Pontianak    

FKOB Kalbar Tolak Upacara Robo-robo Disebut Mengandung Syirik

Oleh : Jauhari Fatria
Rabu, 07 November 2018
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline,

Pontianak – Ketua Forum Komunikasi Orang Bugis (FKOB) Kalimantan Barat, Ardiansyah

menolak anggapan sejumlah pihak bahwa Robo-robo mengandung unsur syirik.

“Perlu diluruskan, ada yang kurang memahami Robo-robo

sehingga dianggap syirik. Tidak ada yang namanya sembah sana sembah sini. Allah

tetap pegangan kita,” ujarnya tegas saat diwawancarai usai upacara Robo-robo

yang digelar FKOB di Pontianak, Rabu pagi (7/11/2018).

Dikatakan Ardiansyah Robo-robo didalamnya diisi doa-doa. Apa

lagi, kata dia, Robo-robo merupakan warisan budaya leluhur, dari alim ulama

terdahulu.

“Para ulama terdahulu tentu tidak mewariskan kesyirikan. Kita

baca doa rasul, doa keselamatan dan doa tolak bala. Robo-robo ini warisan

budaya dari alim ulama kita dulu. Dari pendiri-pendiri kita dulu. Apakah kita

katakan mereka itu syirik? Tentunya tidak,” tegasnya lagi.

Ardiansyah juga menjelaskan salah satu adat budaya suku

Bugis yakni Manre Sipulung (makan bersama) sarat akan nilai-nilai luhur. Nenek

moyang terdahulu juga memanfaatkan Manre Sipulung sebagai sarana pemecahan

masalah.

“Dalam adat budaya Bugis itu tidak hanya sifatnya budaya,

tetapi ada nilai-nilai luhur yang bisa diambil. Misalnya Manre Sipulung atau

makan bersama. Manre Sipulung memiliki nilai silaturahim, tempat berdiskusi dan

menyelesaikan masalah. Itu nilai-nilai luhur yang ada di Manre Sipulung. Nenek

moyang kita dahulu melakukan Manre Sipulung untuk memecahkan berbagai masalah,”

jelasnya.

Disinggung terkait ditundanya peletakan batu pertama

pembangunan Rumah Adat Bugis Toraja, Ardiansyah menjelaskan bahwa penundaan itu

atas saran dari para senior-senior di FKOB. Namun dipastikannya, peletakan batu

pertama akan berlangsung dalam waktu dekat.

"Sebenarnya kita rencanakan peletakan batu pertama

rumah adat Bugis Toraja itu pada hari ini. Tetapi ada petuah-petuah dari

senior-senior kita, tidak baik dilakukan pada bulan Safar. Karena menurut

mereka di bulan Safar itu sebaiknya menghindari hal-hal yang sifatnya

membangun, jalan-jalan. Jadi kita tunda dan waktunya tidak akan lama lagi akan

mulai kita bangun,” tandasnya.

Senada dengan Ardiansyah, Gubernur Kalbar, Sutarmidji juga menegaskan bahwa masyarakat harus diberikan pemahaman yang baik mengenai pelaksanaan Robo-robo.

Sebab, kata dia, masih banyak pihak-pihak yang salah menafsirkan Robo-robo yang merupakan budaya masyarakat adat Bugis percampuran Melayu.

“Robo-robo itu sebenarnya baca doa tolak bala. Kenapa dilakukan

pada hari Rabu akhir di bulan Safar, karena pada bulan selanjutnya yakni Rabiul

Awal umat Muslim menyambut hari kelahiran Rasulullah, sehingga persiapannya itu

di bulan Safar ini, bayangkan hebatnya orang tua di jaman terdahulu, nah

budayanya itulah dikembangkan robo-robo dan berkembangnya di pusat kerajaan

Islam di Kalbar,” tukasnya.

Orang nomor satu di Bumi Tanjungpura ini menolak Robo-robo

disebut perbuatan syirik.

“Robo-robo itu baca doa tolak bala bersama. Inikan dalam

rangka menyambut hari lahir Rasulullah yaitu Maulid. Makanya dari sekarang

masyarakat gelar Robo-robo yang isinya ada baca doa tolak bala, doa taubat dan

sebagainya. Bayangkan orang jaman itu menyambut hari kelahiran Nabi, harus

membersihkan diri, jadi begitu pemahamannya, masa orang baca doa tolak bala

sirik,” tegasnya. (Fai)

Artikel Selanjutnya
FKOB Kalbar Gelar Upacara Robo-Robo di Tepian Sungai Kapuas
Rabu, 07 November 2018
Artikel Sebelumnya
Komisi VII DPR RI Sosialisasikan dan Bagikan Bibit Padi Hasil Riset BATAN
Rabu, 07 November 2018

Berita terkait