KalbarOnline.com – Deklarator KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) M. Din Syamsuddin menyayangkan serangan dari elit dan buzzer bayaran terhadap pribadi bukan menjawab pikiran kritis yang disampaikan kepada pemerintah.
”KAMI mengajukan pikiran-pikiran kritis dan korektif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara yang menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945. Mengapa mereka tidak mau menanggapi isi tapi berkelit menyerang pribadi, dan mengalihkan opini?,” kata Deklarator dan Presidium KAMI M. Din Syamsuddin dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Menurut Din, seyogyanya mereka menjawab, pertama, tidak benarkah ada oligarki politik yakni tidak ada demokrasi sejati dalam partai politik karena keputusan partai ditentukan oleh segelintir bahkan satu orang? Akibatnya DPR dikendalikan oleh oligarki itu sehingga aspirasi rakyat terabaikan?
Kedua, tidak benarkah bahwa ada budaya politik dinasti yakni menyiapkan anak-cucu menjadi penguasa dengan menghalangi orang-orang lain yang sebenarnya lebih berkualitas, dan akibatnya demokrasi Indonesia tercederai?
”Masih banyak pertanyaan substantif mendasar lagi, tapi sementara cukup dua itu,” sambung Din tanpa menyebutkan partai mana yang membangun oligarki politik dan membangun politik dinasti.
Din menegaskan, KAMI menanti tanggapan, bukan pengalihan. KAMI siap berdiskusi bahkan berdebat mengadu pikiran. ”Terhadap reaksi yang tidak substantif, baik dari para elit apalagi buzzer bayaran, KAMI tidak mau melayani karena hal demikian tidak mencerminkan kecerdasan kehidupan bangsa seperti amanat konstitusi,” tandas mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.
Tanggapan serupa disampaikan Ketua Komite Eksekutif KAMI, Ahmad Yani. “Pertama, KAMI tentunya mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Bu Mega, merespons, menanggapi, apa pun bentuk respons dan tanggapan beliau,” kata Ahmad Yani kepada wartawan, belum lama in.
Namun, Yani membantah ucapan Megawati soal KAMI sebagai kumpulan tokoh yang ingin jadi presiden. Yani menyebut tokoh dalam KAMI tak berpikiran ingin jadi presiden. “Yang pertama, tentu kita tidak dalam berpikir seperti itu (ingin jadi presiden), kalau bicara presiden-presiden itu kan bicara masalah 2024, kalau berdasarkan kalendar politik,” ujar Yani.
“Kita yang gabung di sini berbagai macam komponen, kelompok, lintas agama, lintas profesi, berkomitmen betul dalam rangka menyelamatkan bangsa,” sambungnya.
Yani mengatakan keinginan sesaat untuk menjadi presiden merupakan bagian dari politik rendah. Dia pun menegaskan tokoh di dalam KAMI tak ada yang ingin menjadi presiden. “Nggak, nggak ada (ingin jadi presiden), kalau presiden itu adalah masih politik rendah. Politik jabatan, politik kekuasaan, kalau kita politik moral,” tegas Yani.
Sebelumnya, Megawati Soekarnoputri menyinggung deklarasi KAMI. Ia menyebut banyak tokoh yang berada dalam gerakan moral itu punya hasrat menjadi presiden. “Jadi kemarin-kemarin ini ada pemberitaan ada orang kan yang membentuk KAMI, itu KAMI. Di situ kayaknya banyak banget yang kepengin jadi presiden,” ujar Megawati saat membuka Sekolah Partai Angkatan II bagi Calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala Daerah PDIP secara virtual, Rabu (26/8/2020). [sam]
Comment