Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Jumat, 05 April 2019 |
KalbarOnline, Kubu
Raya – Upaya antisipasi bencana tahunan kebakaran hutan dan lahan mulai
menemukan titik terang.
Para petani di sekitar Bandara Supadio, Rasau Jaya Umum,
Rasau Jaya 1-3, Bintang Mas, Pematang Tujuh, Limbung, Parit Baru, Arang
Limbung, Madusari, Sungai Bulan, Sungai Asam, Punggur Besar, Punggur Kecil dan
Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit melakukan pencanangan bersama sebagai
bentuk komitmen bersama untuk membuka lahan tanpa membakar.
Pencanangan disaksikan langsung Forkopimda Kubu Raya dan
Kota Pontianak, Kapolresta Pontianak Kota dan Dandim 1207/BS yang berlangsung di
Aula Kantor Bupati Kubu Raya, Sabtu (30/3/2019).
Pada kesempatan itu tim dari Dinas Pertanian Provinsi
Kalimantan Barat juga melakukan sosialisasi teknologi olah tanam pertanian untuk
mencegah karhutla.
“Lahan gambut di Kubu Raya ini memang mencapai 70 persen
dari total luas wilayah Kubu Raya. Dan karhutla hebat di tahun 2015 dulu salah
satu hotspot yang banyak memang di Kubu Raya,” kata Bupati Kubu Raya, Muda
Mahendrawan di sela kegiatan.
Muda mengatakan karhutla menimbulkan dampak yang besar bagi
kehidupan masyarakat. Asap akibat karhutla, ujarnya, bahkan tidak saja
mengancam kesehatan namun dapat menghambat lalu lintas transportasi termasuk
penerbangan. Karena itu, pertemuan jajaran Forkopimda Kabupaten Kubu Raya dan
Kota Pontianak bersama Polresta Pontianak Kota dan Kodim 1207/BS dengan
masyarakat petani disebutnya sebagai bagian dari upaya pencegahan bencana
akibat karhutla.
“Ini forum untuk mendapatkan solusi. Masalahnya kan memang
berputar-putar di situ, kabakaran lahan. Jadi tidak bisa tidak memang harus ada
inisiatif dan inovasi yang harus kita lakukan dengan cara sinergis,” tukas
Muda.
Menyikapi karhutla yang terjadi karena pembukaan lahan
dengan cara membakar, Muda secara spesifik menyebut pemerintah daerah akan
mengupayakan langkah cepat untuk memfasilitasi petani memperoleh dan menerapkan
teknologi trichoderma. Dengan teknik tersebut, maka para petani dapat membuka
lahan dengan tidak harus membakar.
“Nah, kita harus cari metode yang bisa langsung dilakukan.
Penyuluh-penyuluh kita bersama penyuluh masyarakat yang sudah paham segera kita
ajak untuk ke masyarakat yang memang masih membakar lahan. Para petani dapat
dilatih atau diajak langsung learning by
doing,” imbuhnya.
Terkait hal itu, Muda meminta masyarakat petani untuk segera
mendaftarkan diri ke dinas terkait. Sehingga memudahkan pemerintah daerah dan
pihak terkait lainnya melakukan pelatihan metode pembelajaran langsung di
lapangan. Ia menjelaskan di sejumlah daerah para petani terbukti berhasil
membuka lahan tanpa membakar.
“Kita minta disampaikan kepada para petani. Nanti harus
diedarkan lewat semua desa,” pintanya.
Mendukung hal tersebut, Muda menyatakan pihaknya juga akan
melakukan pemberdayaan para petani. Diantaranya mengusahakan pasar. Sehingga
selain beras lokal Kubu Raya, komoditas lainnya seperti jagung juga mendapatkan
pasar yang siap.
“Mudah-mudahan bisa dilakukan sama seperti beras lokal Kubu
Raya. Agar ini bisa menjadi rangsangan bagi petani jagung, misalnya. Dapat
terjamin pasarnya oleh pemerintah kabupaten. Insya Allah kita buat metode yang
lebih inovatif untuk membuat semangat petani tidak kendor. Tetap menanam tapi
tidak perlu membakar lahan,” tuturnya.
Upaya mengantisipasi karhutla, lanjut Muda, juga dilakukan
dengan pembangunan sumurbor-sumurbor di titik-titik lokasi endemik kebakaran
lahan. Hal itu karena karhutla di lahan gambut kerap terjadi dari bawah tanah.
Karena itu sumurbor harus dibuat. Menyukseskan hal itu, Muda mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi gotong royong membuat bak penampungnya.
“Dibuat misalnya ukuran 3 x 6 sehingga nanti langsung
dilepas saja beberapa jam. Pembasahan dilakukan di titik-titik yang memang
sudah endemik dan rawan terbakar. Intinya disepanjang tepian yang rutin
terbakar. Setiap hari dibasahkan sampai meresap ke bawah,” jelasnya.
Muda juga meminta pengawasan dilakukan di daerah lahan
plasma. Agar mencegah terjadinya kebakaran akibat percikan api di area plasma
perusahaan. Ia meyakinkan masalah karhutla bisa diatasi sepanjang ada komitmen
bersama.
“Jadi bersama-sama menjaga anak-cucu kita juga supaya tidak
sakit. Kalau sudah sakit, jangankan yang tidak mampu, orang kaya pun bisa jadi
miskin. Derajat kesehatan harus kita jaga,” pesannya.
Muda menyebut sinergi dengan Kota Pontianak mutlak dilakukan mengingat kedua daerah sama-sama terdampak karhutla. Kubu Raya, menurut dia, adalah bagian dari metro area bersama Kota Pontianak. Karena itu sikap ego sentries harus dihindari.
“Kita tidak bicara lagi urusan masing-masing. Harus lihat dalam konteks sama-sama ada sirkulasi orang, barang, dan jasa di mana semua kepentingan pelayanan harus sama. Karena ini satu area yang kita sama-sama bisa saling memperkuat dan menunjang diberbagai bidang. Harus sudah sama-sama punya pemahaman bahwa ini untuk melindungi kepentingan bersama,” pungkasnya. (ian/rio)
KalbarOnline, Kubu
Raya – Upaya antisipasi bencana tahunan kebakaran hutan dan lahan mulai
menemukan titik terang.
Para petani di sekitar Bandara Supadio, Rasau Jaya Umum,
Rasau Jaya 1-3, Bintang Mas, Pematang Tujuh, Limbung, Parit Baru, Arang
Limbung, Madusari, Sungai Bulan, Sungai Asam, Punggur Besar, Punggur Kecil dan
Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit melakukan pencanangan bersama sebagai
bentuk komitmen bersama untuk membuka lahan tanpa membakar.
Pencanangan disaksikan langsung Forkopimda Kubu Raya dan
Kota Pontianak, Kapolresta Pontianak Kota dan Dandim 1207/BS yang berlangsung di
Aula Kantor Bupati Kubu Raya, Sabtu (30/3/2019).
Pada kesempatan itu tim dari Dinas Pertanian Provinsi
Kalimantan Barat juga melakukan sosialisasi teknologi olah tanam pertanian untuk
mencegah karhutla.
“Lahan gambut di Kubu Raya ini memang mencapai 70 persen
dari total luas wilayah Kubu Raya. Dan karhutla hebat di tahun 2015 dulu salah
satu hotspot yang banyak memang di Kubu Raya,” kata Bupati Kubu Raya, Muda
Mahendrawan di sela kegiatan.
Muda mengatakan karhutla menimbulkan dampak yang besar bagi
kehidupan masyarakat. Asap akibat karhutla, ujarnya, bahkan tidak saja
mengancam kesehatan namun dapat menghambat lalu lintas transportasi termasuk
penerbangan. Karena itu, pertemuan jajaran Forkopimda Kabupaten Kubu Raya dan
Kota Pontianak bersama Polresta Pontianak Kota dan Kodim 1207/BS dengan
masyarakat petani disebutnya sebagai bagian dari upaya pencegahan bencana
akibat karhutla.
“Ini forum untuk mendapatkan solusi. Masalahnya kan memang
berputar-putar di situ, kabakaran lahan. Jadi tidak bisa tidak memang harus ada
inisiatif dan inovasi yang harus kita lakukan dengan cara sinergis,” tukas
Muda.
Menyikapi karhutla yang terjadi karena pembukaan lahan
dengan cara membakar, Muda secara spesifik menyebut pemerintah daerah akan
mengupayakan langkah cepat untuk memfasilitasi petani memperoleh dan menerapkan
teknologi trichoderma. Dengan teknik tersebut, maka para petani dapat membuka
lahan dengan tidak harus membakar.
“Nah, kita harus cari metode yang bisa langsung dilakukan.
Penyuluh-penyuluh kita bersama penyuluh masyarakat yang sudah paham segera kita
ajak untuk ke masyarakat yang memang masih membakar lahan. Para petani dapat
dilatih atau diajak langsung learning by
doing,” imbuhnya.
Terkait hal itu, Muda meminta masyarakat petani untuk segera
mendaftarkan diri ke dinas terkait. Sehingga memudahkan pemerintah daerah dan
pihak terkait lainnya melakukan pelatihan metode pembelajaran langsung di
lapangan. Ia menjelaskan di sejumlah daerah para petani terbukti berhasil
membuka lahan tanpa membakar.
“Kita minta disampaikan kepada para petani. Nanti harus
diedarkan lewat semua desa,” pintanya.
Mendukung hal tersebut, Muda menyatakan pihaknya juga akan
melakukan pemberdayaan para petani. Diantaranya mengusahakan pasar. Sehingga
selain beras lokal Kubu Raya, komoditas lainnya seperti jagung juga mendapatkan
pasar yang siap.
“Mudah-mudahan bisa dilakukan sama seperti beras lokal Kubu
Raya. Agar ini bisa menjadi rangsangan bagi petani jagung, misalnya. Dapat
terjamin pasarnya oleh pemerintah kabupaten. Insya Allah kita buat metode yang
lebih inovatif untuk membuat semangat petani tidak kendor. Tetap menanam tapi
tidak perlu membakar lahan,” tuturnya.
Upaya mengantisipasi karhutla, lanjut Muda, juga dilakukan
dengan pembangunan sumurbor-sumurbor di titik-titik lokasi endemik kebakaran
lahan. Hal itu karena karhutla di lahan gambut kerap terjadi dari bawah tanah.
Karena itu sumurbor harus dibuat. Menyukseskan hal itu, Muda mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi gotong royong membuat bak penampungnya.
“Dibuat misalnya ukuran 3 x 6 sehingga nanti langsung
dilepas saja beberapa jam. Pembasahan dilakukan di titik-titik yang memang
sudah endemik dan rawan terbakar. Intinya disepanjang tepian yang rutin
terbakar. Setiap hari dibasahkan sampai meresap ke bawah,” jelasnya.
Muda juga meminta pengawasan dilakukan di daerah lahan
plasma. Agar mencegah terjadinya kebakaran akibat percikan api di area plasma
perusahaan. Ia meyakinkan masalah karhutla bisa diatasi sepanjang ada komitmen
bersama.
“Jadi bersama-sama menjaga anak-cucu kita juga supaya tidak
sakit. Kalau sudah sakit, jangankan yang tidak mampu, orang kaya pun bisa jadi
miskin. Derajat kesehatan harus kita jaga,” pesannya.
Muda menyebut sinergi dengan Kota Pontianak mutlak dilakukan mengingat kedua daerah sama-sama terdampak karhutla. Kubu Raya, menurut dia, adalah bagian dari metro area bersama Kota Pontianak. Karena itu sikap ego sentries harus dihindari.
“Kita tidak bicara lagi urusan masing-masing. Harus lihat dalam konteks sama-sama ada sirkulasi orang, barang, dan jasa di mana semua kepentingan pelayanan harus sama. Karena ini satu area yang kita sama-sama bisa saling memperkuat dan menunjang diberbagai bidang. Harus sudah sama-sama punya pemahaman bahwa ini untuk melindungi kepentingan bersama,” pungkasnya. (ian/rio)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini