KalbarOnline.com – Singapura begitu disiplin dalam menerapkan aturan protokol kesehatan soal menjaga jarak dan memakai masker. Tak heran kasus Covid-19 di sana turun drastis. Selama 9 hari tak ada penularan kasus lokal tetapi hanya kasus impor seperti laporan Straits Times. Sejumlah pengawas diterjunkan untuk mengawasi masyarakat agar disiplin.
Mengenakan kaos polo merah dengan tulisan “Duta Jarak Aman” tertera di bagian belakang, Singapura memiliki pasukan merah yang siap menegur siapa saja yang tak patuh protokol kesehatan. Salah satu anggotanya, Rugayah Noordin dan Fiona Tay berkeliling di mal kelas atas. Banyak pelanggaran ditemukan.
- Baca juga: Kembali dari Indonesia, Pria Singapura Tak Akui Tertular Covid-19
Pria tanpa masker terlihat di kedai kopi. Dua siswa SMA berlama-lama tanpa masker. Seorang perempuan berwajah tanpa masker sedang membeli kacamata. “Ayo tutupi wajah kalian,” perintah mereka seperti dilansir dari LA Times, Jumat (20/11).
Para pelanggar menundukkan kepala lantaran malu. Para duta terus berjalan, melirik tajam, dan membuat segan di antara pembeli, pengunjung, dan karyawan toko. Secara psikologis, jika melihat seseorang berbaju merah, ada kecemasan untuk mematuhinya. Mereka dijuluki Semut Merah atau Tentara Merah Singapura
“Anda harus berbicara dengan nada prihatin untuk membuat pelanggar malu dan sadar,” kata Noordin, ibu dua anak. “Seperti berbicara dengan seorang anak ketika dia sedang berjuang,” tanbahnya.
“Saya berusaha menunjukkan sifat keibuan dan perhatian. Pada akhirnya, kami hanya mengharapkan kerja sama warga untuk sadar,” jelas Tentara Merah bernama Tay.
- Baca juga: Ilmuwan Singapura Sebut Virus Korona Bertahan 3 Minggu di Makanan Beku
Noordin dan Tay harus merotasi mitra setiap bulan. Mereka berharap jangan sampai Singapura melakukan penguncian lagi. Sehingga kasus baru harus bisa dicegah. Sampai pandemi selesai menjadi tugas mereka untuk memastikan setiap meja restoran dipisahkan dengan aman, setiap penjaga toko dan warga tak melupakan masker.
Ternyata mereka adalah ribuan pegawai negeri yang mengenakan kaos polo merah muda yang ditugaskan untuk menjelajahi pusat perbelanjaan, taman, food court. Selain mengawasi pemakaian masker, mereka mengingatkan orang-orang untuk pisahkan dan membatasi kelompok menjadi lima orang atau kurang.
Ini adalah pekerjaan yang mirip dengan pemantau independen profesional. “Mayoritas warga Singapura merasa negara ini sangat ketat peraturannya,” kata warga bernama Zac Ho, manajer berusia 28 tahun dari gym F45 Training. “Kami tidak seperti AS yakni adalah hak untuk tidak memakai masker,” imbuhnya.
Kehadiran duta tersebut menunjukkan tekad pemerintah untuk mencegah wabah Covid-19 muncul lagi. Setelah berbulan-bulan pelacakan kontak yang ketat, pengujian dan karantina, negara berpenduduk 5,8 juta itu hanya memiliki 61 kasus virus Korona aktif. Jumlah kematian Singapura akibat Covid-19 hanya mencapai 28 jiwa.
Seorang ahli penyakit menular di National University of Singapore, Dale Fisher, mengatakan Singapura hampir bisa memberantas Covid-19 sebelum vaksin tersedia. Pada saat pandemi semakin tidak terkendali di AS, kehidupan di Singapura menunjukkan tanda-tanda normal. Anak-anak bersekolah secara langsung, restoran dan mal mulai dipenuhi pelanggan, dan perjalanan dengan negara-negara berisiko rendah lainnya telah dibuka tanpa memerlukan karantina.
“Saya akan sangat ragu untuk menyatakan kemenangan sekarang karena pertarungan masih jauh dari selesai,” kata Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong baru-baru ini.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment