5 Akademisi Ditangkap dan Dituding Mata-Mata, Tiongkok Kecam AS

KalbarOnline.com – Dalam beberapa bulan terakhir, lima akademisi Tiongkok ditangkap petugas keamanan Amerika Serikat (AS) karena diduga terafiliasi dengan anggota militer dan dikhawatirkan sebagai mata-mata. AS menduga mereka mungkin mencoba melakukan spionase industri di pusat penelitian.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Atas hal itu, para pejabat Tiongkok mendesak Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk melakukan klarifikasi atas informasi penangkapan para akademisi Tiongkok oleh petugas keamanan.  Bahkan, pejabat Tiongkok mengancam AS mungkin akan menahan warga Amerika jika Departemen Kehakiman melanjutkan penuntutan terhadap para akademisi yang ditangkap.

Dilansir dari New York Times, Senin (19/10), pejabat Tiongkok menyampaikan ancaman itu ketika Departemen Kehakiman meningkatkan upaya untuk menangkap dan menuntut para akademisi. Sebab para tersangka diduga memberikan informasi palsu tentang aplikasi visa mereka.

Pihak AS sendiri menanggapi ancaman pejabat Tiongkok tersebut secara serius. Buktinya, departemen Luar Negeri telah mengeluarkan peringatan perjalanan.

Ancaman kali ini semakin meningkatkan ketegangan hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok apalagi selama pandemi. Tetapi beberapa analis di Washington dan Beijing mengatakan pemerintah Tiongkok berusaha menghindari provokasi serius terhadap Amerika Serikat sebelum pemilihan pada November. Dan beberapa pejabat Tiongkok sudah berulang kali mengeluarkan pernyataan untuk mendinginkan suhu hubungan AS-Tiongkok.

Seorang juru bicara Departemen Kehakiman AS berkomentar mengenai ancaman pejabat Tiongkok tentang penahanan warga Amerika sebagai pembalasan atas penuntutan terhadap para akademisi Tiongkok itu. Ancaman tersebut dilaporkan sebelumnya oleh The Wall Street Journal.

Baca Juga :  Biden Belum Dapat Akses Resmi, Proses Transisi Pemerintahan AS Macet

“Kami sadar bahwa pemerintah Tiongkok, dalam kasus lain, menahan orang Amerika, Kanada, dan individu lainnya tanpa dasar hukum untuk membalas penuntutan yang sah dan untuk menekan pemerintah mereka, dengan mengabaikan individu yang terlibat,” kata Kepala Divisi keamanan nasional Departemen Kehakiman AS John C. Demers mengatakan dalam sebuah pernyataan.

“Jika Tiongkok ingin dilihat sebagai salah satu negara terkemuka di dunia, China harus menghormati aturan hukum dan berhenti menyandera,” tukasnya.

Pada hari Minggu, pemimpin redaksi Global Times, sebuah surat kabar nasionalistik yang terkait dengan Partai Komunis Tiongkok, Hu Xijin, menulis di Twitter bahwa penahanan para sarjana Tiongkok di Amerika Serikat atas tuduhan mata-mata ‘tidak baik’ untuk ‘keselamatan beberapa orang. Khususnya warga negara AS di Tiongkok.

Diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, Departemen Kehakiman AS memang telah meneliti pekerjaan para peneliti Tiongkok di universitas Amerika dan lembaga ilmiah lainnya. Pejabat AS juga mengkritik program yang dijalankan oleh pemerintah Tiongkok untuk merekrut pakar ilmiah dan teknis. Demers dan pejabat AS lainnya telah lama mengatakan bahwa Beijing menggunakan berbagai alat untuk mengumpulkan intelijen di pusat penelitian Amerika.

Baca Juga :  Gubernur Sutarmidji Dorong Peningkatan Kesejahteraan Para Nelayan

Pemerintahan Trump mengumumkan pada akhir Mei bahwa mereka melarang mahasiswa Tiongkok di tingkat pascasarjana atau lebih tinggi yang memiliki hubungan dengan beberapa institusi militer untuk memasuki Amerika Serikat. Pada akhir Juli, Departemen Luar Negeri AS memerintahkan Tiongkok untuk menutup konsulatnya di Houston, dengan mengatakan itu adalah pusat pencurian penelitian di Amerika Serikat.

Pejabat Departemen Kehakiman AS menuding pejabat Tiongkok menjalankan misi lain, juga mengambil bagian dalam spionase industri dan ilmiah. Sehingga penutupan itu dimaksudkan untuk mencegah Beijing melanjutkan tindakan tersebut. Saat itu, otoritas AS juga berupaya untuk menangkap seorang mahasiswa atau peneliti Tiongkok, Tang Juan, yang bersembunyi di konsulat San Francisco setelah diinterogasi oleh FBI.

FBI menangkap Tang pada 23 Juli dan menuduhnya menyembunyikan afiliasi militernya. Dia mengaku tidak bersalah atas tuduhan penipuan visa dan membuat pernyataan palsu. Pemerintah China membantah tuduhan bahwa anggota militernya berada di Amerika Serikat untuk spionase ilmiah dan industri.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment