Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Selasa, 10 November 2020 |
KalbarOnline.com–Demonstrasi dilakukan mahasiswa Papua di Gedung Negara Grahadi Surabaya pada Selasa (10/11). Mereka menggelar aksi untuk menolak lupa atas kematian Ketua Presidium Dewan Papua Dortheys Hiyo Eluay.
Theys ditemukan tewas 19 tahun silam, pada 11 November 2001, di Muara Tami, Jayapura. Setelah diselidiki, Komando Pasukan Khusus telah menculik dan membunuhnya sehari sebelumnya, pada 10 November 2001.
Pada 2003, pelaku pembunuhan Theys ditangkap. Dia adalah Komandan Kopassus Satgas Tribuana Letkol Inf Hartomo. Hartomo dijatuhi hukuman dalam persidangan di Mahkamah Militer Tinggi (Mahmilti) Surabaya. Namun, karir Hartomo tetap berlanjut meski Mahmilti memutuskan untuk memecatnya karena terlibat pembunuhan Theys.
”Aksi ini untuk menyampaikan mengingat kematian Theys Eluay yang dibunuh tentara November 2001,” tutur Jerry, koordinator lapangan aksi Mahasiswa Papua, di sela aksi Selasa (10/11).
Dia memaparkan, operasi Trikora mengawali berbagai kasus pembunuhan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap rakyat Papua. Terlebih pada era Presiden Soekarno pada 1961 silam. Semenjak itu, kekerasan terus terjadi di Bumi Cendrawasih. ”Pada 1961 hingga kini pelanggaran HAM terus terjadi di tanah Papua,” ucap Jerry.
Jerry menambahkan kasus terbaru, yakni tewasnya pendeta Yeremia Zanambani. Dia ditemukan tewas dengan luka tembakan dan tikaman di Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, pada 19 September. Selain itu, kematian Katekis Rufinus Tigau yang diduga ditembak di Kampung Jalae, Intan Jaya, Papua.
”Pendeta kami, Yeremia, dibunuh. Ada beberapa yang ditembak. Mereka adalah penerjemah bahasa daerah kami. Kami di sini menuntut. Supaya proses hukum harus dijalankan,” tegas Jerry.
Jerry menambahkan, pihaknya tidak hanya mengajak untuk terus mengingat gugurnya aktivis, namun juga menolak otonomi khusus (Otsus) jilid II di Papua. Selain itu, menuntut agar seluruh tahanan politik West Papua segera dilepas.
”Kami berharap pemerintah mengusut tuntas pelanggaran HAM di Papua, serta memberi akses kebebasan pers bagi jurnalis di Papua,” ujar Jerry.
”Otsus akan dilanjutkan jilid II. Kemudian negara memaksa menamakan Theys di bandara. Berbagai hal yang dilakukan pemerintah hanya permainan saja,” tambah Jerry.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com–Demonstrasi dilakukan mahasiswa Papua di Gedung Negara Grahadi Surabaya pada Selasa (10/11). Mereka menggelar aksi untuk menolak lupa atas kematian Ketua Presidium Dewan Papua Dortheys Hiyo Eluay.
Theys ditemukan tewas 19 tahun silam, pada 11 November 2001, di Muara Tami, Jayapura. Setelah diselidiki, Komando Pasukan Khusus telah menculik dan membunuhnya sehari sebelumnya, pada 10 November 2001.
Pada 2003, pelaku pembunuhan Theys ditangkap. Dia adalah Komandan Kopassus Satgas Tribuana Letkol Inf Hartomo. Hartomo dijatuhi hukuman dalam persidangan di Mahkamah Militer Tinggi (Mahmilti) Surabaya. Namun, karir Hartomo tetap berlanjut meski Mahmilti memutuskan untuk memecatnya karena terlibat pembunuhan Theys.
”Aksi ini untuk menyampaikan mengingat kematian Theys Eluay yang dibunuh tentara November 2001,” tutur Jerry, koordinator lapangan aksi Mahasiswa Papua, di sela aksi Selasa (10/11).
Dia memaparkan, operasi Trikora mengawali berbagai kasus pembunuhan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap rakyat Papua. Terlebih pada era Presiden Soekarno pada 1961 silam. Semenjak itu, kekerasan terus terjadi di Bumi Cendrawasih. ”Pada 1961 hingga kini pelanggaran HAM terus terjadi di tanah Papua,” ucap Jerry.
Jerry menambahkan kasus terbaru, yakni tewasnya pendeta Yeremia Zanambani. Dia ditemukan tewas dengan luka tembakan dan tikaman di Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, pada 19 September. Selain itu, kematian Katekis Rufinus Tigau yang diduga ditembak di Kampung Jalae, Intan Jaya, Papua.
”Pendeta kami, Yeremia, dibunuh. Ada beberapa yang ditembak. Mereka adalah penerjemah bahasa daerah kami. Kami di sini menuntut. Supaya proses hukum harus dijalankan,” tegas Jerry.
Jerry menambahkan, pihaknya tidak hanya mengajak untuk terus mengingat gugurnya aktivis, namun juga menolak otonomi khusus (Otsus) jilid II di Papua. Selain itu, menuntut agar seluruh tahanan politik West Papua segera dilepas.
”Kami berharap pemerintah mengusut tuntas pelanggaran HAM di Papua, serta memberi akses kebebasan pers bagi jurnalis di Papua,” ujar Jerry.
”Otsus akan dilanjutkan jilid II. Kemudian negara memaksa menamakan Theys di bandara. Berbagai hal yang dilakukan pemerintah hanya permainan saja,” tambah Jerry.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini