Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Rabu, 27 Juni 2018 |
Secercah Mentari di Tanah Flores
Oleh : Ahyudhi Ricky S
KalbarOnline, Serbaneka – Berbicara tentang Flores maka orang akan berpikiran tentang Labuan Bajo, Komodo, Pantai dan Kelimutu. Yap, betul sekali, tempat-tempat tersebut merupakan tempat wisata ikonik di Flores. Namun masih banyak tempat wisata lain yang selama ini luput dari ekpos media sehingga orang tidak tahu.
Di tulisan ini akan saya ceritakan perjalanan saya selama satu bulan dari Depok menjelajah tanah Flores dengan ‘kuda besi” saya yaitu honda CB 100. Perjalanan ini sudah direncanakan dari 6 bulan yang lalu.
Perjalanan jauh ini sudah saya rencanakan 6 bulan sebelumnya sehingga persiapannya sangat matang. Perjalanan ini melalui jalan darat dan laut dimulai dari Depok tanggal 18 Januari 2018 hingga berakhir kembali tanggal 17 Februari 2018. Total ada 5 kepulauan yang kita lewati yaitu Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Lombok, Pulau Sumbawa, dan Pulau Flores.
Hari ke-1 (18 Januari 2018)
Titik awal perjalanan saya dimulai dari rumah di daerah Tapos, Depok pukul 13.30. Hujan mengguyur daerah tempat tinggal saya tepat sebelum dimulai perjalanan itu. Tapi tidak menyurutkan niat saya untuk mengawali perjalanan ini.
Hari pertama target saya adalah sampai di Tembalang, Kota Semarang, disana sudah ada Yudha, adik saya yang yang siap menampung dan ikut menjelajah tanah Flores. Rute Perjalanan saya Depok – Cikampek – Cirebon – Tegal- Pekalongan – Batang – Kendal – Semarang.
Di Cirebon saya menyempatkan beristirahat dan bersilaturahmi dengan teman-teman Indocement Cirebon. Kawan- kawan perjuangan dahulu kala di jaman Management Trainee. Akhirnya setelah ratusan kilometer saya lewati sampai juga di Tembalang, Kota Semarang pukul 04.00 WIB. Saatnya istirahat!!!
[caption id="attachment_17450" align="aligncenter" width="600"]
Lokasi: Rumah Makan Nasi Jamblang, Palimanan, Cirebon (Foto: MHZ)[/caption]
Hari ke-2 (19 Januari 2018)
Jumat hari itu, mentari sejenak menyinari kamar kos Yudha, menandakan waktu untuk bersiap Sholat Jumat. Saya pun mencoba membujuk Yudha untuk memulai perjalanan ke Timur hari itu juga selepas Sholat Jumat, tetapi dia menolak dan menyarankan untuk melanjutkan perjalanan di pagi hari.
Akhirnya kita sepakat untuk memulai perjalanan esok hari sepagi mungkin. Diskusi kita lakukan untuk menentukan arah perjalanan yang akan kita lewati. Dari hasil diskusi kita tentukan melalui jalur tengah untuk memotong waktu. Target untuk esok hari adalah sampai di Banyuwangi. Perlengkapan yang belum lengkap, kita cari di sekitaran Tembalang.
Hari ke-3 (20 Januari 2018)
Waktu menunjukan 03.00 WIB dini hari, alarm handphone pun sudah mengisyaratkan agar kita berkemas dan bersiap memulai perjalanan panjang. Tepat pukul 03.32 WIB kita berangkat dari Tembalang, Semarang menuju ke Banyuwangi.
Perjalanan kali ini adalah perjalanan yang paling melelahkan karena hamper 18 jam kita menempuh perjalanan sampai ke Banyuwangi. Kondisi jalanan sepanjang Jawa Timur memang kurang bagus, banyak tambalan di mana-mana.
Meskipun jenuh, tidak menjadikan halangan kita untuk mencapai target sampai di Banyuwangi. Sesampainya di Ketapang, Banyuwangi pukul 21.50 WIB kita putuskan untuk menginap dan melanjutkan peyebrangan ke Bali esok hari.
Kita mendapatkan penginapan murah di samping pelabuhan Ketapang, seharga Rp. 80.000 Oleh penjaga penginapan kita disarankan untuk menyebrang melalui pelabuhan barang yaitu dermaga LCM karena lebih cepat dan tidak menunggu kapal penuh.
Hari ke-4 (21 Januari 2018)
[caption id="attachment_17451" align="aligncenter" width="600"]
Lokasi: Kapal Ferry, dermaga LCM, pelabuhan Ketapang, Banyuwangi (Foto: MHZ)[/caption]
Pagi itu kita mulai berkemas dan bersiap untuk memulai perjalanan menuju Pulau Bali. Ternyata trouble pertama kita dapatkan. Ban belakang motor Yudha kempes, dan saya coba menambah angin menggunakan kompresor portable yang saya bawa.
Ternyata muncul masalah kedua yaitu pengisian aki motor saya bermasalah. Akhirnya kita bergegas mencari tukang tambal ban untuk menambah angin ban belakang motor Yudha, untuk sementara permasalahan motor saya abaikan.
Kita akhirnya menyebrang melalui dermaga LCM dan benar saja perjalanan kami menyeberangi pulau Bali hanya 20 menit saja. Sesampainya di pelabuhan Gilimanuk kita sarapan untuk mengisi tenaga kita membelah pulau Bali. Target awal kita adalah menyebrang hingga pulau Lombok.
Namun apa daya kita tertahan oleh bujukan kawan dan saudara kita di Bali untuk menginap semalam. Akhirnya kita putuskan untuk menginap di Denpasar semalam sambil menghilangkan Lelah dan bersilaturahmi bersama kawan dan saudara.
Hari ke-5 (22 Januari 2018)
Pagi itu mentari bersinar cerah, secerah hati kita yang bersiap melanjutkan perjalanan. Bermodalkan nasi rames yang sudah disediakan oleh Puput, saudara sepupu yang kebetulan tinggal di Bali kita bersiap menarik laju kuda besi kita menyisir pulau Bali.
Hari ini tujuan kita bisa mendarat di Pulau Lombok. Awalnya kita rencanakan untuk menginap di salah satu kerabat Indocement terminal Lombok, yaitu pak Dian, tetapi berdasarkan pertimbangan waktu akhirnya kita rubah haluan dengan melanjutkan sampai di Sumbawa Besar.
Perjalanan dari Denpasar kita tempuh dalam waktu 1 jam menuju pelabuhan Padang Bai dan kita menyeberang menuju pulau Lombok. Perjalanan Laut untuk ke pulau Lombok cukup nyaman walaupun waktu tempuhnya mencapai 4 jam.
Sesampainya di Lombok, kami sempatkan mampir di terminal Indocement Lombok untuk bersilaturahmi dengan teman-teman disana. Alhamdulillah tali silaturahmi tetap terjalin, walaupun dalam waktu yang sangat singkat.
[caption id="attachment_17452" align="aligncenter" width="600"]
Lokasi: Terminal Indocement, Pelabuhan Lembar, Lombok, NTB (Foto: MHZ)[/caption]
Tepat pukul 17.00 kami lanjutkan perjalanan kami menuju pelabuhan Kayangan, Lombok Timur untuk melanjutkan misi ke arah pulau Sumbawa. Disana kita sudah siap disambut oleh kawan kita yang kebetulan bekerja di Pertamina Sumbawa Besar.
Pukul 18:58 sampailah kita di pelabuhan Kayangan dan melanjutkan penyeberangan melalui kapal Ferry selama 2 jam dan lanjut perjalanan darat. Akhirnya tepat pukul 23.45 WITA kita lepas landas di kota Sumbawa Besar.
Hari ke-6 (23 Januari 2018)
Pagi itu kita sedikit bermalas-malasan, karena mungkin kondisi badan yang masih lelah. Sedikit lebih siang dibandingkan biasanya. Akhirnya pukul 10.00 WITA kita bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju titik terakhir penyeberangan menuju Pulau Flores, yaitu pelabuhan Sape.
Sebelum berangkat, kawan kita Yanu mengajak kita menyantap soto dan sate Sumbawa. Kalau di Jawa mungkin lebih tepatnya disebut tongseng, tapi disana disebut soto. Selepas mengisi perut kita lanjutkan perjalanan melintasi jalanan pulau Sumbawa yang sangat mulus.
Empang – Plampang – Dompu – Bima – Sape, itulah trek yang kita lewati. Kurang lebih 6 jam perjalanan menuju ke kota Bima sebelum kita rehat sejenak untuk bersantap makan siang.
Lahapnya makan siang yang sedikit terlambat, ditemani rintik hujan semakin menggugah selera untuk makan. Hujan tak kunjung reda dan kita tetap lanjutkan pergerakan kita menuju arah pelabuhan Sape. Akhirnya pukul 20.00 WITA kita sampai di sekitar pelabuhan Sape dan mencari penginapan di sekitar lokasi pelabuhan. Yeaaaah akhirnya istirahat juga hari ini.

Hari ke-7 (24 Januari 2018)
Pelabuhan Sape pagi itu cukup ramai antrian pengujung yang hendak menyeberang ke Pulau Flores, tepatnya Labuan Bajo. Tidak hanya pengunjung dalam negeri, turis mancanegara pun ada beberapa yang ikut dalam rombongan di dalam Kapal.
Cukup lama kami menunggu kapal mulai melepaskan jangkarnya. Hampir 2 jam kami menunggu dan akhirnya pukul 10.00 WITA kapal mulai menyeberang menuju Labuan Bajo. Waktu yang kita tempuh kurang lebih 7,5 jam untuk menyeberang ke pelabuhan Labuan Bajo, Flores.
Sesampainya di pelabuhan kita mencoba mencari rekan yang bisa diajak untuk sailing trip di pulau Komodo. Semakin banyak personil maka akan lebih murah pula budget yang kita dapatkan. Tak lama mendarat di pelabuhan kita bertemu Angga dan Christin yang berasal dari Solo serta Yossi dan Rendi yang berangkat dari Lombok.
Bersama mereka kita mencoba mencari paket tour sailing trip Pulau Komodo. Selain mereka berempat ternyata ada 2 kawan yakni Angga dan Christin yang sudah siap dengan paket tour dengan harga yang murah dan kualitas bagus. Akhirnya kita bergabung menjadi ber 8 untuk sailing trip 2 hari 2 malam. Malam hari ini kami menginap di Palulu homestay yang letak nya tidak jauh dari pelabuhan Labuan Bajo.

Hari ke-8 (25 Januari 2018)
Labuan bajo pagi itu dirundung awan mendung. Agenda hari ini adalah istirahat dan mencari paket sailing trip yang sesuai budget. Kami bertemu dengan teman Angga dan Christin, yaitu Gaga dan pacarnya yang sudah mendapatkan paket sailing trip 2 hari 1 malam.
Akhirnya tim kami yang ber jumlah 8 sepakat menggunakan jasa trip dari Ficko Cahaya Komodo Travel dan malam hari kita diijinkan untuk menginap di Kapal. Keesokan harinya baru kita mulai perjalanan keliling pulau Komodo dan sekitarnya.

Hari ke-9 (26 Januari 2018)
Pagi itu perairan Labuan Bajo cerah, tetapi gelombang laut kurang bersahabat. Pada bulan Januari – Februari perairan Labuan Bajo cenderung bergelombang. Tujuan trip hari ini adalah Pulau Kanawa, Manta Point dan bermalam di perairan Pulau Padar.
Kecepatan kapal sedikit berkurang karena harus melawan gelombang yang besar. Di Pulau Padar kami sampai sudah sore dan cenderung gelap sehinggga pemandangan yang kita dapatkan tidak maksimal. Tetapi di perairan Pulau Padar cukup tenang untuk menurunkan jangkar, sehingga nyaman untuk bermalam di Kapal.

Hari ke-10 (27 Januari 2018)
Setelah subuh kapal bergegas bergerak pindah ke arah pulau Komodo. Target hari ini adalah pulau Komodo, pantai Pink dan pulau Rinca. Sesampainya di pulau Komodo, kita bisa memilih trek untuk berkeliling pulau, dari mulai trek pendek yang hanya 1 jam sampai trek panjang yang bisa memakan waktu berjam-jam.
Komodo di pulau Komodo tidak begitu agresif beda dengan yang ada di pulau Rinca. Di pulau Rinca juga memiliki pilihan trek seperti di pulau Komodo. Ada trek panjang, sedang dan pendek. Pemandangan di pulau Rinca menurut saya lebih indah karena medan hutan yang lebih terbuka sehingga kita bisa melihat laut luas dari atas bukit.
Pantai yang kita singgahi hari ini adalah pantai Pink. Pasir di pantai ini terlihat sekali berwarna pink. Ombaknya juga tenang dan bawah lautnya cukup bagus walaupun tidak terlalu banyak ikan dan karang. Di bagian bibir pantai terdapat tebing yang biasa dijadikan spot foto.
Setelah berpuas keliling pulau, perjalanan dilanjutkan kembali ke Labuan Bajo. Gelombang sore itu sangat besar dan kapal terombang ambing di lautan. Perut serasa dikocok dan terasa mual. Sesampainya di pelabuhan Labuan Bajo kami berpisah dari rombongan ber-8 dan tersisa hanya saya, Yudha, Rendi, dan Yossi.
Kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan sampai ke Kelimutu bersama-sama. Sore itu juga kita kembali ke hotel dimana kita menitipkan motor. Dan akhirnya kita bisa beristirahat dan terlepas dari gelombang laut.

Hari ke-11 (28 Januari 2018)
Pagi itu rasanya tubuh serasa bergoyang diterpa gelombang, rupanya efek jetlag turun dari kapal masih terasa. Rencana hari ini adalah bergerak menuju timur, yaitu ke kota Bajawa. Namun apa daya badan terasa kaku dan capek sehingga perjalanan kita terlambat.
Siang itu matahari rupanya malu-malu muncul. Niatan untuk berangkat sempat tergoda untuk menarik selimut kembali karena hujan turun dengan derasnya. Akhirnya dengan tekat yang kuat pukul 12.10 kita mulai lanjutkan perjalanan ke timur. Akhirnya kita merapat di kota Ruteng pukul 16.30 dan melepas lelah sejenak di kopi Mane.
Karena kondisi fisik yang masih belum fit, kita putuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke Bajawa dan menginap di hotel sekitar kopi Mane.
Hari ke-12 (29 Januari 2018)
Pagi itu kita berencana berangkat sepagi mungkin agar sampai Bajawa masih terang. Namun apa daya hujan turun dan menemani perjalan kita. Perjalanan dari Ruteng ke Bajawa ditempuh hampir 5jam. Jalur yang kita lewati Ruteng – Borong – Aimere – Bajawa.
Sesampainya di Bajawa kita menuju ke rumah sahabat dari Rendi yaitu Bayu yang berdagang di kota tersebut. Setelah kita beristirahat sejenak dan menyimpan perlengkapan, kita lanjutkan singgah di desa adat Bena. Salah satu desa adat yang ada di pulau Flores. Desa ini masih cukup tradisional tetapi tidak ada guide yang mengantar dan menjelaskan kepada tamu mengenai desa adat tersebut.

Hari ke-13 (30 Januari 2018)
Kami di Bajawa menginap di rumah pakde dari Bayu. Kami menginap semalam sebelum kita melanjutkan perjalanan ke Ende untuk menuju Danau Kelimutu. Perlengkapan yang tidak dibutuhkan kita simpan di rumah pakde Bayu.
Pukul 10 pagi kita lanjutkan perjalanan menuju Ende. Hari itu sinar matahari mau menemani kita dan cuaca cukup bagus. Sesampainya di Ende kita menyempatkan untuk singgah di rumah pengasingan bung Karno.
Rumah yang kondisinya masih lestari karena diperhatikan oleh pemerintah setempat. Tak lupa pula kita menyempatkan membeli oleh-oleh kain Ende di pasar seni Ende sebelum melanjutkan perjalanan ke Kelimutu.
Sore itu juga kami tetap melanjutkan perjalanan ke Danau Kelimutu untuk menginap di desa terakhir sebelum Danau Kelimutu. Namun karena minimnya informasi kita menuju ke lokasi tersebut dan lampu jalanan padam, sehingga kita tidak menemukan desa terakhir tetapi kita menuju pintu gerbang Danau Kelimutu.
Karena kondisi saat itu hujan deras, kita meneduh di pelataran balai Taman Nasional Danau Kelimutu untuk membangun tenda. Tetapi cuaca tidak memungkinkan dan kita dipersilahkan untuk mendirikan tenda di halaman homestay yang belum jadi, milik pak Abdul.


Hari ke-14 (31 Januari 2018)
Pagi itu cuaca dilanda badai dan tidak ada tanda-tanda cuaca akan reda, sehingga kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke arah timur. Setelah kembali dari timur kita akan singgah kembali untuk explore Danau Kelimutu.
Sebelum berangkat menuju timur kita sempatkan untuk berfoto di depan pintu masuk Danau Kelimutu. Tujuan kita hari ini adalah menuju Maumere dan lokasi wisata sekitar. Sebelum menuju Maumere kita sempat bertanya-tanya ke kak Tari penggiat Snorkling di Maumere, lokasi-lokasi yang bisa kita kunjungi.
Salah satunya yaitu pantai Koka yang berada di jalan utama sebelum menuju Maumere. Waktu tempuh dari Kelimutu, explore pantai Koka dan menuju kota Maumere kurang lebih 6 jam.


Hari ke-15 (1 Februari 2018)
Di Maumere kita menginap di hotel binongko, menurut saya fasilitas di Hotel ini sangat sesuai untuk budget seorang backpacker. Hanya dengan 100.000 rupiah kita bisa menginap di kamar ber kipas angina dan mendapatkan snack sarapan.
Pagi ini kita akan lanjutkan perjalanan ke ujung timur Pulau Flores yaitu kota Larantuka. Untuk explore Maumere kembali kita akan lanjutkan setelah pulang dari Larantuka. Perjalanan dari Maumere ke Larantuka kita tempuh dalam waktu kurang lebih 4 jam.
Larantuka merupakan kota kecil di pesisir pantai yang saya lihat sangat tenang dan sepi kotanya. Untuk tempat wisata di sekitar Larantuka lebih banyak didominasi dengan pantai. Siang itu hujan mengguyur kota Larantuka sehingga kita hanya bisa menunggu di penginapan. Sore hari nya kita berkunjung ke pantai Weri dan dermaga Larantuka untuk menikmati senja sore hari.
Di malam hari suasana kota yang sangat sepi kita hanya berkeliling dan bersantai di warung kopi pinggir pantai.

Hari ke-16 (2 Februari 2018)
Larantuka merupakan tujuan terakhir kami di pulau Flores. Dan saat nya kita untuk kembali ke arah Barat. Tetapi tak lupa kita untuk mengunjungi beberapa tempat yang masih belum kita explore. Hari itu Larantuka diselimuti awan mendung dan sebelum kita meneruskan perjalanan ke Maumere hujan menyambut kita, seolah-olah memberikan salam perpisahan karena telah mengunjungi Larantuka.
Pagi ini kita kembali ke Maumere, kita akan mengexplore tanjung Kajuwulu sebelum kembali ke Bajawa. Perjalanan kembali ke Maumere kita tempuh dalam waktu 4 jam. Kita kembali menginap di hotel Binongko. Hari itu kita habiskan untuk beristirahat, karena keesokan harinya kita akan explore Tanjung Kajuwulu sebelum kita bergerak kembali ke Bajawa.
Kebetulan di Maumere ada kawan SMA saya yang sedang dinas di Maumere, tak lupa saya sempatkan untuk bertemu dan bersilahturahmi. Ternyata kawan saya ini menginap juga di Hotel Binongko. Kota Maumere sedikit lebih ramai bila dibandingkan dengan kota Larantuka. Untuk pusat kota nya pun sedikit lebih ramai dan lengkap fasilitasnya.
Hari ke-17 (3 Februari 2018)
Pagi itu kita akan explore Tanjung Kajuwulu, sebuah bukit di pinggir pantai yang punya view bagus. Lokasi dari kota Maumere dapat ditempuh kurang lebih 45 menit.

Setelah kita puas mengexplore Tanjung Kajuwulu kita kembali ke hotel untuk bersih-bersih dan packing untuk kembali ke Kelimutu. Waktu yang diperlukan untuk kembali ke Kelimutu sekitar 3 jam. Pukul 14.00 WITA kita sudah sampai di Kelimutu, tepatnya di warung Pak Abdul.
Karena cuaca cukup cerah kita lanjutkan perjalanan ke area danau kelimutu untuk explore dan hunting foto 3 danau. Setelah puas mengabadikan moment, kami kembali ke warung Pak Abdul dan meminta ijin kembali untuk mendirikan tenda di area sekitar rumah Pak Abdul.

