Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Minggu, 22 Desember 2019 |
Satu Komplek dengan
Rumah Adat
KalbarOnline,
Pontianak – Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat berencana memindahkan
Taman Budaya dan seisinya ke komplek Rumah Adat Melayu dan Rumah Radakng dengan
konsep dan wajah baru kekinian. Rencana ini berdasarkan bangunan taman budaya yang
berlokasi di Jalan Ahmad Yani Pontianak itu sudah usang, ditambah gedung hotel
yang menjulang tinggi persis berada di sebelahnya, membuat Taman Budaya semakin
tak representatif sebagai pusat pentas pertunjukan seni dan budaya.
Desain gedung Taman Budaya hasil sayembara yang dilakukan oleh
Pemprov Kalbar sudah rampung bahkan sudah disetujui oleh Pemprov Kalbar tak
terkecuali Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji yang langsung ia rilis di akun
sosial medianya. Berdasarkan dari gambar desain itu, gedung utama Taman Budaya
nantinya akan berbentuk oval melingkar dengan tema ‘Nyongsokng Tembawang’,
berada persis di tengah-tengah antara Rumah Adat Melayu dan Rumah Radakng.
Saat dikonfirmasi, Sutarmidji mengakui bahwa dirinya memang ingin
menyatukan taman budaya menjadi satu kawasan dengan Rumah Melayu dan Rumah Radakng.
“Di tengah-tengah antara dua bangunan itu (Rumah Melayu dan Rumah Radakng) ada Taman Budaya, nantinya ada arena pementasan seni dan budaya baik indoor maupun outdoor,” ujarnya.
Sesuai yang direncanakan, Taman Budaya itu nantinya juga
akan dilengkapi fasilitas panggung pentas seni khusus outdor. Untuk menyokong
kegiatan-kegiatan outdoor seperti gawai dan sebagainya. Tangga belakang rumah
radakng bakal menjadi satu fasilitas penting bagi pentas seni outdoor itu
sebagai tempat duduk bagi masyarakat yang datang menonton pagelaran pentas
seni.
“Itu akan kita benahi, nanti ada panggungnya. Tempat orang
duduk, bisa di tangga naik ke Rumah Radakng, itu bisa. Kemudian kita akan
tambah trap baru di gedung yang sekarang ini,” tuturnya.
Orang nomor wahid di Bumi Tanjungpura itu menilai, desain induk
bangunan gedung utama taman budaya ‘Nyongsokng Tembawang’ itu sudah tepat, lantaran
tak menenggelamkan dan mempengaruhi ciri kedua bangunan ikonik Kalbar.
“Dari lima finalis itu, semua desainnya bagus. Tapi yang juara
satu itu yang bentukanya oval. Kita lihat desainnya rata-rata bagus. Tapi
pilihan juri ‘Nyongsokng Tembawang’ dan sesuai juga, karena dia tidak
mempengaruhi bentuk bangunan yang kiri dan kanan. Kalau yang lain, buat desain
menyatukan kiri dan kanan, itu tidak pas. Ada juga yang bentuk paruh gading, tapi
terlalu tinggi 52 meter. Kita tidak mampu merawatnya. Jadi yang itu, Insya
Allah kita coba matangkan di tahun 2020 tahun 2021 mungkin akan kita mulai
pembangunannya,” bebernya.
Sementara mengenai bangunan Taman Budaya yang lama, dikatakan Midji, rencananya akan dipinjamkan untuk Kantor pusat Bank Pembangunan Daerah (Bank Kalbar).
“Kalau saya, rencanaya bank Kalbar. Kita nilai berapa, jadi penyertaan modal. Tanah mereka, yang ada, dibeli kemaren itu, dilelang aja, untuk membangun itu. Jadi kan cashflow-nya tidak terganggu,” tandasnya.
Adapun gedung ini nantinya akan dilengkapi dengan gedung parkir yang dipusatkan di area belakang dengan dibangun gedung parkir baru. Pagar batas dihilangkan dan dibuat boulevard dengan akses langsung agar pejalan kaki dan difabel dapat langsung menuju ketiga bangunan. Cara ‘Nyongsokng’ atau menyambut tamu pejalan kaki dengan memaksimalkan lansekap untuk penghijauan, amphitheater hijau sebagai water reservoir, dan miniatur Hutan Tembawang agar tercipta kantong-kantong budaya yang dapat dimanfaatkan publik, sekaligus kantong-kantong ekologi sebagai pesan kepada generasi berikutnya agar selalu bersahabat dengan alam.
Adapun tema besar yang diangkat dalam konsep bangunan
bertema ‘Nyongsokng Tembawang’ ini adalah keberlanjutan persaudaraan antar suku
dan kelestarian alam. Di mana, ratusan tahun lalu, Hutan Tembawang menjadi
saksi persaudaraan suku Dayak dan Melayu. Hutan Tembawang bukan sekedar
agroforesti, tetapi memiliki fungsi sosial.
Hutan juga bukan hanya untuk memastikan kebutuhan suku Daya tetapi juga untuk dapat membantu kebutuhan suku Melayu. Kebiasaan tukar menukar bantuan pun berlanjut dengan suku Melayu yang kembali membantu anak-anak suku Dayak yang hendak menuntut ilmu dengan menyediakan rumah mereka dengan pintu terbuka sehingga sebuah kisah indah ini hendak dilestarikan sebagai semangat untuk terus diwariskan. (Fai)
Satu Komplek dengan
Rumah Adat
KalbarOnline,
Pontianak – Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat berencana memindahkan
Taman Budaya dan seisinya ke komplek Rumah Adat Melayu dan Rumah Radakng dengan
konsep dan wajah baru kekinian. Rencana ini berdasarkan bangunan taman budaya yang
berlokasi di Jalan Ahmad Yani Pontianak itu sudah usang, ditambah gedung hotel
yang menjulang tinggi persis berada di sebelahnya, membuat Taman Budaya semakin
tak representatif sebagai pusat pentas pertunjukan seni dan budaya.
Desain gedung Taman Budaya hasil sayembara yang dilakukan oleh
Pemprov Kalbar sudah rampung bahkan sudah disetujui oleh Pemprov Kalbar tak
terkecuali Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji yang langsung ia rilis di akun
sosial medianya. Berdasarkan dari gambar desain itu, gedung utama Taman Budaya
nantinya akan berbentuk oval melingkar dengan tema ‘Nyongsokng Tembawang’,
berada persis di tengah-tengah antara Rumah Adat Melayu dan Rumah Radakng.
Saat dikonfirmasi, Sutarmidji mengakui bahwa dirinya memang ingin
menyatukan taman budaya menjadi satu kawasan dengan Rumah Melayu dan Rumah Radakng.
“Di tengah-tengah antara dua bangunan itu (Rumah Melayu dan Rumah Radakng) ada Taman Budaya, nantinya ada arena pementasan seni dan budaya baik indoor maupun outdoor,” ujarnya.
Sesuai yang direncanakan, Taman Budaya itu nantinya juga
akan dilengkapi fasilitas panggung pentas seni khusus outdor. Untuk menyokong
kegiatan-kegiatan outdoor seperti gawai dan sebagainya. Tangga belakang rumah
radakng bakal menjadi satu fasilitas penting bagi pentas seni outdoor itu
sebagai tempat duduk bagi masyarakat yang datang menonton pagelaran pentas
seni.
“Itu akan kita benahi, nanti ada panggungnya. Tempat orang
duduk, bisa di tangga naik ke Rumah Radakng, itu bisa. Kemudian kita akan
tambah trap baru di gedung yang sekarang ini,” tuturnya.
Orang nomor wahid di Bumi Tanjungpura itu menilai, desain induk
bangunan gedung utama taman budaya ‘Nyongsokng Tembawang’ itu sudah tepat, lantaran
tak menenggelamkan dan mempengaruhi ciri kedua bangunan ikonik Kalbar.
“Dari lima finalis itu, semua desainnya bagus. Tapi yang juara
satu itu yang bentukanya oval. Kita lihat desainnya rata-rata bagus. Tapi
pilihan juri ‘Nyongsokng Tembawang’ dan sesuai juga, karena dia tidak
mempengaruhi bentuk bangunan yang kiri dan kanan. Kalau yang lain, buat desain
menyatukan kiri dan kanan, itu tidak pas. Ada juga yang bentuk paruh gading, tapi
terlalu tinggi 52 meter. Kita tidak mampu merawatnya. Jadi yang itu, Insya
Allah kita coba matangkan di tahun 2020 tahun 2021 mungkin akan kita mulai
pembangunannya,” bebernya.
Sementara mengenai bangunan Taman Budaya yang lama, dikatakan Midji, rencananya akan dipinjamkan untuk Kantor pusat Bank Pembangunan Daerah (Bank Kalbar).
“Kalau saya, rencanaya bank Kalbar. Kita nilai berapa, jadi penyertaan modal. Tanah mereka, yang ada, dibeli kemaren itu, dilelang aja, untuk membangun itu. Jadi kan cashflow-nya tidak terganggu,” tandasnya.
Adapun gedung ini nantinya akan dilengkapi dengan gedung parkir yang dipusatkan di area belakang dengan dibangun gedung parkir baru. Pagar batas dihilangkan dan dibuat boulevard dengan akses langsung agar pejalan kaki dan difabel dapat langsung menuju ketiga bangunan. Cara ‘Nyongsokng’ atau menyambut tamu pejalan kaki dengan memaksimalkan lansekap untuk penghijauan, amphitheater hijau sebagai water reservoir, dan miniatur Hutan Tembawang agar tercipta kantong-kantong budaya yang dapat dimanfaatkan publik, sekaligus kantong-kantong ekologi sebagai pesan kepada generasi berikutnya agar selalu bersahabat dengan alam.
Adapun tema besar yang diangkat dalam konsep bangunan
bertema ‘Nyongsokng Tembawang’ ini adalah keberlanjutan persaudaraan antar suku
dan kelestarian alam. Di mana, ratusan tahun lalu, Hutan Tembawang menjadi
saksi persaudaraan suku Dayak dan Melayu. Hutan Tembawang bukan sekedar
agroforesti, tetapi memiliki fungsi sosial.
Hutan juga bukan hanya untuk memastikan kebutuhan suku Daya tetapi juga untuk dapat membantu kebutuhan suku Melayu. Kebiasaan tukar menukar bantuan pun berlanjut dengan suku Melayu yang kembali membantu anak-anak suku Dayak yang hendak menuntut ilmu dengan menyediakan rumah mereka dengan pintu terbuka sehingga sebuah kisah indah ini hendak dilestarikan sebagai semangat untuk terus diwariskan. (Fai)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini