Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Senin, 19 Oktober 2020 |
KalbarOnline.com – ”Saya menginginkan demokrasi yang sesungguhnya.” Ketegasan itu dipaparkan Phat, pemuda 24 tahun yang ikut aksi turun ke jalan di Bangkok, Minggu (18/10). Seperti Phat, ada ribuan orang yang memadati jalan-jalan utama Bangkok.
Titik utama aksi berada di Victory Monument. Massa pendukung tersebar di persimpangan Asoke dan 19 tempat lainnya di berbagai provinsi. Aksi dimulai pada pukul 16.00 hingga malam. Untuk mengelabui petugas, lokasi aksi diumumkan satu jam sebelumnya di sejumlah platform media sosial. Pola serupa dilakukan sehari sebelumnya.
Massa memang harus waspada. Sebab, mereka melanggar dekrit darurat yang diterapkan pemerintah sejak Kamis (15/10). Dekrit melarang penduduk berkumpul dengan jumlah lima orang atau lebih. Pemberitaan di media juga dibatasi.
Namun, dekrit tersebut tidak menyurutkan nyali para aktivis yang menuntut reformasi konstitusi dan Kerajaan Thailand. Demonstran yang turun ke jalan justru makin banyak.
Minggu pagi Juru Bicara Kepolisian Nasional Thailand Yingyos Thepjumnong memperingatkan larangan dalam dekrit. Petugas keamanan dikerahkan secara masif untuk menghentikan massa. Mayoritas layanan Skytrain dan kereta bawah tanah sempat dihentikan agar massa tidak bisa bergabung di titik utama di Bangkok.
”Jika mereka melawan aturan, polisi akan memakai segala cara yang dibutuhkan untuk menegakkan hukum,” tegasnya sebagaimana dikutip Agence France-Presse.
Pada Jumat (16/10), petugas keamanan bahkan menggunakan water cannon untuk membubarkan massa. Padahal, yang dihadapi adalah aksi damai. ”Saya rasa pemerintah menggunakan cara berlebihan. Mereka hanya anak-anak tanpa senjata. Yang mereka bawa hanya HP,” ucap Suk, salah seorang penduduk.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – ”Saya menginginkan demokrasi yang sesungguhnya.” Ketegasan itu dipaparkan Phat, pemuda 24 tahun yang ikut aksi turun ke jalan di Bangkok, Minggu (18/10). Seperti Phat, ada ribuan orang yang memadati jalan-jalan utama Bangkok.
Titik utama aksi berada di Victory Monument. Massa pendukung tersebar di persimpangan Asoke dan 19 tempat lainnya di berbagai provinsi. Aksi dimulai pada pukul 16.00 hingga malam. Untuk mengelabui petugas, lokasi aksi diumumkan satu jam sebelumnya di sejumlah platform media sosial. Pola serupa dilakukan sehari sebelumnya.
Massa memang harus waspada. Sebab, mereka melanggar dekrit darurat yang diterapkan pemerintah sejak Kamis (15/10). Dekrit melarang penduduk berkumpul dengan jumlah lima orang atau lebih. Pemberitaan di media juga dibatasi.
Namun, dekrit tersebut tidak menyurutkan nyali para aktivis yang menuntut reformasi konstitusi dan Kerajaan Thailand. Demonstran yang turun ke jalan justru makin banyak.
Minggu pagi Juru Bicara Kepolisian Nasional Thailand Yingyos Thepjumnong memperingatkan larangan dalam dekrit. Petugas keamanan dikerahkan secara masif untuk menghentikan massa. Mayoritas layanan Skytrain dan kereta bawah tanah sempat dihentikan agar massa tidak bisa bergabung di titik utama di Bangkok.
”Jika mereka melawan aturan, polisi akan memakai segala cara yang dibutuhkan untuk menegakkan hukum,” tegasnya sebagaimana dikutip Agence France-Presse.
Pada Jumat (16/10), petugas keamanan bahkan menggunakan water cannon untuk membubarkan massa. Padahal, yang dihadapi adalah aksi damai. ”Saya rasa pemerintah menggunakan cara berlebihan. Mereka hanya anak-anak tanpa senjata. Yang mereka bawa hanya HP,” ucap Suk, salah seorang penduduk.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini