Midji: Yang Suka Ngeyel dan Demo Divaksin Aja!
KalbarOnline, Pontianak – Satgas Covid-19 Provinsi Kalimantan Barat terus menggencarkan pelaksanaan vaksinasi massal. Hal ini dilakukan untuk mengejar target cakupan vaksinasi di provinsi itu agar terciptanya herd immunity atau kekebalan kelompok. Pada Minggu (20/6/2021), pelaksanaan vaksinasi massal untuk usia 18 tahun ke atas mulai dilaksanakan, di mana akan dilaksanakan selama tiga hari hingga 22 Juni 2021.
“Jadi vaksinasi massal ini bagus. Kita harap terus berlanjut. Kalau perlu beberapa hari dilaksanakan di sini (gaia bumi raya city mall). Ketersediaan vaksin kita masih lebih dari 5000 orang. Satu-satunya jalan untuk menghindari fatalitas keterjangkitan covid-19 adalah vaksin,” kata Gubernur Kalbar, Sutarmidji saat diwawancarai wartawan usai meninjau pelaksanaan vaksinasi massal di Gaia Bumi Raya City Mall.
Menurutnya, vaksinasi massal yang dilakukan Satgas Covid-19 Kalbar sangat efektif dibandingkan jika harus menunggu vaksinasi terhadap suatu populasi selesai seperti lansia yang cakupannya terbilang lambat, maka lebih baik dilaksanakan vaksinasi ke semua populasi.
“Maka sekarang bebas, usia 18 tahun ke atas yang memenuhi syarat, silakan divaksin. Ini kita lakukan se-Kalbar. Kita kejar target vaksinasi ini. Kalau perlu sebanyak-banyaknya, tidak ada batasan untuk satu kelompok usia. Besok juga akan dilaksanakan vaksinasi di Perbasi,” tegasnya.
Dia juga meminta seluruh karyawan di bidang apapun yang berinteraksi dengan masyarakat banyak seperti hotel, mall dan toko-toko serta warung kopi, harus divaksinasi.
“Seluruh karyawan. Saya minta, karyawan hotel, karyawan mall, karyawan toko harus vaksin, karena mereka berinteraksi dengan masyarakat termasuk karyawan warkop,” kata dia.
“Nanti kita lihat, kalau di suatu warkop ramai orang berkerumun, nanti kita kerahkan petugas ke sana untuk lakukan vaksinasi. Nah, yang suka ngeyel, banyak ngomong gini gitu, vaksin. Kadang ada yang demo, ngomong begini begitu, tapi dia sendiri divaksin takut. Yang banyak ngomong itu divaksin dulu. Yang tukang buat berita hoax vaksin juga tuh,” tegasnya.
Midji juga mengatakan, jika vaksinasi massal yang dilakukan ini semakin sedikit orang yang mendaftar atau sudah semakin terpenuhi kuotanya, maka pihaknya akan melakukan jemput bola ke rumah-rumah warga.
“Jadi sekarang sifatnya massal dulu. Nanti kalau semakin sedikit yang belum divaksin, nanti kita datangi dari RT ke RT. Setelah massal ini artinya tidak ada lagi orang yang datang ke tempat pelayanan vaksinasi massal, sementara vaksin kita tersedia, nah kita akan telusuri ke tingkat RT,” imbuhnya.
Ditemukan kasus dengan nilai cycle threshold rendah = BAHAYA
Sutarmidji menegaskan, vaksinasi massal harus terus dilakukan agar terciptanya herd immunity atau kekebalan kelompok sekaligus menghindari tingkat fatalitas keterjangkitan akibat Covid-19. Di mana, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan Satgas Covid-19, sudah ditemukan sejumlah kasus yang memiliki nilai cycle threshold yang rendah yakni di angka 10
“Ini baru sekarang ada, selama ini belum pernah ada. Yang terkecil yang pernah kita temukan itu sebelumnya CT 12. Artinya, kalau CT semakin kecil nilainya, viral loadnya (kandungan virus) justru semakin tinggi. Biasanya CT itu hanya 30, nah sekarang ada yang 12 dan 10 dan sudah ada beberapa kasus. Di Sambas ada, Entikong ada. Pontianak belum. Tapi Pontianak CT 12 sudah ada dan sudah bergejala,” kata Midji.
Pihaknya khawatir kasus-kasus tersebut nantinya dapat mempercepat penularan di Kalbar. Untuk itu ia menekankan agar masyarakat betul-betul patuh terhadap protokol kesehatan, terutama dalam penggunaan masker tak terkecuali masyarakat yang sudah divaksin.
“Meski sudah vaksin harus tetap pakai masker. Kemudian hilangkan pikiran yang membuat stress, jangan stress. Makanlah makanan yang membuat imunitas kita kuat. Itu saja,” pesannya.
Kasus yang memiliki nilai CT 10 ini, kata Midji, belum diketahui pasti, apakah merupakan varian baru Covid-19 atau varian lama. Namun, dia memastikan, hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kasus tersebut telah dikirimkan pihaknya ke Jakarta untuk dilakukan pemeriksaan.
“Kasus di Entikong dengan CT 10 itu bukan PMI tapi masyarakat setempat. CT 10 ini tergantung, apakah dirawat atau tidak, tapi saya haruskan untuk difasilitasi sekalipun dia tidak bergejala tetap harus diisolasi di tempat yang disiapkan pemerintah, tidak boleh isolasi mandiri, karena kalau tidak disiplin, penyebarannya bisa cepat sekali,” pungkasnya.
Comment