KalbarOnline, Pontianak – Gubernur Kalbar, Sutarmidji mengungkapkan, sedikitnya terdapat dua faktor penting untuk memprediksi dan mengantisipasi terjadinya inflasi. Dua faktor itu yakni data dan koordinasi.
“Pertama, data. Kedua, koordinasi. Dengan koordinasi, kita bisa memprediksi dan mengantisipasi untuk menjaga inflasi,” kata Sutarmidji saat memberikan sambutan di acara Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Kalbar 2022, Selasa (19/09/2022).
Kemudian melalui data yang akurat, tambahnya, pemerintah daerah bersama TPID bisa melakukan pemetaan gejolak inflasi di setiap daerah di Kalbar. Gubernur menyebut, inflasi akan terjadi jika semua pihak lengah dan membiarkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan persediaan di lapangan.
Oleh sebab itu, Sutarmidji juga menekankan kepada semua stakeholder agar bersama-sama menjaga berbagai komponen yang bisa meningkatkan angka inflasi di suatu daerah.
Ia menilai, bahwa kokoditi beras merupakan salah satu komponen bahan pokok penyumbang inflasi cukup besar. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemprov Kalbar terus menjaga produksi beras dan mengawasi pendistribusiannya.
“Komponen-komponen apa saja yang harus kita jaga sebagai penyumbang inflasi besar, seperti beras yang menjadi penyumbang inflasi sebesar 74%. Maka, ketersediaan beras harus dijaga supaya angka inflasi tidak terlalu dalam,” jelas Sutarmidji.
Dalam kesempatan itu, Sutarmidji juga menyinggung, bahwa Kabupaten Sintang merupakan daerah yang mendapat perhatian khusus karena mengalami peningkatan inflasi year-on-year di atas 7,39%. Meskipun terjadi deflasi sekitar -0,96% pada bulan Agustus 2022.
“Angka inflasi tinggi di Sintang disebabkan rendahnya produksi bahan pokok. Komponen-komponen itu datangnya dari luar Sintang, yang berarti biayaya besar atau mahal. Kemudian, jumlah pasokan komponen tidak menentu, kadang banyak kadang tidak,” jelasnya.
Hal tersebut mengakibatkan kebutuhan meningkat di waktu tertentu, namun tetap menimbulkan inflasi. Kabupaten Sintang bukan penghasil beras, tetapi Kabupaten Melawi merupakan penghasil beras.
“Kabupaten Melawi juga harus jaga itu. Alhamdulilah, ada gudang bulog di sana, sehingga bisa menjadi penyeimbang harga,” ujar Sutarmidji.
Beliau pun memprediksi, kalau angka inflasi Kalbar di akhir tahun 2022 tidak melebihi angka inflasi nasional, yakni sebesar 5%-5,2%, asalkan semua stakeholder bersinergi untuk mencegah inflasi.
“Kita masih bisa membuat deflasi di bulan Oktober 2022 atau November 2022. Tetapi, ada hari besar keagamaan di bulan Desember,” tutur gubernur.
Selain itu, Pemprov Kalbar juga akan menggelar operasi pasar yang dimaksudkan bisa menekan kenaikan harga komponen-komponen yang bisa memicu kenaikan inflasi.
“Bansos dan operasi pasar akan menjadi program tahunan Pemprov Kalbar dalam mengendalikan inflasi,” tutup Sutarmidji. (Jau)
Comment