Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Rabu, 25 September 2019 |
KalbarOnline, Kubu
Raya – Usaha daging dari buah kelapa yang dikeringkan atau lebih sering
didengar dengan sebutan kopra masih menjadi andalan potensi yang berpeluang
bagi sebagian warga Kecamatan Sungai Kakap. Dengan proses yang sederhana dari penurunan
buah kelapa hingga pengupasan kulit dan pengeringan menggunakan sinar matahari,
masih sering terlihat di sepanjang jalan Dusun Cempaka, Desa Sungai Itik,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
Kepala Desa Sungai Itik, Abdurahman menjelaskan, peminat
dari usaha kopra di desanya masih banyak dilakukan oleh warga Desa Sungai Itik,
dengan hamparan yang luas 70 persen pohon-pohon kelapa masih banyak tumbuh
subur dan berbuah. Namun, suburnya buah pohon kelapa tidaklah sesubur
pendapatan dari para petani kopra, yang pada akhirnya banyak perkebunan buah
kelapa menjadi semak belukar karena tidak dirawat.
“Sekarang banyak petani kopra sambilan membuat gula merah
dari air legen buah kelapa karena hasil dari kopra sudah tidak dapat
meningkatkan pendapatan bagi petani kopra. Apalagi harga jualnya kerap berubah,
kadang turun kadang naik,” ujar Abdurahman saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu
(25/9/2019).
Perubahan harga jual kopra memang dirasakan bagi petani, salah
satunya Bakri (52). Ia menuturkan, harga jual kopra saat ini Rp3800/kilogram yang
sebelumnya sempat turun menjadi Rp3600/kilogram. Proses menjadi kopra dari buah
kelapa juga memerlukan biaya.
“Berat dari satu buah kelapa hitunglah dua ons, dikalikan Rp3800,
apabila menjadi kopra terhitung 3600/kilogram sedangkan penurunan dan
pengeringan juga memerlukan biaya,” kata Bakri saat ditemui di lokasi
pengupasan kulit buah kelapa.
Dia berujar, tahap penyelesaian dari buah kelapa menjadi kopra
untuk sebanyak tiga petani kopra masing-masing bisa menyelesaikan 1000 buah
kelapa untuk menjadi kopra dari 3000 buah kelapa masih utuh keadaannya.
Banyaknya jumlah buah kelapa karena sudah dipatok oleh para petani kopra waktu
yang tepat untuk menentukan kualitas buah kelapa itu sendiri.
“Khusus buah kelapa tidak ada musim, sudah dipastikan setiap
3-4 bulan buah kelapa itu wajib diturunkan apabila lebih dari waktu itu maka
buah akan jelek (hitam) artinya dalam waktu satu tahun bisa empat kali
menurunkan buah kelapa dari pohonnya,” terang dia. (ian)
KalbarOnline, Kubu
Raya – Usaha daging dari buah kelapa yang dikeringkan atau lebih sering
didengar dengan sebutan kopra masih menjadi andalan potensi yang berpeluang
bagi sebagian warga Kecamatan Sungai Kakap. Dengan proses yang sederhana dari penurunan
buah kelapa hingga pengupasan kulit dan pengeringan menggunakan sinar matahari,
masih sering terlihat di sepanjang jalan Dusun Cempaka, Desa Sungai Itik,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
Kepala Desa Sungai Itik, Abdurahman menjelaskan, peminat
dari usaha kopra di desanya masih banyak dilakukan oleh warga Desa Sungai Itik,
dengan hamparan yang luas 70 persen pohon-pohon kelapa masih banyak tumbuh
subur dan berbuah. Namun, suburnya buah pohon kelapa tidaklah sesubur
pendapatan dari para petani kopra, yang pada akhirnya banyak perkebunan buah
kelapa menjadi semak belukar karena tidak dirawat.
“Sekarang banyak petani kopra sambilan membuat gula merah
dari air legen buah kelapa karena hasil dari kopra sudah tidak dapat
meningkatkan pendapatan bagi petani kopra. Apalagi harga jualnya kerap berubah,
kadang turun kadang naik,” ujar Abdurahman saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu
(25/9/2019).
Perubahan harga jual kopra memang dirasakan bagi petani, salah
satunya Bakri (52). Ia menuturkan, harga jual kopra saat ini Rp3800/kilogram yang
sebelumnya sempat turun menjadi Rp3600/kilogram. Proses menjadi kopra dari buah
kelapa juga memerlukan biaya.
“Berat dari satu buah kelapa hitunglah dua ons, dikalikan Rp3800,
apabila menjadi kopra terhitung 3600/kilogram sedangkan penurunan dan
pengeringan juga memerlukan biaya,” kata Bakri saat ditemui di lokasi
pengupasan kulit buah kelapa.
Dia berujar, tahap penyelesaian dari buah kelapa menjadi kopra
untuk sebanyak tiga petani kopra masing-masing bisa menyelesaikan 1000 buah
kelapa untuk menjadi kopra dari 3000 buah kelapa masih utuh keadaannya.
Banyaknya jumlah buah kelapa karena sudah dipatok oleh para petani kopra waktu
yang tepat untuk menentukan kualitas buah kelapa itu sendiri.
“Khusus buah kelapa tidak ada musim, sudah dipastikan setiap
3-4 bulan buah kelapa itu wajib diturunkan apabila lebih dari waktu itu maka
buah akan jelek (hitam) artinya dalam waktu satu tahun bisa empat kali
menurunkan buah kelapa dari pohonnya,” terang dia. (ian)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini