Besok Pengurus Masjid As-Salam Surati Pemerintah Kota dan Polresta Soal “Win One”

KalbarOnline, Pontianak – Liputan investigasi yang dilakukan KalbarOnline.com terkait dugaan pelanggaran butir-butir Perda oleh “Cafe” Win One, tak hanya membuat kursi sejumlah pejabat di Kota Pontianak “menghangat”, namun juga membuat gerah masyarakat sekitar yang tinggal di Jalan Budi, Komplek Villa Gama, Kelurahan Benua Melayu Darat, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak.

Khususnya para alim dan abid yang telah mengabdikan usia dan jiwaya sebagai pengurus Masjid As-Salam Pontianak. Mereka seolah “ditampar” oleh kenyataan dengan ulasan riil tim investigasi terkait dekatnya aktivitas tempat hiburan malam (THM) Win One dengan rumah Allah, As-Salam Pontianak.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Alhasil, tak hanya tim dari Pemkot Pontianak saja yang grasak-grusuk melakukan koordinasi, sejumlah pengurus Masjid As-Salam Pontianak pun langsung menindaklanjuti isu ini ke dalam rapat besar para pengurus. Para tetua, para tokoh dari berbagai ormas (ormas) dan kepemudaan, perangkat RT/RW, berkumpul dan memutuskan untuk bersikap.

Rapat yang digelar Jumat (27/5/2022) malam di Masjid As-Salam Pontianak itu juga bertujuan sebagai langkah antisipatif terhadap gerakan-gerakan massa yang dirasa kurang perlu. 

“Kami akan bersurat kepada yang berwajib. Yaitu Wali Kota dan Kapolresta dan akan kami tembuskan juga (surat itu) ke Polda Kalbar. Insya Allah, Senin (besok),” tegas Ketua Harian Masjid As-Salam Pontianak, Syarif Usman Alkadrie.

“Apabila nanti setelah kami melaksanakan mediasi (pertemuan) dan menyurati pihak yang berwajib. Belum ada tindakan dan sikap. Kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kami lepas tangan. Karena kami sudah berbuat,” jelas Syarif Usman Alkadrie.

“Masjid As-Salam merupakan tempat ibadah, dan apabila memang benar laporan media-media (massa). Betapa naifnya ini. Masjid, tapi di sekitarnya ada hal-hal yang tidak kita inginkan,” kata Syarif Usman Alkadrie.

Pada pertemuan yang turut dihadiri beragam ormas Islam dan kepolisian itu, Pengurus Masjid As-Salam juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada media-media massa yang sudah membuat ulasan tersebut.

“Terima kasih sekali kepada media online yang telah menyampaikan berita ini. Kalau tidak. Kami tidak tahu bahwa di sekitar kita ada hal-hal yang tidak wajar dan tidak betul. Yang tidak sesuai dengan keberadaan kita sebagai masjid,” ucap Syarif Usman Alkadrie.

Mewakili pengurus Masjid As-Salam, ia juga menghaturkan berterima kasih kepada segenap elemen masyarakat yang pada berkesempatan itu sudah hadir dalam rapat. 

Baca Juga :  Soal Perusahaan Tak Taat Pajak Reklame, Ini Tanggapan Sutarmidji

“Meskipun rapat kami tidak dengan undangan resmi. Tapi antusias-antusias dari teman-teman cukup besar. Kami sangat berterima kasih sekali,” ujarnya.

“Mudah-mudahan antusias daripada teman-teman mendapat ridho dari Allah SWT. Kita hadir pada malam hari ini merupakan suatu perjuangan. Mudah-mudahan kita mendapatkan pahala dari Allah SWT,” ucapnya seraya diaminkan oleh para jemaah yang hadir.

Nasib Generasi Muda Pontianak

Sembari bapak-bapak berdiskusi dan mencari solusi di Masjid As-Salam Pontianak, para kaum hawa menunggu di rumah. Dengan kegelisahan yang sama, para ibu-ibu berharap agar segera ditemukan jalan keluar terbaik dari permasalahan ini.

Karena keberadaan diskotek dan karaoke Win One–yang agak disamarkan dengan cetakan nama “Cafe” Win One di neon box-nya itu–dinilai tak hanya sekedar masalah dugaan pelanggaran Perda semata. Namun lebih jauh dari itu, para jamaah dan masyarakat sekitar pada umumnya memandang akan hal yang lebih serius kedepannya, yakni soal keberlangsungan generasi muda mereka, khususnya dalam hal pembinaan moral dan perkembangan spiritual anak-anak usia dini dan remajanya.

“Ini berkaitan dengan kehidupan kita dan anak-anak kita. Karena kondisi serta kegiatan Win One cenderung bersifat ke arah kiri dan negatif,” jelas salah satu jemaah, Syukur, di Masjid As-Salam.

Ia bahkan berpendapat, jika berkaca dari pengalaman-pengalaman yang ada, bahwa keberadaan Win One ini dinilai lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaat. Mulai dari seringnya terjadi keributan di lokasi Win One hingga temuan Narkoba.

“Pernah terjadi juga ditemukan kasus Narkoba, itu pernah. Bahkan polda langsung yang merazia. Itukan polemik. Kita melihat tindak lanjut dari yang berwenang belum maksimal. Tapi sudah ada usaha ke arah itu, Alhamdulillah,” ucapnya.

Oleh karenanya, Syukur, mewakili jemaah lainnya, mendesak agar pihak terkait dalam hal ini Pemerintah, segera mengambil tindakan dan sikap tegas terhadap polemik ini. Tak hanya itu, warga tempatan itu juga berpandangan, penting sekali bagi Masjid As-Salam untuk memverifikasi keberadaan Win One, terutama soal perizinannya.

“Izin mereka itu diperuntukkan untuk apa? Misalnya untuk cafe. Tahu-tahu dalam perjalanan menyeleweng. Inikan harus kita pertanyakan,” sambunganya.

Kembali, Syukur menekankan, agar persoalan persoalan diskotek dan karaoke Win One ini dapat betul-betul di-genah-kan. Intervensi dari pihak-pihak berwenang pun sangat dibutuhkan sekali saat ini.

Baca Juga :  Pilwako Pontianak, Bang Midji: Enjoy Aja

“Kalau warga mengeluh tetapi dari Pemkot dan polisi tidak menindaklanjuti, itu pun susah juga. Jadi harus ada kerjasama dengan warga setempat,” usulnya sembari mengajak agar para organisasi masyarakat, pengurus Masjid As-Salam sampai pengurus RT/RW dan lainnya, bersama-sama mengawal kasus Win One tersebut hingga tuntas.

Di tempat yang sama, Ketua RT 04, Jalan Budi Karya, Samhono pada pertemuan itu mengaku sudah membaca isi berita di media-media. Ia pun berinisiatif untuk menyampaikan berita itu ke pemilik Win One.

“Terus sorenya (pihak) Win One ada datang ke saya. Kemudian saya tanya mereka. Masalah perizinan. Soal perizinan mereka mengaku OSS-nya sudah berlaku aktif,” kata Samhono.

Samhono mengaku setuju, warga yang bermukim di sekeliling Win One, perlu menanggapi persoalan ini dengan bijak.

“Kita dilema. Satu sisi ada tempat ibadah. Di sisi lain ada tempat usaha yang cenderung ke arah negatif. Memang sangat dilema,” kata dia.

Sebagai Ketua RT, Samhono turut menegaskan, jika dirinya akan berdiri di tengah-tengah. “Saya sebagai Ketua RT, kalau memang ada hal-hal yang melanggar hukum, itu tugas dari kepolisian. Begitu juga untuk menegakkan Undang-Undang (ada ranahnya, red),” tegasnya.

Senafas dengan aspirasi sebelumnya, Samhono juga berharap, agar pihak berwenang seperti wali kota dan kepolisian segera turun tangan dan menyelesaikan masalah ini.

“Masyarakat inikan tahunya demo. Kalau tidak cocok, tahunya komplain saja. Nah yang bertindak lanjut tentu yang berwenang,” ujarnya.

Di hadapan ulama, tokoh agama dan toko masyarakat, Samhono menyatakan, bahwa pihak RT dan warga, sebenarnya sudah mengetahui tentang keberadaan diskotek dan karaoke di “Cafe” Win One. Namun apakah Win One melakukan indikasi pelanggaran lebih jauh, itu kembali menjadi kewenangan pihak-pihak berwajib.

“Jadi kita semua sudah tahu. Kami tidak menutup mata, kalau di sana ada kegiatan seperti itu. Memang ada,” ungkapnya.

Dengan tegas, Samhono juga menyatakan, apabila semua pihak kompak. Maka Win One pasti akan ditindak. 

“Kalau kompak semua. Dari pemerintahnya dan dari warganya. Habis (selesai polemik, red) ini. Tutup Win One-nya. Bayangkan (antara) mudharat dan manfaatnya,” tuturnya. (Tim/Jau)

Comment