Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 13 Juni 2016 |
Gawai Bentuk Rasa Syukur Kepada Tuhan
KalbarOnline, Sintang – Gawai harus menjadi bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan, dahulu gawai masih dalam bentuk pemujaan yang harus ditinggalkan dan di selaraskan dengan ajaran agama yang diakui negara sehingga gawai diharapkan tetap melestarikan seni dan budaya dengan nilai yang masih utuh.
Demikian harapan Wakil Bupati Sintang Askiman saat membuka gawai Dayak di Desa Sekubang Kecamatan Sepauk pada Minggu, 12 Juni 2016.
“Saya melihat ada kerinduan masyarakat akan betang dan alat musik seni budaya yang baru karena ada banyak gong yang sudah mulai rusak karena merupakan warisan jaman dahulu,” tambah Askiman.
Askiman juga menanggapi peringatan pesta emas atau 50 tahun hidup membiara Sr. Maddalena Ferrero, Sdc bahwa sudah mengabdi 35 tahun di Temanang bukan waktu yang singkat. Kondisi 35 tahun yang lalu di Temanang tentu masih sulit. Namun Suster Maddalena tetap memilih mengabdi di Temanang. Saat ini Temanang sudah maju.
“Saya merasa perihatin karena untuk menuju ke Temanang Desa Sekubang Kecamatan Sepauk, rombongan kami harus melewati jalan Simpang Kayu Lapis Kabupaten Sekadau. Komitmen kami adalah akan membangun infrastruktur secara perlahan-lahan,” terang Askiman.
Askiman juga menyampaikan informasi bahwa Kecamatan Sepauk juga akan dimekarkan menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan Sepauk Tengah dan Sepauk Hulu.
“untuk Kecamatan Sepauk Tengah menurut saya Desa Sekubang layak menjadi ibu kota kecamatan. Kami akan bekerja keras supaya pemekaran kecamatan bisa segera terwujud dalam rangka memperpendek rentang kendali pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat,” terang Askiman.
Vikaris Jenderal Keuskupan Sintang Romo Leonardus Miau, Pr menjelaskan bahwa gereja Katolik memutuskan untuk mengakomodir kegiatan kebudayaan bisa menyatu dengan kegiatan keagamaan.
“Hanya kami terus mengingatkan agar masyarakat melaksanakan gawai yang sejalan dengan nillai keagamaan. Bagi kami, gawai bermakna untuk memupuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan serta cara bersyukur karena sudah dibimbing oleh Tuhan setahun lalu. Kami juga sudah melakukan pemberkatan benih dan peralatan berladang untuk bersiap memulai kembali kegiatan pertanian dan memohon kepada Tuhan supaya proses berladang musim depan bisa berjalan lancar dan membuahkan hasil yang melimpah,”terang Leonardus Miau, Pr.
Romo Aloisius Wahyu Nugroho, Pr dari Paroki Santo Petrus dan Andreas Sepauk menyampaikan kita perlu berysukur atas rezeki yang Tuhan berikan supaya Tuhan akan kembali melimpahkan berkatnya.
“Kita layak bersyukur dan merenungi atas penyertaan Tuhan selama 50 tahun Suster Maddalena berkarya bagi masyarakat,” terang Romo Aloisius Wahyu Nugroho, Pr.
Ketua panitia PH. Suleman menyampaikan gawai ini untuk membangun kebersamaan seluruh anggota masyarakat untuk membangun desa serta menggandeng lembaga keagamaan untuk mendukung dan mendampingi proses pembangunan.
Kepala Desa Sekubang Leo Pelima menyampaikan gawai dayak di Temanang ini merupakan yang pertama kalinya sehingga harus mampu dipertahankan di masa yang akan datang.
“Saya melihat semangat dan kebersamaan seluruh warga sangat tinggi, hendaknya dipertahankan. Mudah-mudahan ke depannya kita bisa membangun betang untuk menjaga seni budaya Dayak,” harap Leo Pelima.
