KalbarOnline, Pontianak – Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia, termasuk di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar). Untuk itu, proses hilirisasi dan juga peningkatan daya saingnya dinilai penting untuk terus didorong, agar keberadaan sawit semakin berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Di mana hilirisasi industri oleopangan, oleokimia, dan bioenergi berbasis sawit merupakan upaya strategis untuk meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa sawit. Karena dengan proses pengolahan, maka kelapa sawit bisa menjadi produk turunan yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Pelaksana Workshop IPB University, Mira Rivai usai membuka Workshop bertajuk “Hilirisasi Minyak Sawit Menjadi Produk Oleopangan, Oleokimia dan Biofuel: Peluang dan Tantangan yang digelar Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC IPB University)”, bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), serta didukung Universitas Tanjungpura (Untan) di Hotel Ibis, Selasa (11/06/2024).
“Pada workshop ini SBRC IPB University bersama BPDPKS ingin mengedukasi masyarakat, terutama yang awam, selama ini tidak tahu betapa banyak manfaat sawit untuk kehidupan kita. Dengan workshop ini, selain memberikan informasi cara pemanfaatan sawit, juga bagaimana menghasilkan produk-produk, memberikan nilai tambah lebih tinggi, kemudian memberikan ide-ide kepada masyarakat, mahasiswa, pelajar, juga ibu-ibu rumah tangga, untuk menambah pengetahuan mereka,” ungkapnya.
Menurut Mira, workshop tersebut juga merupakan salah satu cara untuk memberikan kampanye positif mengenai minyak kelapa sawit. Karena banyak produk olahan yang bisa dihasilkan dari minyak kelapa sawit, dengan mengolah Crude Palm Oil (CPO), dan Palm Kernel Oil (PKO) menjadi produk-produk bernilai tambah lebih tinggi baik untuk tujuan ekspor maupun untuk substitusi produk impor.
“Seperti diolah menjadi krimer, juga bisa diformulasi menjadi bumbu rendang, bumbu soto, dan lainnya. Kemudian oleokimia-nya bisa diubah menjadi sabun, sampo, dan lainnya, lalu minyaknya sendiri bisa dimanfaatkan untuk biofuel, biosolar, dan lainnya,” terangnya.
Secara umum Mira menyebutkan, hilirisasi CPO dan PKO yang dapat dilakukan di Indonesia dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu oleofood, oleochemical dan biofuel. Hilirisasi oleofood meliputi berbagai macam produk pangan seperti margarin, shortening, non dairy creamer, frying fat, cocoa butter substitute, food emulsifier dan lainnya.
Sementara hilirisasi oleochemical yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery menjadi produk antara oleokimia/oleokimia dasar hingga produk jadi seperti surfaktan, sabun, deterjen, shampo, biolubricant dan biomaterial dan bioplastik. Sedangkan hilirisasi minyak sawit menjadi biofuel diantaranya biodiesel, bioavtur, bensin sawit, green gasoline, green diesel.
Kegiatan workshop tersebut lanjut dia, bertujuan untuk mendapatkan informasi produk oleopangan, oleokimia dan biofuel sawit yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia, termasuk di Kalbar. Sekaligus juga mendapatkan gambaran market demand, dan prospek pasar produk-produk oleopangan, oleokimia, dan biofuel sawit di pasar domestik dan dunia. Juga mendapatkan informasi peluang, dan tantangan pengembangan industri oleopangan, oleokimia, dan biofuel sawit.
“Kami juga ingin memberikan edukasi, dan pengetahuan pada masyarakat akan pentingnya hilirisasi sawit, dan memberikan demonstrasi pengolahan produk hilir sawit yang mudah untuk diproduksi ulang oleh masyarakat,” pungkasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Pasca Sarjana Untan, Nurmainah mengungkapkan, dengan adanya workshop tersebut, bisa menjadi tantangan, sekaligus peluang bagi Untan. Karena cukup banyak dosen, dan pakar di Untan, yang sudah menggeluti penelitian terkait komoditas sawit.
“Jadi dengan adanya kegiatan workshop ini, adanya sharing ilmu dari SBRS IPB University dan BPDPKS, kami (Untan) menyambut baik, sehingga nantinya bisa membuka wawasan, serta pemikiran-pemikiran inovasi inovasi baru terkait hilirisasi produk kelapa sawit,” ungkapnya.
Karena seperti diketahui, dikatakan dia, secara umum, pemanfaatan kelapa sawit, khususnya di Kalbar selama hanya dalam bentuk mentah.
“Jadi kalau ada produk baru, inovasi-inovasi baru, bisa memiliki nilai jual yang lebih tinggi lagi, sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat, terutama petani yang berada di sekitar kebun sawit,” tutupnya. (Jau)
Comment