KalbarOnline.com – Amnesty International Indonesia meminta polisi mengusut tuntas kasus penembakan pendeta Yeremia Zanambani di Kampung Bomba, Distrik Hitadipta, Kabupaten Intan Jaya, Papua. Amnesty mengharapkan, aparat penegak hukum mengusut insiden penembakan tersebut.
“Penembakan ini lagi-lagi menunjukkan kegagalan negara untuk menghadirkan perdamaian di Papua. Dari awal tahun, sudah ada setidaknya 15 kasus penembakan di luar hukum di sana,” kata Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid dalam keterangannya, Selasa (22/9).
Usman menyebut, berdasarkan sumber Amnesty, informasi yang diperoleh pendeta Yeremia ditembak pada Sabtu 19 September di kandang babi miliknya. Dia baru ditemukan oleh sang istri pada Minggu pagi.
“Dia pergi ke kandang babi untuk kasih makan Sabtu sore itu, sama istrinya. Lalu dia tetap tinggal, istrinya pergi dulu. Habis itu, saya dengar informasi kalau pendeta Yeremia ditembak oleh tentara,” imbuh sumber Amnesty.
Usman menuturkan, Kepolisian Daerah Papua menyebut, penembakan tersebut dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang ingin memancing perhatian global menjelang sidang umum PBB pada akhir bulan ini, meski pihak mereka tengah menginvestigasi motif di balik penembakan tersebut.
Oleh karena itu, Usman mengharapkan, negara harus menghentikan dugaan pembunuhan di luar hukum terhadap warga Papua.
Baca juga: Baku Tembak dengan TNI-Polri, Dua Anggota KKSB Papua Tewas Tertembak
“Negara harus menghentikan pembunuhan di luar hukum yang sewenang-wenang di Papua. Penyelidikan menyeluruh yang independen dan tidak memihak harus segera dilakukan untuk mengungkap siapa pelaku sebenarnya,” tegas Usman.
Usman menyebut, jika diduga terdapat keterlibatan TNI dalam insiden tersebut, maka harus menjelaskan secara rinci alasan mengapa dugaan pembunuhan itu dialamatkan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
“Jika hasil investigasi menunjukkan bahwa benar pelakunya adalah aparat TNI, seperti yang diduga oleh kelompok gereja, maka harus ada penjelasan mengapa pihak TNI justru menuding kelompok bersenjata sebagai pelakunya,” cetus Usman.
Sementara itu, aktivis hak asasi manusia Papua, Younes Douw mengatakan pendeta Yeremia bukan bagian dari kelompok bersenjata. Dia hanya seorang pelayan gereja yang mengabdi di desa kecil di Intan Jaya.
“Pendeta Yeremia bukan orang jahat, dia juga tidak terlibat dalam Gerekan Papua Merdeka atau TPN OPM, dia bukan menembak ojek atau TNI dan dia bukan merampas dua pucuk senjata milik TNI,” pungkasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment