KalbarOnline.com – Peneliti Singapura melakukan uji klinis sel T atau limfosit (kelompok sel darah putih) spesifik Covid-19 untuk mengobati pasien Covid-19 dalam kondisi parah. Metode pengobatan ini kali pertama di Singapura dan siap digunakan untuk pasien pertamanya.
Dilakukan oleh tim peneliti dari Rumah Sakit Wanita dan Anak (KKH) KK, uji coba pengobatan potensi virus Korona pada manusia ini mendapat persetujuan dari Otoritas Ilmu Kesehatan pada Juli lalu. Uji coba tersebut menargetkan pasien dengan penyakit Covid-19 yang parah serta mereka yang berisiko terkena penyakit parah. Ada 5 rumah sakit tempat pasien bisa menerima perawatan sel T ini.
- Baca juga: Petugas Lab Singapura Lalai, 233 Spesimen Covid-19 Tak Sengaja Dibuang
Dilansir dari Straits Times, Jumat (16/10), pasien yang terinfeksi penyakit Covid-19 yang parah ditemukan memiliki tingkat sel T yang rendah, yang merupakan jenis sel darah putih yang membantu tubuh melawan infeksi. Hanya pasien yang telah pulih dari virus Korona yang memiliki sel T spesifik Covid-19.
Disebut sel T memori Covid-19, mereka siap berkembang biak sebagai respons terhadap infeksi ulang oleh Sars-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19. Respons imun selama reinfeksi akan lebih cepat dan lebih kuat.
Untuk penelitian ini, sel T spesifik Covid-19 diambil dari darah yang disumbangkan oleh enam pasien Covid-19 yang pulih. Sekitar 350ml hingga 450ml darah dikumpulkan dari gelombang pertama donor pada April.
Sel T yang diambil dari darah ini cukup untuk merawat 40 pasien dan saat ini disimpan di bank sel. Pasien dengan Covid-19 yang parah akan diobati dengan sel T secara intravena. Pasien yang terinfeksi yang berisiko terkena penyakit parah seperti mereka yang berusia di atas 65 tahun, atau individu yang mengalami obesitas akan ditangani terlebih dahulu.
Dua tujuan utama dari percobaan ini adalah untuk membuktikan bahwa sel T aman digunakan, dan metode perawatan ini efektif. Misalnya, untuk mengukur kemanjuran uji coba ini, respons klinis dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk pulih dari infeksi Covid-19 akan diukur.
Pasien juga akan dipantau selama 6 bulan hingga 1 tahun untuk melihat efek samping dan untuk memastikan bahwa uji coba aman. Mencapai kekebalan terhadap virus Sars-Cov-2 telah menjadi sesuatu yang diperjuangkan oleh para ilmuwan di seluruh dunia.
“Kekebalan datang dalam dua bentuk, kekebalan aktif dapat dicapai melalui infeksi alami atau melalui vaksinasi. Di sisi lain, imunitas pasif di mana imunitas pasien yang pulih ditransfer ke pasien yang sedang sakit dapat dilakukan melalui sel B dan sel T, keduanya adalah sel darah putih,” kata peneliti Profesor Leung Wing Hang, konsultan senior di layanan onkologi hematologi di KKH.
Ketika virus Sars-CoV-2 memasuki tubuh, fagosit atau jenis sel darah putih lainnya diaktifkan untuk menelan virus. “Sekarang masalah dengan Sars-CoV-2 adalah ia hidup di dalam sel yang terinfeksi, sehingga menyulitkan fagosit untuk menelan virus, karena fagosit berada di luar sel yang terinfeksi. Dengan tidak adanya respons sel T, fagosit akan berkembang biak saat mereka mencoba menyingkirkan virus,” kata Prof Leung yang juga memimpin penelitian tersebut.
“Kondisi itu akhirnya menyebabkan lebih banyak kerusakan. Terlalu banyak fagosit menyebabkan hiper-inflamasi jaringan, yang kita lihat pada pasien Covid-19 saat ini,” tambahnya.
Sebaliknya, keberadaan sel T tidak hanya akan membantu sel B membuat antibodi, tetapi juga dapat langsung membunuh sel yang terinfeksi virus, sehingga meredam peradangan yang disebabkan oleh fagosit. Dalam pengobatan yang diujicobakan, donor dan penerima harus terlebih dahulu dicocokkan melalui pengetikan jaringan sebelum sel T spesifik Covid-19 disuntikkan.
Konsultan layanan hematologi onkologi di KKH Dr Michaela Seng, mengatakan pihaknya menemukan bahwa terlepas dari ras dan etnis, pasien akan memiliki lebih dari 90 persen kemungkinan untuk cocok dengan di setidaknya satu dari 40 unit sel T spesifik Covid-19 di bank darah. Para peneliti berharap bahwa satu dosis akan cukup membantu pasien pulih.
Mengingat bahwa pembuatan sel T hanya membutuhkan satu hari, pasokan sel ini dapat ditingkatkan dengan cepat jika diperlukan. Fragmen protein dari virus Covid-19 bercampur dengan sel dari donor. Hanya sel T yang spesifik untuk Covid-19 yang akan mengikat protein fragmen. KKH mengatakan uji coba tersebut adalah yang pertama di dunia, karena kelompok internasional lain sedang meneliti sel T yang tidak spesifik untuk virus Korona jenis baru.
“Rencana untuk menginternasionalkan uji coba tersebut juga sedang berjalan,” kata Prof Leung.
Kolaborator KKH di Eropa sedang mendapatkan persetujuan regulasi. “Mudah-mudahan uji coba di Eropa bisa dibuka pada waktu yang sama, sehingga bisa menjadi studi multinasional yang diketuai Singapura, di KKH,” pungkas Prof Leung.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment