Kubu Raya    

Bahaya Karhutla, Pemkab Canangkan Petani Buka Lahan Tanpa Membakar

Oleh : Jauhari Fatria
Jumat, 05 April 2019
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline, Kubu

Raya – Upaya antisipasi bencana tahunan kebakaran hutan dan lahan mulai

menemukan titik terang.

Para petani di sekitar Bandara Supadio, Rasau Jaya Umum,

Rasau Jaya 1-3, Bintang Mas, Pematang Tujuh, Limbung, Parit Baru, Arang

Limbung, Madusari, Sungai Bulan, Sungai Asam, Punggur Besar, Punggur Kecil dan

Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit melakukan pencanangan bersama sebagai

bentuk komitmen bersama untuk membuka lahan tanpa membakar.

Pencanangan disaksikan langsung Forkopimda Kubu Raya dan

Kota Pontianak, Kapolresta Pontianak Kota dan Dandim 1207/BS yang berlangsung di

Aula Kantor Bupati Kubu Raya, Sabtu (30/3/2019).

Pada kesempatan itu tim dari Dinas Pertanian Provinsi

Kalimantan Barat juga melakukan sosialisasi teknologi olah tanam pertanian untuk

mencegah karhutla.

“Lahan gambut di Kubu Raya ini memang mencapai 70 persen

dari total luas wilayah Kubu Raya. Dan karhutla hebat di tahun 2015 dulu salah

satu hotspot yang banyak memang di Kubu Raya,” kata Bupati Kubu Raya, Muda

Mahendrawan di sela kegiatan.

Muda mengatakan karhutla menimbulkan dampak yang besar bagi

kehidupan masyarakat. Asap akibat karhutla, ujarnya, bahkan tidak saja

mengancam kesehatan namun dapat menghambat lalu lintas transportasi termasuk

penerbangan. Karena itu, pertemuan jajaran Forkopimda Kabupaten Kubu Raya dan

Kota Pontianak bersama Polresta Pontianak Kota dan Kodim 1207/BS dengan

masyarakat petani disebutnya sebagai bagian dari upaya pencegahan bencana

akibat karhutla.

“Ini forum untuk mendapatkan solusi. Masalahnya kan memang

berputar-putar di situ, kabakaran lahan. Jadi tidak bisa tidak memang harus ada

inisiatif dan inovasi yang harus kita lakukan dengan cara sinergis,” tukas

Muda.

Menyikapi karhutla yang terjadi karena pembukaan lahan

dengan cara membakar, Muda secara spesifik menyebut pemerintah daerah akan

mengupayakan langkah cepat untuk memfasilitasi petani memperoleh dan menerapkan

teknologi trichoderma. Dengan teknik tersebut, maka para petani dapat membuka

lahan dengan tidak harus membakar.

“Nah, kita harus cari metode yang bisa langsung dilakukan.

Penyuluh-penyuluh kita bersama penyuluh masyarakat yang sudah paham segera kita

ajak untuk ke masyarakat yang memang masih membakar lahan. Para petani dapat

dilatih atau diajak langsung learning by

doing,” imbuhnya.

Terkait hal itu, Muda meminta masyarakat petani untuk segera

mendaftarkan diri ke dinas terkait. Sehingga memudahkan pemerintah daerah dan

pihak terkait lainnya melakukan pelatihan metode pembelajaran langsung di

lapangan. Ia menjelaskan di sejumlah daerah para petani terbukti berhasil

membuka lahan tanpa membakar.

“Kita minta disampaikan kepada para petani. Nanti harus

diedarkan lewat semua desa,” pintanya.

Mendukung hal tersebut, Muda menyatakan pihaknya juga akan

melakukan pemberdayaan para petani. Diantaranya mengusahakan pasar. Sehingga

selain beras lokal Kubu Raya, komoditas lainnya seperti jagung juga mendapatkan

pasar yang siap.

“Mudah-mudahan bisa dilakukan sama seperti beras lokal Kubu

Raya. Agar ini bisa menjadi rangsangan bagi petani jagung, misalnya. Dapat

terjamin pasarnya oleh pemerintah kabupaten. Insya Allah kita buat metode yang

lebih inovatif untuk membuat semangat petani tidak kendor. Tetap menanam tapi

tidak perlu membakar lahan,” tuturnya.

Upaya mengantisipasi karhutla, lanjut Muda, juga dilakukan

dengan pembangunan sumurbor-sumurbor di titik-titik lokasi endemik kebakaran

lahan. Hal itu karena karhutla di lahan gambut kerap terjadi dari bawah tanah.

Karena itu sumurbor harus dibuat. Menyukseskan hal itu, Muda mengajak

masyarakat untuk berpartisipasi gotong royong membuat bak penampungnya.

“Dibuat misalnya ukuran 3 x 6 sehingga nanti langsung

dilepas saja beberapa jam. Pembasahan dilakukan di titik-titik yang memang

sudah endemik dan rawan terbakar. Intinya disepanjang tepian yang rutin

terbakar. Setiap hari dibasahkan sampai meresap ke bawah,” jelasnya.

Muda juga meminta pengawasan dilakukan di daerah lahan

plasma. Agar mencegah terjadinya kebakaran akibat percikan api di area plasma

perusahaan. Ia meyakinkan masalah karhutla bisa diatasi sepanjang ada komitmen

bersama.

“Jadi bersama-sama menjaga anak-cucu kita juga supaya tidak

sakit. Kalau sudah sakit, jangankan yang tidak mampu, orang kaya pun bisa jadi

miskin. Derajat kesehatan harus kita jaga,” pesannya.

Muda menyebut sinergi dengan Kota Pontianak mutlak dilakukan mengingat kedua daerah sama-sama terdampak karhutla. Kubu Raya, menurut dia, adalah bagian dari metro area bersama Kota Pontianak. Karena itu sikap ego sentries harus dihindari.

“Kita tidak bicara lagi urusan masing-masing. Harus lihat dalam konteks sama-sama ada sirkulasi orang, barang, dan jasa di mana semua kepentingan pelayanan harus sama. Karena ini satu area yang kita sama-sama bisa saling memperkuat dan menunjang diberbagai bidang. Harus sudah sama-sama punya pemahaman bahwa ini untuk melindungi kepentingan bersama,” pungkasnya. (ian/rio)

Artikel Selanjutnya
Warga Ketapang Sambut Baik Jika Kapal Express Dioperasikan Kembali
Jumat, 05 April 2019
Artikel Sebelumnya
Kunker ke Padang Tikar, Sutarmidji Dorong Terbentuknya Bumdes
Jumat, 05 April 2019

Berita terkait