Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 13 September 2018 |
KalbarOnline, Solo – Sebanyak 176 peserta yang terdiri
dari dosen, guru, kepala sekolah dan pengawas dari Kaltim dan Jateng ikut dalam
pelatihan fasilitator daerah dan LPTK Program Pelita Pendidikan di Hotel Best
Western Solo, Jawa Tengah yang berlangsung sejak 10 – 13 September 2018.
Para peserta
oleh Tanoto Foundation diperkenalkan program MIKIR, sebuah pendekatan agar
pembelajaran mampu membangkitkan siswa memiliki ketrampilan yang dibutuhkan
untuk hidup di abad 21 yang makin kompleks.
“Hidup zaman
ini harus memiliki karakter dan ketrampilan abad 21 yaitu kreatif dan inovatif,
mampu bekerja dalam tim yang semakin multikultur, berpikir kritis dan mampu
mengolah dan memanfaatkan limpahan kekayaan informasi untuk kehidupan sosial
dan ekonomi,” ujar Affan Surya, Provincial Coordinator Program Pelita
Pendidikan untuk Kaltim di sela-sela pelatihan.
MIKIR
merupakan singkatan dari Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi. Dengan
menurunkan masing-masing kategori menjadi kegiatan di kelas, metode ini
memudahkan guru membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif, percaya diri dan
kritis selama pembelajaran berlangsung.
Untuk
menjalankan MIKIR, guru harus mengintegrasikannya masing-masing kategori
tindakan tersebut dalam skenario pembelajaran.
“Jadi
pembelajaran itu harus ada skenarionya. Itu seperti membuat film. Kalau tidak
bagus skenarionya, pembelajaran menjadi tidak menarik bagi siswa. Tidak
tercapai tujuannya. MIKIR memudahkan guru membuat skenario tersebut,” tegasnya
lebih lanjut.
Affan
menyayangkan banyak guru yang tidak membuat skenario dan rencana pembelajaran sebelum
mengajar dan seringkali datang ke sekolah hanya untuk memberikan ceramah.
“Pembelajaran
dengan ceramah mematikan kesempatan siswa memiliki karakter dan ketrampilan
abad 21. Siswa harus daiajak terlibat dalam menemukan pengetahuan, sering
berdiskusi agar tumbuh kemampuan bekerjasama dalam tim untuk memecahkan
masalah, sering tampil ke depan agar pandai mengungkapkan gagasan dan percaya
diri,” ujarnya lebih lanjut.
Pada hari
ketiga ToT, para peserta menyebar ke beberapa sekolah untuk menerapkan skenario
MIKIR yang telah disusun dan disimulasikan sehari sebelumnya.
Seperti yang
dilakukan oleh Prof. Dr. Limbong Subagiyo, M.Si, Guru Besar FKIP Universitas
Mulawarman Samarinda yang langsung ikut terjun mengajar menggunakan pendekatan
MIKIR di SMP 3 Sragen Jateng.
Agar siswa
kelas Satu SMP yang diajarnya mengalami, mereka diajak melakukan percobaan
membuat larutan teh, kopi, dan kapur untuk mengetahui perbedaan unsur, senyawa
dan campuran.
Mereka
berdikusi dalam kelompok menjawab lembar kerja siswa dan mempresentasikan hasil
temuan mereka. Untuk refleksi, para siswa diminta mengkritisi pembelajaran yang
berlangsung. Apa yang masih kurang dan perlu ditambah.
Menurutnya
konsep MIKIR yang mencoba diperkenalkan oleh Tanoto Foundation membuat
pembelajaran di kelas akan jauh berbeda dengan yang selama ini dilakukan para guru
yang isinya kebanyakan ceramah.
“Metode
ceramah yang kebanyakan dilakukan para guru memang sudah harus ditinggalkan
karena sudah tidak sesuai dengan kebutuhan menjawab tantangan abad 21. MIKIR ini
pendekatan yang sangat baik, memperpraktis pendekatan-pendekatan yang ada,”
ujarnya.
Direktur
Program Pelita Pendidikan, Stuart Weston, yang sempat berkeliling meninjau
praktik tersebut berpesan agar para peserta yang akhirnya akan menjadi pelatih
para guru di tempatnya masing-masing menerapkannya di sekolahnya sendiri
terlebih dahulu.
“Buktikan di
masing-masing sekolahnya agar menyempurnakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah
didapat disini,” ujarnya.
Selain MIKIR
para peserta juga dilatih mengelola kelas, membuat lembar kerja siswa yang bisa
mengaktifkan siswa dan berbagai strategi pembelajaran lain. Sedangkan para
kepala sekolah, pengawas dan juga dosen dari Universitas Mulawarman, IAIN
Samarinda, Universitas Sebelas Maret dan UIN Walisongo, difasilitasi untuk
lebih mendalami tentang manajemen sekolah yang lebih transparan dan akuntabel. (JJ/KO)
KalbarOnline, Solo – Sebanyak 176 peserta yang terdiri
dari dosen, guru, kepala sekolah dan pengawas dari Kaltim dan Jateng ikut dalam
pelatihan fasilitator daerah dan LPTK Program Pelita Pendidikan di Hotel Best
Western Solo, Jawa Tengah yang berlangsung sejak 10 – 13 September 2018.
Para peserta
oleh Tanoto Foundation diperkenalkan program MIKIR, sebuah pendekatan agar
pembelajaran mampu membangkitkan siswa memiliki ketrampilan yang dibutuhkan
untuk hidup di abad 21 yang makin kompleks.
“Hidup zaman
ini harus memiliki karakter dan ketrampilan abad 21 yaitu kreatif dan inovatif,
mampu bekerja dalam tim yang semakin multikultur, berpikir kritis dan mampu
mengolah dan memanfaatkan limpahan kekayaan informasi untuk kehidupan sosial
dan ekonomi,” ujar Affan Surya, Provincial Coordinator Program Pelita
Pendidikan untuk Kaltim di sela-sela pelatihan.
MIKIR
merupakan singkatan dari Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi. Dengan
menurunkan masing-masing kategori menjadi kegiatan di kelas, metode ini
memudahkan guru membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif, percaya diri dan
kritis selama pembelajaran berlangsung.
Untuk
menjalankan MIKIR, guru harus mengintegrasikannya masing-masing kategori
tindakan tersebut dalam skenario pembelajaran.
“Jadi
pembelajaran itu harus ada skenarionya. Itu seperti membuat film. Kalau tidak
bagus skenarionya, pembelajaran menjadi tidak menarik bagi siswa. Tidak
tercapai tujuannya. MIKIR memudahkan guru membuat skenario tersebut,” tegasnya
lebih lanjut.
Affan
menyayangkan banyak guru yang tidak membuat skenario dan rencana pembelajaran sebelum
mengajar dan seringkali datang ke sekolah hanya untuk memberikan ceramah.
“Pembelajaran
dengan ceramah mematikan kesempatan siswa memiliki karakter dan ketrampilan
abad 21. Siswa harus daiajak terlibat dalam menemukan pengetahuan, sering
berdiskusi agar tumbuh kemampuan bekerjasama dalam tim untuk memecahkan
masalah, sering tampil ke depan agar pandai mengungkapkan gagasan dan percaya
diri,” ujarnya lebih lanjut.
Pada hari
ketiga ToT, para peserta menyebar ke beberapa sekolah untuk menerapkan skenario
MIKIR yang telah disusun dan disimulasikan sehari sebelumnya.
Seperti yang
dilakukan oleh Prof. Dr. Limbong Subagiyo, M.Si, Guru Besar FKIP Universitas
Mulawarman Samarinda yang langsung ikut terjun mengajar menggunakan pendekatan
MIKIR di SMP 3 Sragen Jateng.
Agar siswa
kelas Satu SMP yang diajarnya mengalami, mereka diajak melakukan percobaan
membuat larutan teh, kopi, dan kapur untuk mengetahui perbedaan unsur, senyawa
dan campuran.
Mereka
berdikusi dalam kelompok menjawab lembar kerja siswa dan mempresentasikan hasil
temuan mereka. Untuk refleksi, para siswa diminta mengkritisi pembelajaran yang
berlangsung. Apa yang masih kurang dan perlu ditambah.
Menurutnya
konsep MIKIR yang mencoba diperkenalkan oleh Tanoto Foundation membuat
pembelajaran di kelas akan jauh berbeda dengan yang selama ini dilakukan para guru
yang isinya kebanyakan ceramah.
“Metode
ceramah yang kebanyakan dilakukan para guru memang sudah harus ditinggalkan
karena sudah tidak sesuai dengan kebutuhan menjawab tantangan abad 21. MIKIR ini
pendekatan yang sangat baik, memperpraktis pendekatan-pendekatan yang ada,”
ujarnya.
Direktur
Program Pelita Pendidikan, Stuart Weston, yang sempat berkeliling meninjau
praktik tersebut berpesan agar para peserta yang akhirnya akan menjadi pelatih
para guru di tempatnya masing-masing menerapkannya di sekolahnya sendiri
terlebih dahulu.
“Buktikan di
masing-masing sekolahnya agar menyempurnakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah
didapat disini,” ujarnya.
Selain MIKIR
para peserta juga dilatih mengelola kelas, membuat lembar kerja siswa yang bisa
mengaktifkan siswa dan berbagai strategi pembelajaran lain. Sedangkan para
kepala sekolah, pengawas dan juga dosen dari Universitas Mulawarman, IAIN
Samarinda, Universitas Sebelas Maret dan UIN Walisongo, difasilitasi untuk
lebih mendalami tentang manajemen sekolah yang lebih transparan dan akuntabel. (JJ/KO)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini