Terungkap, 3 Penyebab Lonjakan 1.000 Kasus Covid-19 di Jakarta

KalbarOnline.com – Dalam beberapa hari terakhir, Jakarta menjadi episentrum kasus virus Korona di Tanah Air dengan jumlah kasus tertinggi. Dari mulai 800-an kasus hingga akhirnya lebih dari 1.000 kasus.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengakui DKI Jakarta mengalami lonjakan tinggi dalam beberapa hari terakhir. Pada Minggu (30/8), Jakarta mencatat 1.094 kasus baru sehari. Dan pada Senin (31/8), Jakarta mencatat 1.049 kasus sehari.

“Kami ingin sampaikan kondisi di Jakarta, kita ketahui kasus cukup menigkat tajam selama beberapa waktu terakhir,” kata Wiku dalam konferensi pers, Senin (31/8).

Dia menyebut ada beberapa daerah di Jakarta selama 4 minggu terakhir memiliki risiko tinggi. Jakarta memiliki 54 laboratorium untuk pemeriksaan. Ada 67 RS rujukan dan ada 170 RS yamg menangani Covid-19 di Jakarta.

“Pada hari ini jumlah kasus di DKI Jakarta per 31 Agustus 1.049, penambahan angka yang tinggi. Per kemarin adalah kasus akumulasi selama 7 hari sebelumnya yang baru dilaporkan,” jelas Wiku.

Jadi, kata dia, angka-angka tinggi tersebut, kemungkinan disebabkan oleh pencatatan yang belum terhitung secara real time. Sehingga akumulasinya dilaporkan pada hari tertentu.

Baca Juga :  Polisi Tangkap Penghina Presiden Jokowi di Medsos

Penyebab kedua angka positif Korona di DKI Jakarta melonjak drastis adalah karena mayoritas penambahan kasus baru terjadi dari tanggal antara tanggal 16 – 22 Agustus. Itu terjadi saat liburan panjang akhir pekan.

“Tingkat penularannya cukup tinggi pada periode tersebut,” paparnya.

Wiku meminta dukungan masyarakat atas kondisi pandemi ini untuk tetap menjalankan protokol kesehatan. Sehingga kasus tak semakin meningkat.

“Dan sebagian besar di Jakarta mamapu menggali kasus-kasus baru, dites. Hasilnya positif diikuti tracing sehingga jumlah kasus meningkat,” jelasnya.

Akibat pengingkatan kasus long weekend, postivity rate di Jakarta naik 9,7 persen dalam seminggu terakhir dan secara nasional 14,8 persen. Padahal standar WHO seharusnya angka positivity rate harus di bawah 5 persen.

Alasan ketiga adalah karena jumlah tes di Jakarta begitu masif. Kontribusinya sebesar 43 persen dari jumlah tes nasional saat ini. “DKI Jakarta sudah melampaui standar WHO, namun adanya tingkat penularan yang cukup tinggi, tetap harus dikendalikan,” jelasnya.

Angka Kematian Turun, Kesembuhan Naik

Baca Juga :  Istana: Draf UU Cipta Kerja 1.187 Halaman Tinggal Diteken Jokowi

Wiku mengklaim, tingkat kematian di DKI Jakarta terus turun menjadi 3 persen dan di tingkat nasional 4,3 persen. Sementara angka ksembuhan naik menjadi 76,7 persen dan secara nasional 72,2 persen.

“Kami perlu sampaikan, kasus-kasus di DKI Jakarta ini 30 persennya berasal dari daerah sekitarnya, Bodetabek dan berkontribusi pada kasus di Jakarta dan harus ditangani dengan baik pula,” jelasnya.

Sesuai Inpres nomor 6 tahun 2020 tentang penegakan hukum dan pencegahan Korona menginstruksikan kepada lintas Kementerian, TNI, Polri, dan Pemda untuk mengambil langkah tegas. Salah satunya dengan meningkatkan kedisiplinan masyarakat melalui proses persuasif, dan mungkin perlu menerapkan denda dan sanksi.

“Ini proses terkait kebijakan di Pemda DKI terkait PSBB dan perlu direview salah satunya aturan ganjl genap utk kendaraan bermotor. Trntunya pengendalian juga pengetatan di dalam pelaksanaan perkantoran, harus dijaga kapasitas kantor maksimum 50 persen dan tetap terus mengimplementasiikan WFH,” tandasnya.

Comment