Di sore harinya sebelum gelap kita diberi tahu bahwa ada lokasi pemandian air hangat di sekitar desa Moni yang letaknya tidak jauh dari area Taman Nasional Danau Kelimutu. Akhirnya selepas magrib kita datang ke lokasi pemandian air panas tersebut. Dan untuk berendam atau mandi di pemandian air panas tersebut kita hanya ditarik retribusi sebesar 2000 rupiah. Pemandian air panas tersebut selalu ramai didatangi warga sekitar di malam hari.
Hari ke-18 (4 Februari 2018)
Pagi itu kita sudah bersiap untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Bajawa. Tak lupa kita berpamitan dengan Pak Abdul dan keluarga. Ada pertemuan pasti ada perpisahan, dan rasanya berat sekali ketika berpamitan dengan keluarga Pak Abdul yang sudah sangat baik sekali terhadap kita. Mereka sudah menganggap kami seperti anaknya sendiri.

Perjalanan dari Kelimutu kembali ke Bajawa kita tempuh dalam waktu 4,5 jam. Sampai akhirnya kita sampai di Bajawa dan kembali ke rumah keluarga sahabat Rendi yaitu Bayu. Sesampainya di Bajawa kita habiskan waktu untuk beristirahat karena esok hari kita akan explore kota Bajawa yaitu ke pemandian air panas SOA.
Hari ke-19 (5 Februari 2018)
Pagi itu rasanya malas sekali untuk melanjutkan perjalanan kita untuk explore Bajawa karena kelelahan yang melanda, tetapi karena dorongan rasa ingin tahu tetap kita lanjutkan perjalanan ditemani Bayu. Oleh Bayu kita di bawa ke tempat hits terbaru di Bajawa yaitu Wolobobo, sebuah hutan dengan view yang sangat bagus dengan background gunung Inerie.
Namun karena awan tertutup kabut maka view nya tidak terlihat gunung Inerie. Tujuan selanjutnya adalah pemandian air panas SOA. Perjalanan kesana kita tidak ditemani Bayu karena dia harus menyiapkan jualan di toko nya, dan kita diberi panduan untuk mencapai tempat tersebut.
Sekitar 45 menit kita tempuh untuk mencapai pemandian air panas SOA. Pemandian yang memiliki beberapa kolam dengan tikat kepanasan yang berbeda beda. Hampir 1,5 jam kita habiskan di pemandian air panas SOA untuk berendam dan mandi air panas.
Di tempat ini kami sempat bertemu dengan wisatawan asing dari Jerman. Dari situlah ide untuk melanjutkan perjalanan ke wisata air pulau Riung. Informasi mengenai pulau Riung kami dapatkan dari salah satu tamu di hotel tempat kami menginap di Ruteng pada saat itu.
Setelah asyik berendam kita kembali ke rumah untuk berdiskusi melanjutkan perjaanan ke Riung. Dari hasil diskusi kita putuskan untuk melanjutkan perjalanan esok hari, supaya kita bisa mempersiapkan tenaga untuk perjalanan esok hari.

Hari ke-20 (6 Februari 2018)
Perjalanan pagi ini akan kami lanjutkan dari Bajawa menuju Riung. Sebelum kita berangkat tak lupa persiapan bekal dan sarapan, serta berpamitan dengan keluarga Bayu, karena setelah dari Riung kita akan lanjutkan kembali ke Labuan Bajo.
Kurang lebih kita tempuh selama 3 jam menuju Riung, dengan trek jalan tanah bercampur bebatuan, jalur ini adalah jalan pintas dan melewati kampung.

Ada akses yang lebih baik yaitu melewati Mbay, tetapi memutar. Sesampainya di Riung kita sudah disambut oleh bang Kader yang menawarkan jasa perahu untuk keliling pulau Riung. Sewa kapal dan makanan sebesar 800.000 rupiah untuk keliling pulau dan bakar ikan untuk makan siang.
Olehnya kita diarahkan untuk menginap di penginapan pinggir dermaga dengan view laut dengan tarif 500.000 rupiah untuk 2 kamar selama 2 malam.
Setelah cukup istirahat sejenak, kami diajak oleh bang Kader ke suatu tempat yang disebut sebagai mini raja ampat nya Riung yaitu watu mitong. Dari watu mitong ini pemandangan pulau-pulau yang ada di Riung terlihat. Untuk ke lokasi watu mitong diperlukan trekking sekitar 10 menit untuk sampai di bukit teratas. Parkir motor ditarif oleh penduduk lokal sebesar 10 ribu rupiah.

Setelah matahari mulai tenggelam kami kembali ke penginapan dan membeli makan malam untuk mengisi perut. Sesampainya di penginapan kita bersih-bersih dan mandi, kemudian lanjut mengobrol di depan penginapan dan istirahat.
Hari ke-21 (7 Februari 2018)
Riung merupakan salah satu wisata air di Pulau Flores yang kurang terekspos dibandingkan dengan Labuan Bajo, padahal untuk wisata lautnya tidak kalah menarik dibandingkan dengan Labuan Bajo. Salah satu factor yang mempengaruhi adalah akses jalan dan transportasi menuju ke tempat tersebut. Hari ini kita akan berkeliling wisata di 17 Pulau Riung.

Selama seharian kita akan berkeliling ke Pulau Kelelawar, Pulau Bakau, Pulau Tembang, Pulau Tiga, dan terakhir ke Pulau Rutong. Spot pertama adalah ke Pulau Kelelawar untuk melihat dari dekat ribuan kelelawar yang ada di pulau tersebut.
Setelahnya kita lanjutkan untuk bersnorkling di sekitar pulau Bakau dan pulau Tembang. Di spot tersebut banyak sekali ikan-kan berwarna warni dan terumbu karang yang bervariasi. Di siang harinya kita singgah di pulau Tiga untuk beristirahat sejenak dan makan siang. Tak lupa pula kita membakar ikan yang sudah dibawa dari dermaga pulau Riung.
Ombak di sekitar perairan pulau Riung tidak sebesar di perairan Labuan Bajo. Disini ombaknya lebih tenang sehingga untuk berwisata air akan terasa lebih nyaman. Dan jarak antar pulau nya tidak berjauhan sehingga tidak memakan waktu yang lama.

Setelah puas berkeliling di wisata 17 pulau Riung, kita kembali ke penginapan untuk mandi dan istirahat karena keesokan harinya kita akan menuju ke destinasi terakhir di pulau Flores yaitu Waerebo.
Hari ke-22 (8 Februari 2018)
Pagi itu kami sudah bersiap untuk melanjutkan perjalanan kembali ke arah Ruteng untuk menuju Waerebo. Kami sempat ragu untuk memilih jalan menuju Ruteng. Setelah kami berdiskusi kami putuskan menempuh rute Riung – Pota – Reo – Ruteng dan menginap di penginapan yang sudah sempat kami singgahi di Ruteng.
Tepat pukul 09.00 kita mulai perjalanan kembali ke Ruteng. Ternyata diluar dugaan kita, jalanan yang kami lewati sangatlah hancur dan benar-benar menguras fisik. Dari mulai jalan tanah liat hingga bebatuan kami lewati. Waktu yang kami butuhkan untuk mencapai Ruteng kurang lebih 7,5 jam.
Beberapa kali kami mengalami kendala karena jalur yang kita lewati tidak bisa dilewati dengan mudah. Bahkan salah satu dari kami sempat jatuh karena medan yang sangat terjal. Pukul 14.00 kami singgah di Reo untuk beristirahat sejenak dan makan siang.
Dari sekian minggu yang kami tempuh, medan dari Riung menuju Reo inilah yang kami rasa sangat berat, karena akses jalan yang sangat buruk. Setelah seharian kita menempuh perjalanan jauh, akhirnya sampailah di kota Ruteng pukul 16.30 WITA. Kita menuju ke penginapan dan istirahat.
[caption id="attachment_17472" align="aligncenter" width="600"]
Jalan Riung - Pota (Foto: MHZ)[/caption]
Hari ke-23 (9 Februari 2018)
Pagi itu cuaca cukup terlihat cerah untuk menemani perjalanan kita. Setelah bersiap dan sarapan, tepat pukul 07.45 WITA kami memulai perjalanan terakhir kami di pulau Flores yaitu ke desa adat Waerebo.
Hampir 3 jam perjalanan kita tempuh untuk mencapai desa terakhir yaitu Denge. Di desa tersebut kita menitipkan motor dan melanjutkan perjalanan ke desa adat waerebo dengan berjalan kaki menyusuri hutan. Hampir 2,5 jam kami berjalan di jalur trekking hutan yang tersusun rapi.
Di sepanjang perjalanan kicau burung terdengar bersautan. Sesampainya di desa adat kami dipersilahkan untuk masuk ke rumah adat dan dilakukan upacara adat. Kita hanya berkunjung dan berkeliling di desa adat Waerebo dan tidak menginap karena masih harus mengejar arah pulang ke pulau Jawa. Selama hampir 1,5 jam bercengkerama dan mengobrol bersama penduduk Waerebo, kami berpamitan dengan ketua adat untuk kembali pulang ke Labuan Bajo.
Perjalanan turun ke Desa Denge tidak seberat ketika berangkat dan hanya ditempuh selama 1 jam 25 menit. Perjalanan pulang kami menyusuri pantai selatan dan memotong melalui desa Borik menuju Lembor dan Labuan Bajo.
Perjalanan yang cukup menguras emosi karena kita merasa sangat lama dan tidak sampai. Akhirnya tepat pukul 21.35 WITA sampai di Labuan Bajo. Dan tidak berlama-lama kita langsung menuju hotel Mutiara tempat menginap kita selama di Labuan Bajo.

Hari ke-24 (10 Februari 2018)
Lelah yang cukup melanda tak menyurutkan niat kami untuk bergeser kembali ke pulau Sumbawa. Pagi itu kami bersiap menuju dermaga pelabuhan Labuan Bajo untuk membeli tiket kapal menuju pelabuhan Sape, Sumbawa.
Hari ini adalah hari terakhir di pulau Flores karena kita harus melanjutkan perjalanan kembali ke arah Pulau Jawa. Target hari ini adalah bisa mendarat mulus di pulau Lombok. Kurang lebih 6,5 jam kami menyeberang ke pelabuhan Sape.
Tanpa panjang lebar kita lanjutkan perjalanan menuju ke pulau Lombok. Tapi apa daya ada masalah dengan motor kita di daerah Dompu dan waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WITA maka kita putuskan untuk menginap di Dompu supaya keesokan harinya bisa mencari spare part motor.
Hari ke-25 (11 Februari 2018)
Pagi hari melalui bantuan dari petugas hotel kita dibantu untuk mencari bengkel dan spare part motor. Setelah selesai perbaikan kita segera bersiap untuk melanjutkan perjalanan kita ke pulau Lombok.
Target hari ini kita akan transit terlebih dahulu di rumah sahabat saya yaitu Yanu di Sumbawa Besar, yang pada saat berangkat kita juga sempat singgah. Selama 5 jam lebih kita berkendara menuju ke Sumbawa Besar.
Selama di Sumbawa Besar kita diajak bersantai dan makan mie Jawa yang terkenal se-Sumbawa Besar. Setelah cukup bersilaturahmi akhirnya dengan berat hati kita harus bergeser kembali menuju pelabuhan Poto Tano untuk menyebrang ke pelabuhan Kayangan. Sekitar pukul 23.50 WITA kita sampai di Pelabuhan Poto Tano untuk menyeberang ke pulau Lombok.
Hari ke-26 (12 Februari 2018)
Perjalanan menyeberang ke Pelabuhan Kayangan membutuhkan waktu hanya 2 jam, dan pukul 02.00 WITA dini hari kita sampai di Lombok dan akan menginap di rumah Rendi di daerah Kelayu, Lombok Timur. Sesampainya disana kita berlomba lomba untuk segera tidur karena kelelahan yang sangat melanda.
Perjalanan yang sangat menguras tenaga untuk sampai ke Lombok. Setelah cukup beristirahat, siang harinya kita diajak oleh Rendi untuk berkumpul bersama teman-teman kampus nya di daerah Puyung.
Disana kita diajak ke kebun buah di belakang rumah. Ada jeruk, kedondong, rambutan kita bisa memetic langsung dari kebun. Setelah asyik memetic buah-buahan kita lanjutkan memancing ikan mujaer di kolam belakang rumah untuk bakar-bakar. Tak terasa ikan yang kita dapatkan sudah banyak dan bergegas kita bakar karena perut sudah keroncongan.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WITA dan menandakan saat nya kita untuk berpisah bersama teman-teman Rendi. Kita kembali ke rumah Rendi untuk beristirahat menyiapkan fisik untuk esok hari. Esok hari saya dan Yudha akan melanjutkan perjalanan kembali ke Pulau Jawa, sedangkan Yosi masih melanjutkan perjalanannya untuk explore wisata di Lombok.
Hari ke-27 (13 Februari 2018)
Setelah semalaman cukup beristirahat, pagi ini saya dan Yudha akan melanjutkan perjalanan kembali ke Pulau Jawa. Tak lupa kami berpamitan dengan ibu Rendi yang sudah mengurusi kita selama berada di Lombok.
Hari yang cerah mengawali perjalanan saya keluar pulau Lombok. Kita bergegas menuju pelabuhan Lembar untuk menyeberang ke Pulau Bali. Selama kurang lebih 4 jam kami menyebrang menuju pelabuhan Padang Bai dan langsung lanjut menuju kota Denpasar untuk mengambil barang-barang di rumah Puput, saudara kami.
Setelah cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan menuju Gilimanuk untuk menyebrang ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Perjalanan kami tempuh hampir 3 jam untuk menuju pelabuhan Gilimanuk. Sesampainya disana tidak berlama-lama kita segera membeli tiket kapal penyeberangan menuju pelabuhan Ketapang.
Hari ke-28 (14 Februari 2018)
Tepat pukul 00.18 WITA saya menyeberang ke pulau Jawa dan kurang lebih 30 menit kita sampai di pelabuhan Ketapang. Segera kita mencari penginapan untuk beristirahat. Tarif penginapan di sekitar pelabuhan Ketapang tidaklah mahal, berkisar antara 60.000 – 80.000 rupiah per malam.
Karena waktu sudah larut malam dan kita butuh istirahat untuk perjalanan esok hari maka kita tidak lama membuang waktu untuk tidur. Setelah cukup beristirahat kita tidak lama membuang waktu untuk melanjutkan perjalanan kembali. Tujuan awal kita adalah melanjutkan perjalanan dari Banyuwangi menuju ke Yogyakarta.
Tapi di tengah perjalanan tuas kopling motor bermasalah sehingga kita memutuskan untuk singgah dan beristirahat di Blitar. Di sana ada saudara kita Satya yang berkerja di BPJS cabang Blitar. Bermalam lah kita di rumah kostnya. Hampir 12 jam kami tempuh dari Banyuwangi menuju Blitar melaui jalur selatan. Untuk memulihkan kondisi fisik setelah perjalanan jauh kita segera istirahat.
Hari ke-29 (15 Februari 2018)
Hari ini target perjalanan saya adalah menuju Cilacap, kota orang tua saya tinggal. Pukul 7.26 Wib saya, Yudha, dan Satya keluar dari rumah kost, saya dan Yudha menuju ke Yogyakarta dan Satya berangkat menuju kantor.
Perjalanan pagi ini terasa santai karena sudah mendekati ke tujuan akhir perjalanan yaitu pulang ke rumah. Hampir 7 jam lebih kita tempuh menuju kota Yogyakarta. Sesampainya disana kita mencari penjual duren yang ada di dekat kampus UNY. Hanya sekedar untuk beristirahat dan menghilangkan Lelah.
Setelah cukup beristirahat saya dan Yudha berpisah disini. Yudha tetap di Yogyakarta dan saya melanjutkan perjalanan ke Cilacap. Hampir 7 jam perjalanan saya tempuh untuk menuju Cilacap karena diguyur hujan lebat sekali. Akhirnya tiba di Cilacap pukul 21.30 dan bisa berkumpul dengan orang tua.
Hari ke-30 (16 Februari 2018)
Setelah beristirahat yang cukup, pagi hari ini saya mempersiapkan motor sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Depok. Saya membongkar beberapa spare part motor yang perlu diperbaiki. Hari ini agenda saya hanya istirahat dan menemani orang tua di rumah.
Hari ke-31 (17 Februari 2018)
Pagi ini saya bangun cukup pagi untuk mempersiapkan semuanya untuk kembali pulang ke Depok. Setelah sarapan dan kondisi motor siap saya melanjutkan perjalanan ke Depok. Berhubung kondisi jalanan Puncak sedang longsor maka saya akan mengambil alternatif melalui Purwakarta – Cikarang – Bekasi untuk menuju Depok. Setelah menempuh perjalanan selama 12 jam akhirnya sampai juga di rumah, Depok.
Alhamdulillah, perjalanan selama sebulan penuh melintasi 4 Pulau berjalan lancar, ucapan terima kasih sebesar besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu suksesnya pejalanan Depok – Flores.
Apabila ada teman-teman yang membaca cerita perjalanan ini dan membutuhkan informasi mengenai jalur, budget, akomodasi, dan lainnya bisa menghubungi saya di email : [email protected] atau bisa cek langsung video perjalanan saya di Instagram : ahyudhirickysetyawan. (MHZ)
Secercah Mentari di Tanah Flores
Oleh : Ahyudhi Ricky S
KalbarOnline, Serbaneka – Berbicara tentang Flores maka orang akan berpikiran tentang Labuan Bajo, Komodo, Pantai dan Kelimutu. Yap, betul sekali, tempat-tempat tersebut merupakan tempat wisata ikonik di Flores. Namun masih banyak tempat wisata lain yang selama ini luput dari ekpos media sehingga orang tidak tahu.
Di tulisan ini akan saya ceritakan perjalanan saya selama satu bulan dari Depok menjelajah tanah Flores dengan ‘kuda besi” saya yaitu honda CB 100. Perjalanan ini sudah direncanakan dari 6 bulan yang lalu.
Perjalanan jauh ini sudah saya rencanakan 6 bulan sebelumnya sehingga persiapannya sangat matang. Perjalanan ini melalui jalan darat dan laut dimulai dari Depok tanggal 18 Januari 2018 hingga berakhir kembali tanggal 17 Februari 2018. Total ada 5 kepulauan yang kita lewati yaitu Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Lombok, Pulau Sumbawa, dan Pulau Flores.
Hari ke-1 (18 Januari 2018)
Titik awal perjalanan saya dimulai dari rumah di daerah Tapos, Depok pukul 13.30. Hujan mengguyur daerah tempat tinggal saya tepat sebelum dimulai perjalanan itu. Tapi tidak menyurutkan niat saya untuk mengawali perjalanan ini.
Hari pertama target saya adalah sampai di Tembalang, Kota Semarang, disana sudah ada Yudha, adik saya yang yang siap menampung dan ikut menjelajah tanah Flores. Rute Perjalanan saya Depok – Cikampek – Cirebon – Tegal- Pekalongan – Batang – Kendal – Semarang.
Di Cirebon saya menyempatkan beristirahat dan bersilaturahmi dengan teman-teman Indocement Cirebon. Kawan- kawan perjuangan dahulu kala di jaman Management Trainee. Akhirnya setelah ratusan kilometer saya lewati sampai juga di Tembalang, Kota Semarang pukul 04.00 WIB. Saatnya istirahat!!!
[caption id="attachment_17450" align="aligncenter" width="600"]
Lokasi: Rumah Makan Nasi Jamblang, Palimanan, Cirebon (Foto: MHZ)[/caption]
Hari ke-2 (19 Januari 2018)
Jumat hari itu, mentari sejenak menyinari kamar kos Yudha, menandakan waktu untuk bersiap Sholat Jumat. Saya pun mencoba membujuk Yudha untuk memulai perjalanan ke Timur hari itu juga selepas Sholat Jumat, tetapi dia menolak dan menyarankan untuk melanjutkan perjalanan di pagi hari.
Akhirnya kita sepakat untuk memulai perjalanan esok hari sepagi mungkin. Diskusi kita lakukan untuk menentukan arah perjalanan yang akan kita lewati. Dari hasil diskusi kita tentukan melalui jalur tengah untuk memotong waktu. Target untuk esok hari adalah sampai di Banyuwangi. Perlengkapan yang belum lengkap, kita cari di sekitaran Tembalang.
Hari ke-3 (20 Januari 2018)
Waktu menunjukan 03.00 WIB dini hari, alarm handphone pun sudah mengisyaratkan agar kita berkemas dan bersiap memulai perjalanan panjang. Tepat pukul 03.32 WIB kita berangkat dari Tembalang, Semarang menuju ke Banyuwangi.
Perjalanan kali ini adalah perjalanan yang paling melelahkan karena hamper 18 jam kita menempuh perjalanan sampai ke Banyuwangi. Kondisi jalanan sepanjang Jawa Timur memang kurang bagus, banyak tambalan di mana-mana.
Meskipun jenuh, tidak menjadikan halangan kita untuk mencapai target sampai di Banyuwangi. Sesampainya di Ketapang, Banyuwangi pukul 21.50 WIB kita putuskan untuk menginap dan melanjutkan peyebrangan ke Bali esok hari.
Kita mendapatkan penginapan murah di samping pelabuhan Ketapang, seharga Rp. 80.000 Oleh penjaga penginapan kita disarankan untuk menyebrang melalui pelabuhan barang yaitu dermaga LCM karena lebih cepat dan tidak menunggu kapal penuh.
Hari ke-4 (21 Januari 2018)
[caption id="attachment_17451" align="aligncenter" width="600"]
Lokasi: Kapal Ferry, dermaga LCM, pelabuhan Ketapang, Banyuwangi (Foto: MHZ)[/caption]
Pagi itu kita mulai berkemas dan bersiap untuk memulai perjalanan menuju Pulau Bali. Ternyata trouble pertama kita dapatkan. Ban belakang motor Yudha kempes, dan saya coba menambah angin menggunakan kompresor portable yang saya bawa.
Ternyata muncul masalah kedua yaitu pengisian aki motor saya bermasalah. Akhirnya kita bergegas mencari tukang tambal ban untuk menambah angin ban belakang motor Yudha, untuk sementara permasalahan motor saya abaikan.
Kita akhirnya menyebrang melalui dermaga LCM dan benar saja perjalanan kami menyeberangi pulau Bali hanya 20 menit saja. Sesampainya di pelabuhan Gilimanuk kita sarapan untuk mengisi tenaga kita membelah pulau Bali. Target awal kita adalah menyebrang hingga pulau Lombok.
Namun apa daya kita tertahan oleh bujukan kawan dan saudara kita di Bali untuk menginap semalam. Akhirnya kita putuskan untuk menginap di Denpasar semalam sambil menghilangkan Lelah dan bersilaturahmi bersama kawan dan saudara.
Hari ke-5 (22 Januari 2018)
Pagi itu mentari bersinar cerah, secerah hati kita yang bersiap melanjutkan perjalanan. Bermodalkan nasi rames yang sudah disediakan oleh Puput, saudara sepupu yang kebetulan tinggal di Bali kita bersiap menarik laju kuda besi kita menyisir pulau Bali.
Hari ini tujuan kita bisa mendarat di Pulau Lombok. Awalnya kita rencanakan untuk menginap di salah satu kerabat Indocement terminal Lombok, yaitu pak Dian, tetapi berdasarkan pertimbangan waktu akhirnya kita rubah haluan dengan melanjutkan sampai di Sumbawa Besar.
Perjalanan dari Denpasar kita tempuh dalam waktu 1 jam menuju pelabuhan Padang Bai dan kita menyeberang menuju pulau Lombok. Perjalanan Laut untuk ke pulau Lombok cukup nyaman walaupun waktu tempuhnya mencapai 4 jam.
Sesampainya di Lombok, kami sempatkan mampir di terminal Indocement Lombok untuk bersilaturahmi dengan teman-teman disana. Alhamdulillah tali silaturahmi tetap terjalin, walaupun dalam waktu yang sangat singkat.
[caption id="attachment_17452" align="aligncenter" width="600"]
Lokasi: Terminal Indocement, Pelabuhan Lembar, Lombok, NTB (Foto: MHZ)[/caption]
Tepat pukul 17.00 kami lanjutkan perjalanan kami menuju pelabuhan Kayangan, Lombok Timur untuk melanjutkan misi ke arah pulau Sumbawa. Disana kita sudah siap disambut oleh kawan kita yang kebetulan bekerja di Pertamina Sumbawa Besar.
Pukul 18:58 sampailah kita di pelabuhan Kayangan dan melanjutkan penyeberangan melalui kapal Ferry selama 2 jam dan lanjut perjalanan darat. Akhirnya tepat pukul 23.45 WITA kita lepas landas di kota Sumbawa Besar.
Hari ke-6 (23 Januari 2018)
Pagi itu kita sedikit bermalas-malasan, karena mungkin kondisi badan yang masih lelah. Sedikit lebih siang dibandingkan biasanya. Akhirnya pukul 10.00 WITA kita bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju titik terakhir penyeberangan menuju Pulau Flores, yaitu pelabuhan Sape.
Sebelum berangkat, kawan kita Yanu mengajak kita menyantap soto dan sate Sumbawa. Kalau di Jawa mungkin lebih tepatnya disebut tongseng, tapi disana disebut soto. Selepas mengisi perut kita lanjutkan perjalanan melintasi jalanan pulau Sumbawa yang sangat mulus.
Empang – Plampang – Dompu – Bima – Sape, itulah trek yang kita lewati. Kurang lebih 6 jam perjalanan menuju ke kota Bima sebelum kita rehat sejenak untuk bersantap makan siang.
Lahapnya makan siang yang sedikit terlambat, ditemani rintik hujan semakin menggugah selera untuk makan. Hujan tak kunjung reda dan kita tetap lanjutkan pergerakan kita menuju arah pelabuhan Sape. Akhirnya pukul 20.00 WITA kita sampai di sekitar pelabuhan Sape dan mencari penginapan di sekitar lokasi pelabuhan. Yeaaaah akhirnya istirahat juga hari ini.

Hari ke-7 (24 Januari 2018)
Pelabuhan Sape pagi itu cukup ramai antrian pengujung yang hendak menyeberang ke Pulau Flores, tepatnya Labuan Bajo. Tidak hanya pengunjung dalam negeri, turis mancanegara pun ada beberapa yang ikut dalam rombongan di dalam Kapal.
Cukup lama kami menunggu kapal mulai melepaskan jangkarnya. Hampir 2 jam kami menunggu dan akhirnya pukul 10.00 WITA kapal mulai menyeberang menuju Labuan Bajo. Waktu yang kita tempuh kurang lebih 7,5 jam untuk menyeberang ke pelabuhan Labuan Bajo, Flores.
Sesampainya di pelabuhan kita mencoba mencari rekan yang bisa diajak untuk sailing trip di pulau Komodo. Semakin banyak personil maka akan lebih murah pula budget yang kita dapatkan. Tak lama mendarat di pelabuhan kita bertemu Angga dan Christin yang berasal dari Solo serta Yossi dan Rendi yang berangkat dari Lombok.
Bersama mereka kita mencoba mencari paket tour sailing trip Pulau Komodo. Selain mereka berempat ternyata ada 2 kawan yakni Angga dan Christin yang sudah siap dengan paket tour dengan harga yang murah dan kualitas bagus. Akhirnya kita bergabung menjadi ber 8 untuk sailing trip 2 hari 2 malam. Malam hari ini kami menginap di Palulu homestay yang letak nya tidak jauh dari pelabuhan Labuan Bajo.

