Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Selasa, 22 Oktober 2019 |
Tujuh Tim Berlaga di
Festival Meriam Karbit
KalbarOnline,
Pontianak – Dentuman lima meriam karbit menggelegar tatkala disulut silih
berganti oleh tamu undangan yang hadir pada Festival Meriam Karbit tingkat pelajar
SMA di pinggiran Sungai Kapuas, Jalan Yusuf Karim, Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan
Pontianak Timur, Selasa (22/10/2019). Penyulutan meriam ini pula menandai
dimulainya lomba permainan tradisional tersebut.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar)
Kota Pontianak, Syarif Saleh mengapresiasi digelarnya festival meriam karbit
bagi kalangan pelajar SMA sederajat. Meriam karbit sebagai bagian dari
kebudayaan yang dimiliki Kota Pontianak harus selalu diingat dan dikenal oleh masyarakat.

“Para pelajar juga harus tahu bagaimana sejarah meriam
karbit dan seperti apa permainan meriam karbit itu,” ujarnya.
Terlebih, kata dia, kemunculan meriam karbit ini merupakan
cikal bakal berdirinya Kota Pontianak. Sebagai upaya pelestarian budaya, maka
setiap memperingati Hari Jadi Kota Pontianak dan menyambut Hari Raya Idul Fitri
digelar Festival Meriam Karbit. Dirinya berharap festival serupa terus digelar
setiap tahun.
“Diharapkan semakin banyak pelajar yang ikut serta dalam
festival ini supaya mereka mengenal budaya daerahnya,” sebutnya.
Sementara Ketua Panitia Penyelenggara, Salman B menjelaskan,
Festival Meriam Karbit tingkat pelajar ini rutin digelar setiap tahun
memperingati Hari Jadi Kota Pontianak. Festival ini sudah ada sejak tahun 2009.
“Sengaja kita peruntukkan bagi para pelajar agar ada
regenerasi pemain meriam karbit sehingga permainan ini terus berlanjut,”
jelasnya.
Sebagian besar komunitas pemain meriam karbit berada di
Wilayah Pontianak Timur, Selatan dan Tenggara, terutama mereka yang bermukim di
pinggiran Sungai Kapuas. Permainan tradisional yang sudah lama ada ini
merupakan salah satu aset yang dimiliki Kota Pontianak dan hanya satu-satunya
di dunia meriam karbit sebesar ini.
“Kalau ini tidak kita lestarikan, saya kuatir lambat laun
akan punah,” ucap Salman.
Sulitnya mencari bahan baku kayu untuk membuat meriam
menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh masyarakat. Kalaupun tersedia,
harganya melambung tinggi. Meriam-meriam yang ada ini pun usianya diperkirakan
sudah diatas tiga hingga lima tahun.
“Untuk itu saya berharap festival ini terus terlaksana
setiap tahunnya dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Pontianak sebagai
upaya melestarikan budaya,” tukasnya.
Dedi Santoso, satu di antara juri dalam Festival Meriam
Karbit Tingkat SMA, menerangkan, ada beberapa kriteria penilaian. Pertama,
penampilan para peserta mengenakan pakaian telok belanga disesuaikan dengan
Hari Jadi Kota Pontianak. Kedua, kekompakkan tim, mulai dari menyiapkan bahan
untuk membunyikan meriam hingga saat menyulut meriam. Ketiga, bunyi meriam
dentumannya harus keras dan lantang. Keempat adalah irama dentuman meriam.
Irama ini kaitannya dengan seni membunyikan meriam karbit.
“Bagaimana mereka mengatur ritme antara bunyi meriam yang
satu dengan yang lainnya,” terangnya.
Pada festival tahun ini, Dedi berkata, ada tujuh tim atau
kelompok yang berasal dari SMA sederajat yang ada di Kota Pontianak. Dalam sebuah
tim terdiri dari lima orang.
“Sebelum menyulut, setiap peserta mempersiapkan bahan untuk
membunyikan meriam. Mulai dari mengisi air, memasukkan karbit, menutup lubang
agar karbit mencapai titik didih tertentu,” pungkasnya.
