memperkuat hujan di wilayah rawan karhutla,” ujarnya.

Namun, menurut Daniel, keberhasilan OMC tidak bisa diukur sekadar dari data semata. Efektivitasnya harus dilihat dari dampak nyata di lapangan, termasuk penurunan titik api dan membaiknya kualitas udara.

“Faktor cuaca seperti suhu, kelembaban, dan arah angin sangat menentukan keberhasilan. Selain itu, teknologi dan metode penyemaian juga punya peran penting,” tambahnya.

Ia menegaskan, OMC hanyalah satu bagian dari strategi besar penanggulangan karhutla. Sinergi lintas lembaga, edukasi masyarakat, pengawasan lapangan, hingga reaksi cepat saat titik api terdeteksi tetap jadi kunci utama.

“OMC ini bentuk ikhtiar manusia memanfaatkan teknologi. Tapi bukan solusi tunggal,” tutupnya.

Hingga saat ini, BPBD Kalbar bersama TNI AU, BRIN, dan instansi terkait masih terus memantau kondisi atmosfer serta potensi hotspot sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan OMC lanjutan. (Jau)

Artikel Selanjutnya
Bahasan Sambut Positif Rencana Penerbangan Internasional Pontianak–Kuching dan Kuala Lumpur
Sabtu, 26 Juli 2025
Artikel Sebelumnya
Harisson Resmi Pimpin Kahmi Kalbar 2025 - 2030, Siap Kawal Strategis Ketahanan Pangan hingga Pendidikan
Sabtu, 26 Juli 2025

Berita terkait