Pontianak    

Korsel Bakal Kembangkan Hilirisasi Sawit di Kalbar, Sutarmidji: Jawab Kebutuhan Internasional

Oleh : Jauhari Fatria
Senin, 10 September 2018
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

Investasi pabrik

pengolahan limbah sawit jadi biodiesel

KalbarOnline,

Pontianak – Dua perusahaan asal Korea Selatan Hyundai dan LG yang juga

bekerja sama dengan Universitas Tanjungpura Pontianak segera berinvestasi dan

mengembangkan hilirisasi perkebunan kelapa sawit di Kalbar.

“Perusahaan yang masing-masing bergerak di industri otomotif

dan elektronik tersebut berniat membangun pabrik pengolahan limbah tandan sawit

menjadi biodiesel,” ujar Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak, Thamrin

Usman, saat ditemui di Pendopo Gubernur Kalbar, baru-baru ini.

Demikian dilansir dari Antara Kalbar.

Thamrin menjelaskan bahwa investor Korea Selatan tersebut

sangat serius untuk membangun pabrik pengolahan biodiesel dari limbah sawit di

Kalbar.

“Sebagai tahap awal akan dilakukan terlebih dahulu riset dan

uji kelayakan. Universitas Tanjungpura dipercaya dan kerjasamanya menjadi tim

riset," kata dia.

Menurutnya investasi awal yang disiapkan sebesar Rp500

miliar. Namun apabila berhasil, akan ditambah lagi untuk perluasan area pabrik

dan mesin produksi.

Tahap pertama kerja sama ini berupa ‘oil recovery’ berdurasi

satu tahun dengan masa kerja sama selama lima tahun.

“Berhubung ini adalah pabrik maka lahan yang dibutuhkan

tidak terlalu besar. Investor butuh sekitar 2,5 hektare untuk pabrik

berkapasitas produksi 150 ribu ton biodiesel per tahun. Namun ke depan bisa

diperluas menjadi 25 hektare, untuk menghasilkan produksi 1,5 juta ton per

hari,” kata dia.

Thamrin menyebut investor Korea ingin memaksimalkan potensi

SDM lokal. Oleh sebab itu, kerja sama yang diambil adalah kerja sama segitiga,

melibatkan investor, Universitas Tanjungpura dan pemerintah.

“Pabrik ini butuh banyak sekali pekerja lokal. Untuk tenaga

ahli dari Universitas Tanjungpura saja, mereka akan menyerap 300-an orang,”

jelasnya.

Sementara itu, Yoo M dari perwakilan perusahaan Korea

Selatan menyebut bahwa pihaknya sudah memiliki teknologi tinggi dalam mengubah

limbah sangat jelek menjadi biodiesel yang ramah lingkungan.

“Apabila hal ini bisa ditingkatkan menjadi skala industri, maka

masalah lingkungan dari limbah sawit serta keluhan mahalnya bahan baku untuk

biodiesel dapat teratasi secara bersamaan,” tukasnya.

Menurutnya jika proyek ke depan berjalan maka dapat diklaim

sebagai program sawit bersih. Hal itu bisa menjadi kampanye kepada masyarakat

dunia bahwa industri sawit di Kalbar ramah lingkungan.

“Dengan demikian dapat terhindar dari embargo dari

negara-negara konsumen baik di Eropa maupun Amerika dan Jepang,” papar dia.

Dapat sambutan baik

dari Gubernur Sutarmidji

Sutarmidji menyambut baik investasi tersebut. Orang nomor

satu di Kalbar ini mengatakan bahwa industri hilir ini sesuai dengan kebutuhan

Indonesia masa sekarang. Pemerintah Pusat, lanjut dia, sudah mewajibkan

pencampuran solar dengan 20 persen biodiesel dari sawit atau B20. Selain itu,

teknologi yang dibawa oleh Korea ini sangat ramah lingkungan. Sebab, bahan

bakunya menggunakan limbah paling akhir dari pengolahan CPO.

“Ini menjadi isu dunia juga, tentang emisi rumah kaca dari

gas metan limbah sawit. Bahan baku yang akan mereka gunakan adalah limbah sawit

ini. Sehingga limbah kita bisa diolah disini dan dijadikan produk bernilai

tambah. Apalagi menjadi biodiesel untuk menjawab kebutuhan energi tentu kita akan

mempelopori ini,” tukasnya.

Selain mampu menyerap tenaga kerja lokal yang besar,

produksi yang dihasilkan pun sangat besar, yakni 1,5 juta ton per tahun.

Sebab, selain untuk kebutuhan domestik, biodiesel ini nantinya

juga akan diekspor untuk memenuhi kebutuhan internasional. Apalagi kebutuhan

dunia terhadap bahan bakar non-fosil menjadi topik dunia pada hari ini.

“Saya yakin ini bisa menjawab hal itu. Bagaimana selain

limbah sawit bisa diolah jadi biodiesel dan tidak menjadi gas metan. Lalu

diekspor ke Eropa,” ujarnya.

Sutarmidji juga menegaskan akan mempercepat perizinan di

tingkat provinsi bagi investasi semacam ini. Mengenai lokasi, rencananya akan

ditempatkan di Kabupaten Kubu Raya sebab kawasan ini dekat dengan pelabuhan dan

bandara. Selain itu Kubu Raya bisa ditetapkan sebagai kawasan agro-industri

yang cocok untuk pengolahan hasil produk perkebunan.

“Tekad saya menjadikan Kalbar sebagai provinsi dengan

pelayanan tercepat dan terbaik di Indonesia. Ini sudah dibuktikan saat saya

memimpin Pontianak. Sejauh investasi itu menguntungkan daerah dan masyarakat,

serta transparan tentu tidak ada alasan untuk tidak mengeluarkan izin. Kami

minta permintaan ini diajukan tertulis dan akan kami jawab dengan tertulis juga,”

tandasnya. (Fai)

Artikel Selanjutnya
Lepas Peserta Pawai Ta’ruf Tahun Baru Islam, Bupati Jarot Ajak Masyarakat Jaga Toleransi Beragama
Senin, 10 September 2018
Artikel Sebelumnya
Pawai Obor Sambut Malam Tahun Baru Islam di Ketapang
Senin, 10 September 2018

Berita terkait