Ia berharap melalui festival atau lomba ini bisa
memasyarakatkan dan mengenalkan budaya yang dimiliki Kota Pontianak kepada para
pelajar agar mereka ikut melestarikan permainan tradisional yang telah ada dari
sejak jaman berdirinya Pontianak. (jim)
Tujuh Tim Berlaga di
Festival Meriam Karbit
KalbarOnline,
Pontianak – Dentuman lima meriam karbit menggelegar tatkala disulut silih
berganti oleh tamu undangan yang hadir pada Festival Meriam Karbit tingkat pelajar
SMA di pinggiran Sungai Kapuas, Jalan Yusuf Karim, Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan
Pontianak Timur, Selasa (22/10/2019). Penyulutan meriam ini pula menandai
dimulainya lomba permainan tradisional tersebut.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar)
Kota Pontianak, Syarif Saleh mengapresiasi digelarnya festival meriam karbit
bagi kalangan pelajar SMA sederajat. Meriam karbit sebagai bagian dari
kebudayaan yang dimiliki Kota Pontianak harus selalu diingat dan dikenal oleh masyarakat.

“Para pelajar juga harus tahu bagaimana sejarah meriam
karbit dan seperti apa permainan meriam karbit itu,” ujarnya.
Terlebih, kata dia, kemunculan meriam karbit ini merupakan
cikal bakal berdirinya Kota Pontianak. Sebagai upaya pelestarian budaya, maka
setiap memperingati Hari Jadi Kota Pontianak dan menyambut Hari Raya Idul Fitri
digelar Festival Meriam Karbit. Dirinya berharap festival serupa terus digelar
setiap tahun.
“Diharapkan semakin banyak pelajar yang ikut serta dalam
festival ini supaya mereka mengenal budaya daerahnya,” sebutnya.
Sementara Ketua Panitia Penyelenggara, Salman B menjelaskan,
Festival Meriam Karbit tingkat pelajar ini rutin digelar setiap tahun
memperingati Hari Jadi Kota Pontianak. Festival ini sudah ada sejak tahun 2009.
“Sengaja kita peruntukkan bagi para pelajar agar ada
regenerasi pemain meriam karbit sehingga permainan ini terus berlanjut,”
jelasnya.
Sebagian besar komunitas pemain meriam karbit berada di
Wilayah Pontianak Timur, Selatan dan Tenggara, terutama mereka yang bermukim di
pinggiran Sungai Kapuas. Permainan tradisional yang sudah lama ada ini
merupakan salah satu aset yang dimiliki Kota Pontianak dan hanya satu-satunya
di dunia meriam karbit sebesar ini.
“Kalau ini tidak kita lestarikan, saya kuatir lambat laun
akan punah,” ucap Salman.
Sulitnya mencari bahan baku kayu untuk membuat meriam
menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh masyarakat. Kalaupun tersedia,
harganya melambung tinggi. Meriam-meriam yang ada ini pun usianya diperkirakan
sudah diatas tiga hingga lima tahun.
“Untuk itu saya berharap festival ini terus terlaksana
setiap tahunnya dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Pontianak sebagai
upaya melestarikan budaya,” tukasnya.
Dedi Santoso, satu di antara juri dalam Festival Meriam
Karbit Tingkat SMA, menerangkan, ada beberapa kriteria penilaian. Pertama,
penampilan para peserta mengenakan pakaian telok belanga disesuaikan dengan
Hari Jadi Kota Pontianak. Kedua, kekompakkan tim, mulai dari menyiapkan bahan
untuk membunyikan meriam hingga saat menyulut meriam. Ketiga, bunyi meriam
dentumannya harus keras dan lantang. Keempat adalah irama dentuman meriam.
Irama ini kaitannya dengan seni membunyikan meriam karbit.
“Bagaimana mereka mengatur ritme antara bunyi meriam yang
satu dengan yang lainnya,” terangnya.
Pada festival tahun ini, Dedi berkata, ada tujuh tim atau
kelompok yang berasal dari SMA sederajat yang ada di Kota Pontianak. Dalam sebuah
tim terdiri dari lima orang.
“Sebelum menyulut, setiap peserta mempersiapkan bahan untuk
membunyikan meriam. Mulai dari mengisi air, memasukkan karbit, menutup lubang
agar karbit mencapai titik didih tertentu,” pungkasnya.
Ia berharap melalui festival atau lomba ini bisa
memasyarakatkan dan mengenalkan budaya yang dimiliki Kota Pontianak kepada para
pelajar agar mereka ikut melestarikan permainan tradisional yang telah ada dari
sejak jaman berdirinya Pontianak. (jim)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini