Bank Dunia Berikan Bantuan Teknis Mitigasi Resiko Banjir Perkotaan
KalbarOnline, Pontianak – Kota Pontianak menjadi salah satu dari lima kota yang mendapat bantuan teknis (technical assistant) dari Bank Dunia. Bank Dunia memberikan bantuan teknis ini bagi lima kota yakni Ambon, Manado, Padang, Bima dan Pontianak.
Program bantuan teknis ini bernama Indonesian Sustainable Urbanization (Idsun). Rinsan Tobing, perwakilan dari Bank Dunia menjelaskan, urbanisasi memang memberikan peluang-peluang, akan tetapi ada kemungkinan juga dampak negatifnya.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan mitigasi, salah satunya konteks program ini adalah resiko banjir perkotaan dan pengurangan bencana.
“Salah satunya terkait infrastruktur perkotaan yang menjadi kajian kita terkait drainase dan faktor-faktor lainnya,” ujarnya saat menyampaikan pemaparan di Aula Abdul Muis Muin Kantor Bappeda Kota Pontianak, Jumat (13/7).
Ditambahkan Rinsan, awalnya ada 30 kota yang disurvey oleh pihaknya. Namun dari 30 kota ini, mengerucut menjadi lima kota yang terpilih mendapat bantuan teknis untuk kajian. Kajian atau studi ini melihat profil dari resiko banjir kota-kota yang terpilih tersebut.
“Kita melihat apa kira-kira masalah dan kondisi atau situasi yang mengakibatkan terjadinya resiko banjir di kota-kota tersebut,” ungkapnya.
Hasil dari kajian yang dilakukan di lima kota itu akan dipaparkan pada tanggal 13-14 Agustus mendatang. Pihaknya akan mengundang kota-kota yang telah didukung melalui bantuan teknis ini.
“Nanti kita akan memaparkan hasil dari kajian ini dan juga akan mendapatkan pengalaman dari kota-kota lain dan juga pengalaman dari kota lain,” sebut Rinsan.
Ia berharap dari hasil kajian ini akan muncul pembelajaran sekaligus rekomendasi-rekomendasi yang diharapkan sehingga bisa ditindaklanjuti dalam perencanaan dan implementasinya di kota-kota itu.
“Langkah selanjutnya kita akan mencoba frameware untuk penanganan banjir tingkat nasional,” katanya.
Sementara itu, Bestieen dari Deltares, yakni sebuah lembaga penelitian independen di bidang air, permukaan dan infrastruktur, menerangkan, dalam mengatasi banjir di masa datang, ada dua pendekatan yang bisa dilakukan yaknis secara struktural seperti membangun kanal atau bendungan dan lainnya.
“Kemudian pendekatan secara non struktural yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi banjir perkotaan seperti mengarahkan masyarakat untuk tidak bermukim di kawasan rentan banjir, menentukan jenis bangunan apa yang sesuai untuk kawasan tersebut dan sebagainya,” tuturnya.
Lebih lanjut dijelaskan Bestieen, dalam menganalisis permasalahan dalam bantuan teknis, pihaknya menerapkan beberapa cara. Pertama, dengan melakukan maping (pemetaan) kawasan atau area mana saja yang rentan terhadap banjir. Kedua, kawasan-kawasan mana yang terpapar dampak banjir.
“Ketiga tentang kemungkinan-kemungkinan seberapa rentan dampak yang terjadi ke depannya,” imbuhnya.
Wali Kota Pontianak, Sutarmidji mengungkapkan pihaknya ingin menyelesaikan masalah genangan atau banjir yang bisa saja sewaktu-waktu terjadi di Kota Pontianak. Dengan adanya bantuan teknis dari Bank Dunia, ia berharap ada solusi yang harus dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak dalam mengatasi persoalan tersebut.
“Pastinya harus bersinergi dengan kabupaten/kota di sekelilingnya. Kalau tidak, sulit untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,” katanya.
Menurutnya, hal ini tidak hanya kaitan persoalan drainase, namun juga mencakup pemukiman dan urbanisasi sehingga kawasan-kawasan pemukiman baru harus dipersiapkan, di mana kawasan itu tidak akan menjadi penyebab banjir kedepannya.
“Sehingga daerah-daerah itu harus dibuka. Saya berharap daerah pinggiran kota itu menjadi kawasan pemukiman tetapi infrastrukturnya harus disiapkan terutama drainasenya,” tukasnya.
Sutarmidji meminta dalam membuat drainase,tidak hanya asal-asalan. Sebab menurutnya membuat drainase harus ada kajian tentang topografi daerah, ketinggian daerah satu dengan daerah lain. Demikian pula ketinggian antara drainase tersier, sekunder dan primer itu harus menjadi perhatian.
“Jangan sampai nanti drainase tersier lebih rendah dibandingkan drainase sekunder sehingga air tidak bisa mengalir ke drainase primer. Jangan asal buat dalam dan lebarnya tetapi ketinggian juga harus diperhatikan sehingga hasilnya sesuai,” terangnya.
Diakuinya, pemetaan titik-titik rawan banjir juga sudah dilakukan pihaknya. Dengan adanya bantuan teknis Bank Dunia ini, antisipasi bagaimana 25 tahun ke depan, 50 tahun ke depan, dari sekarang sudah harus dicari solusinya.
“Meskipun kondisi sekarang sudah cukup baik, tetapi akan berubah jadi masalah kalau tidak mengendalikan urbanisasi,” pungkasnya. (jim)
Comment