Pontianak    

Lestarikan Budaya Melalui Festival Meriam Karbit Tingkat SMA

Oleh : Jauhari Fatria
Selasa, 16 Oktober 2018
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

Festival Meriam

Karbit Semarakkan Harjad Pontianak ke-247

KalbarOnline, Pontianak – Suara menggelegar terdengar dari pinggir Sungai Kapuas, Jalan Yusuf Karim, Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur. Suara dentuman yang cukup keras berasal dari meriam karbit yang disulut peserta Festival Meriam Karbit Tingkat Pelajar SMA, Selasa (16/10/2018).

Sebanyak delapan kelompok ikut serta dalam festival yang digelar rutin setiap tahunnya ini menyambut Hari Jadi Kota Pontianak ke-247.

Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono

mengatakan, selain setiap Hari Raya Idul Fitri, Festival Meriam Karbit juga

digelar setiap menyambut Hari Jadi Kota Pontianak. Bedanya, peserta adalah pelajar

setingkat SMA sederajat.

“Festival Meriam Karbit yang diikuti pelajar tingkat SMA ini

bertujuan supaya permainan rakyat tradisional ini dikenal di kalangan generasi

muda dan mereka ikut melestarikan budaya khas Kota Pontianak,” ujarnya.

Menurutnya, meriam karbit yang disediakan panitia sebanyak

sembilan meriam. Sedangkan aspek penilaian, diantaranya suara dentuman meriam,

kekompakkan peserta, kostum yang dikenakan dan penilaian lainnya yang

ditetapkan juri. Ia berpendapat, maksimal tidaknya dentuman yang dihasilkan

oleh sebuah meriam karbit, tergantung pada bagaimana peserta mematangkan karbit

yang dimasukkan ke dalam meriam.

“Sehingga saat disulut, suara yang dihasilkan pun

menggelegar,” terang  Edi.

Ia mendukung apabila permainan karbit ini masuk dalam mata

pelajaran muatan lokal sebagai bagian dari sejarah Kota Pontianak sehingga

anak-anak sejak dini mengenal budaya dan latar belakang berdirinya Kota

Pontianak.

“Generasi muda diharapkan bisa memaknai dan memahami

filosofi permainan meriam karbit ini,” timpalnya.

Azmi, warga Banjar Serasan, menyambut  baik digelarnya Festival Meriam Karbit ini.

Sebab, kata dia, banyak dampak positif dari festival ini, diantaranya bisa

mendorong kreativitas anak-anak muda 

khususnya pelajar, sekaligus menanamkan semangat bergotong royong di

antara mereka.

Pasalnya, meskipun biaya yang dikeluarkan untuk membuat

sebuah meriam terbilang cukup mahal, tetapi dengan bergotong royong dan saling

urunan memberikan sumbangan dana, meriam tersebut bisa mereka buat.

“Semangat gotong royong itulah menjadi filosofi dalam

festival meriam karbit ini,” sebutnya.

Ia menilai, di digelarnya Festival Meriam Karbit di kalangan

pelajar SMA ini sangat bagus sebagai upaya menanamkan pengetahuan tentang

budaya pada generasi muda.

“Dengan demikian budaya yang kita miliki ini tetap terjaga

kelestariannya,” pungkasnya. (jim)

Artikel Selanjutnya
Integrasikan Seluruh Aplikasi OPD, Pemkot Siap Bangun Interoperabilitas
Selasa, 16 Oktober 2018
Artikel Sebelumnya
Dukung Gubernur Non-Aktifkan M Zeet, Subhan Noviar: Memangnye Mau Jadi Sekda Seumur Hidup
Selasa, 16 Oktober 2018

Berita terkait