“Suster Maddalena Ferrero sudah berjasa kepada masyarakat Temanang, sehingga kami merasa perlu merayakan karya suster yang sudah 50 tahun berkarya mendampingi masyarakat,” tambah Leo Pelima. (Sg/Hms)
Gawai Bentuk Rasa Syukur Kepada Tuhan
KalbarOnline, Sintang – Gawai harus menjadi bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan, dahulu gawai masih dalam bentuk pemujaan yang harus ditinggalkan dan di selaraskan dengan ajaran agama yang diakui negara sehingga gawai diharapkan tetap melestarikan seni dan budaya dengan nilai yang masih utuh.
Demikian harapan Wakil Bupati Sintang Askiman saat membuka gawai Dayak di Desa Sekubang Kecamatan Sepauk pada Minggu, 12 Juni 2016.
“Saya melihat ada kerinduan masyarakat akan betang dan alat musik seni budaya yang baru karena ada banyak gong yang sudah mulai rusak karena merupakan warisan jaman dahulu,” tambah Askiman.
Askiman juga menanggapi peringatan pesta emas atau 50 tahun hidup membiara Sr. Maddalena Ferrero, Sdc bahwa sudah mengabdi 35 tahun di Temanang bukan waktu yang singkat. Kondisi 35 tahun yang lalu di Temanang tentu masih sulit. Namun Suster Maddalena tetap memilih mengabdi di Temanang. Saat ini Temanang sudah maju.
“Saya merasa perihatin karena untuk menuju ke Temanang Desa Sekubang Kecamatan Sepauk, rombongan kami harus melewati jalan Simpang Kayu Lapis Kabupaten Sekadau. Komitmen kami adalah akan membangun infrastruktur secara perlahan-lahan,” terang Askiman.
Askiman juga menyampaikan informasi bahwa Kecamatan Sepauk juga akan dimekarkan menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan Sepauk Tengah dan Sepauk Hulu.
“untuk Kecamatan Sepauk Tengah menurut saya Desa Sekubang layak menjadi ibu kota kecamatan. Kami akan bekerja keras supaya pemekaran kecamatan bisa segera terwujud dalam rangka memperpendek rentang kendali pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat,” terang Askiman.
Vikaris Jenderal Keuskupan Sintang Romo Leonardus Miau, Pr menjelaskan bahwa gereja Katolik memutuskan untuk mengakomodir kegiatan kebudayaan bisa menyatu dengan kegiatan keagamaan.
“Hanya kami terus mengingatkan agar masyarakat melaksanakan gawai yang sejalan dengan nillai keagamaan. Bagi kami, gawai bermakna untuk memupuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan serta cara bersyukur karena sudah dibimbing oleh Tuhan setahun lalu. Kami juga sudah melakukan pemberkatan benih dan peralatan berladang untuk bersiap memulai kembali kegiatan pertanian dan memohon kepada Tuhan supaya proses berladang musim depan bisa berjalan lancar dan membuahkan hasil yang melimpah,”terang Leonardus Miau, Pr.
Romo Aloisius Wahyu Nugroho, Pr dari Paroki Santo Petrus dan Andreas Sepauk menyampaikan kita perlu berysukur atas rezeki yang Tuhan berikan supaya Tuhan akan kembali melimpahkan berkatnya.
“Kita layak bersyukur dan merenungi atas penyertaan Tuhan selama 50 tahun Suster Maddalena berkarya bagi masyarakat,” terang Romo Aloisius Wahyu Nugroho, Pr.
Ketua panitia PH. Suleman menyampaikan gawai ini untuk membangun kebersamaan seluruh anggota masyarakat untuk membangun desa serta menggandeng lembaga keagamaan untuk mendukung dan mendampingi proses pembangunan.
Kepala Desa Sekubang Leo Pelima menyampaikan gawai dayak di Temanang ini merupakan yang pertama kalinya sehingga harus mampu dipertahankan di masa yang akan datang.
“Saya melihat semangat dan kebersamaan seluruh warga sangat tinggi, hendaknya dipertahankan. Mudah-mudahan ke depannya kita bisa membangun betang untuk menjaga seni budaya Dayak,” harap Leo Pelima.
“Suster Maddalena Ferrero sudah berjasa kepada masyarakat Temanang, sehingga kami merasa perlu merayakan karya suster yang sudah 50 tahun berkarya mendampingi masyarakat,” tambah Leo Pelima. (Sg/Hms)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini