Jaringan Gusdurian: Indonesia Ada karena Keberagaman

KalbarOnline.com – Keberagaman khususnya terkait suku dan agama menjadi persoalan besar di Indonesia. Pasalnya, banyak kasus timbul akibat perbedaan perspektif menyankut hal tersebut.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia Alissa Wahid pun mengingatkan bahwa Indonesia ada karena keberagaman. Hal itu pun sempat disampaikan oleh ayahnya Presiden Keempat Indonesia Abdurrahman Wahid atau dikenal Gusdur.

’’Indonesia ini kan ada karena keberagaman, kata Gusdur (Presiden Keempat Indonesia) ada karena keberagaman, kalau nggak ada keberagaman nggak ada Indonesia,’’ ucap dia dalam Diskusi Refleksi Akhir Tahun dengan tema Pendidikan Keragaman di Indonesia Sejauh Mana? secara daring, Selasa (29/12).

Baca Juga :  Positif Covid-19 Total 151.498, Pasien Sembuh Capai 105.198 Orang

Dia juga menyinggung ketika masa kemerdekaan, apabila pendiri proklamasi saling egois dan tidak mementingkan keberagaman, Indonesia tidak akan ada. Namun, karena demi kesejahteraan bersama, Indonesia pun terlahir dari keberagaman tersebut.

’’Bisa jadi saya jadi warga negara Ngayogyakarta Hadiningrat, lalu yang Maluku jadi Warga Republik Maluku Selatan, itu kalau dulu pada 1945 para pendiri bangsanya memilih untuk saling memaksakan dan ngga ada kesepakatan, tapi karena ingin mempersatukan keberagaman yang ada, maka ada gagasan Indonesia untuk mengikat kita semua,’’ tambahnya.

Saat ini, pertentangan soal nasionalisme dan agama juga masih menjadi permasalahan bangsa. Bahkan, di ruang sistem pendidikan pun terjadi hal tersebut, di mana mayoritas merasa berkuasa atas lingkungannya. ’’Eksklusifisme beragama pembibitannya ada di dunia sekolah, para guru tentu sudah tidak bisa lagi menolak realita ini,’’ tutur dia.

Baca Juga :  Maling Ikan di Perairan Indonesia, Dua Kapal Vietnam Berhasil Diamankan PSDKP Pontianak

Oleh karenanya, ia berharap dalam sikap dan praktek keragaman, khususnya beragama dapat menunjukkan prinsip yang adil dan berimbang. ’’Mentaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa, jadi mayoritarianisme dan eksklusifisme berisiko besar menabrak hak konstitusi,’’ ucapnya. (*)

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment