KalbarOnline.com – Turki kembali membuat berang gereja-gereja Ortodoks. Belum usai kritikan yang dilontarkan karena mengembalikan Hagia Sophia dari museum menjadi masjid, kini negara yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan itu bakal melakukan hal serupa. Yaitu, mengubah Museum Kariye menjadi tempat ibadah umat muslim.
”Salah satu simbol identitas multikultural dan sejarah multiagama negara kita telah dikorbankan,” cuit legislator dari partai oposisi HDP Garo Paylan. Dia menyebut perubahan tersebut memalukan.
- Baca juga: Klaster Baru Hagia Sophia, Jamaah Positif Covid-19 Usai Idul Adha
Dekrit terkait perubahan Museum Kariye tersebut dimuat di surat kabar resmi pemerintah Turki, Jumat (21/8). Pengadilan administratif Turki sudah menyetujui perubahan status itu sejak November tahun lalu. Jauh lebih dulu daripada persetujuan untuk Hagia Sophia yang baru keluar awal Juli 2020.
Para pengamat menilai bahwa perubahan dua status museum itu merupakan usaha Erdogan untuk meningkatkan nasionalisme dan sisi konservatif para pendukungnya. Hal itu dibutuhkan saat Turki kini mengalami inflasi dan ketidaktentuan perekonomian akibat pandemi Covid-19.
”Keputusan ini adalah provokasi lain dari pemerintah Turki terhadap orang-orang beragama di mana pun.” Demikian bunyi pernyataan ketidaksetujuan pemerintah Yunani seperti dikutip Agence France-Presse. Dua negara itu memang tak pernah akur sejak Yunani berhasil memisahkan diri dari Kekaisaran Ottoman pada 1830.
Sejarah Kariye hampir serupa dengan Hagia Sophia. Bangunan itu sudah berusia lebih dari seribu tahun. Dulu namanya Gereja Juru Selamat yang berdiri di masa Kekaisaran Bizantium pada abad pertengahan. Ia dihiasi dengan lukisan penghakiman terakhir yang dibuat di abad ke-14. Lukisan itu berharga bagi umat kristiani.
Setengah abad setelah Konstantinopel ditaklukkan oleh Kekaisaran Ottoman pada 1453, gereja tersebut diubah menjadi Masjid Kariye. Pasca-Perang Dunia Ke-2, ia berganti lagi menjadi Museum Kariye atau Museum Chora. Turki saat itu berubah menjadi republik dan ingin agar negaranya lebih sekuler. Sekelompok sejarawan AS membantu merestorasi mozaik-mozaik di Kariye. Ia dibuka untuk umum pada 1958.
”Ini adalah bangunan yang kaya akan sejarah,” ujar turis Prancis Frederic Sicard. Dia tetap akan berkunjung lagi meski Kariye berubah menjadi masjid.
Jika dilihat sekilas, Kariye hampir serupa dengan masjid-masjid yang berdiri di Istanbul saat ini. Ia juga memiliki menara. Tapi, jika ke dalam, akan terlihat dengan jelas bahwa Kariye dulu adalah gereja. Bangunan itu dipenuhi dengan mozaik megah dan lukisan dinding yang mewakili contoh seni terbaik Kekaisaran Bizantium dan dunia Kristen.
Comment