Hari ke-8 (25 Januari 2018)
Labuan bajo pagi itu dirundung awan mendung. Agenda hari ini adalah istirahat dan mencari paket sailing trip yang sesuai budget. Kami bertemu dengan teman Angga dan Christin, yaitu Gaga dan pacarnya yang sudah mendapatkan paket sailing trip 2 hari 1 malam.
Akhirnya tim kami yang ber jumlah 8 sepakat menggunakan jasa trip dari Ficko Cahaya Komodo Travel dan malam hari kita diijinkan untuk menginap di Kapal. Keesokan harinya baru kita mulai perjalanan keliling pulau Komodo dan sekitarnya.

Hari ke-9 (26 Januari 2018)
Pagi itu perairan Labuan Bajo cerah, tetapi gelombang laut kurang bersahabat. Pada bulan Januari – Februari perairan Labuan Bajo cenderung bergelombang. Tujuan trip hari ini adalah Pulau Kanawa, Manta Point dan bermalam di perairan Pulau Padar.
Kecepatan kapal sedikit berkurang karena harus melawan gelombang yang besar. Di Pulau Padar kami sampai sudah sore dan cenderung gelap sehinggga pemandangan yang kita dapatkan tidak maksimal. Tetapi di perairan Pulau Padar cukup tenang untuk menurunkan jangkar, sehingga nyaman untuk bermalam di Kapal.

Hari ke-10 (27 Januari 2018)
Setelah subuh kapal bergegas bergerak pindah ke arah pulau Komodo. Target hari ini adalah pulau Komodo, pantai Pink dan pulau Rinca. Sesampainya di pulau Komodo, kita bisa memilih trek untuk berkeliling pulau, dari mulai trek pendek yang hanya 1 jam sampai trek panjang yang bisa memakan waktu berjam-jam.
Komodo di pulau Komodo tidak begitu agresif beda dengan yang ada di pulau Rinca. Di pulau Rinca juga memiliki pilihan trek seperti di pulau Komodo. Ada trek panjang, sedang dan pendek. Pemandangan di pulau Rinca menurut saya lebih indah karena medan hutan yang lebih terbuka sehingga kita bisa melihat laut luas dari atas bukit.
Pantai yang kita singgahi hari ini adalah pantai Pink. Pasir di pantai ini terlihat sekali berwarna pink. Ombaknya juga tenang dan bawah lautnya cukup bagus walaupun tidak terlalu banyak ikan dan karang. Di bagian bibir pantai terdapat tebing yang biasa dijadikan spot foto.
Setelah berpuas keliling pulau, perjalanan dilanjutkan kembali ke Labuan Bajo. Gelombang sore itu sangat besar dan kapal terombang ambing di lautan. Perut serasa dikocok dan terasa mual. Sesampainya di pelabuhan Labuan Bajo kami berpisah dari rombongan ber-8 dan tersisa hanya saya, Yudha, Rendi, dan Yossi.
Kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan sampai ke Kelimutu bersama-sama. Sore itu juga kita kembali ke hotel dimana kita menitipkan motor. Dan akhirnya kita bisa beristirahat dan terlepas dari gelombang laut.

Hari ke-11 (28 Januari 2018)
Pagi itu rasanya tubuh serasa bergoyang diterpa gelombang, rupanya efek jetlag turun dari kapal masih terasa. Rencana hari ini adalah bergerak menuju timur, yaitu ke kota Bajawa. Namun apa daya badan terasa kaku dan capek sehingga perjalanan kita terlambat.
Siang itu matahari rupanya malu-malu muncul. Niatan untuk berangkat sempat tergoda untuk menarik selimut kembali karena hujan turun dengan derasnya. Akhirnya dengan tekat yang kuat pukul 12.10 kita mulai lanjutkan perjalanan ke timur. Akhirnya kita merapat di kota Ruteng pukul 16.30 dan melepas lelah sejenak di kopi Mane.
Karena kondisi fisik yang masih belum fit, kita putuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke Bajawa dan menginap di hotel sekitar kopi Mane.
Hari ke-12 (29 Januari 2018)
Pagi itu kita berencana berangkat sepagi mungkin agar sampai Bajawa masih terang. Namun apa daya hujan turun dan menemani perjalan kita. Perjalanan dari Ruteng ke Bajawa ditempuh hampir 5jam. Jalur yang kita lewati Ruteng – Borong – Aimere – Bajawa.
Sesampainya di Bajawa kita menuju ke rumah sahabat dari Rendi yaitu Bayu yang berdagang di kota tersebut. Setelah kita beristirahat sejenak dan menyimpan perlengkapan, kita lanjutkan singgah di desa adat Bena. Salah satu desa adat yang ada di pulau Flores. Desa ini masih cukup tradisional tetapi tidak ada guide yang mengantar dan menjelaskan kepada tamu mengenai desa adat tersebut.

Hari ke-13 (30 Januari 2018)
Kami di Bajawa menginap di rumah pakde dari Bayu. Kami menginap semalam sebelum kita melanjutkan perjalanan ke Ende untuk menuju Danau Kelimutu. Perlengkapan yang tidak dibutuhkan kita simpan di rumah pakde Bayu.
Pukul 10 pagi kita lanjutkan perjalanan menuju Ende. Hari itu sinar matahari mau menemani kita dan cuaca cukup bagus. Sesampainya di Ende kita menyempatkan untuk singgah di rumah pengasingan bung Karno.
Rumah yang kondisinya masih lestari karena diperhatikan oleh pemerintah setempat. Tak lupa pula kita menyempatkan membeli oleh-oleh kain Ende di pasar seni Ende sebelum melanjutkan perjalanan ke Kelimutu.
Sore itu juga kami tetap melanjutkan perjalanan ke Danau Kelimutu untuk menginap di desa terakhir sebelum Danau Kelimutu. Namun karena minimnya informasi kita menuju ke lokasi tersebut dan lampu jalanan padam, sehingga kita tidak menemukan desa terakhir tetapi kita menuju pintu gerbang Danau Kelimutu.
Karena kondisi saat itu hujan deras, kita meneduh di pelataran balai Taman Nasional Danau Kelimutu untuk membangun tenda. Tetapi cuaca tidak memungkinkan dan kita dipersilahkan untuk mendirikan tenda di halaman homestay yang belum jadi, milik pak Abdul.


Hari ke-14 (31 Januari 2018)
Pagi itu cuaca dilanda badai dan tidak ada tanda-tanda cuaca akan reda, sehingga kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke arah timur. Setelah kembali dari timur kita akan singgah kembali untuk explore Danau Kelimutu.
Sebelum berangkat menuju timur kita sempatkan untuk berfoto di depan pintu masuk Danau Kelimutu. Tujuan kita hari ini adalah menuju Maumere dan lokasi wisata sekitar. Sebelum menuju Maumere kita sempat bertanya-tanya ke kak Tari penggiat Snorkling di Maumere, lokasi-lokasi yang bisa kita kunjungi.
Salah satunya yaitu pantai Koka yang berada di jalan utama sebelum menuju Maumere. Waktu tempuh dari Kelimutu, explore pantai Koka dan menuju kota Maumere kurang lebih 6 jam.


Hari ke-15 (1 Februari 2018)
Di Maumere kita menginap di hotel binongko, menurut saya fasilitas di Hotel ini sangat sesuai untuk budget seorang backpacker. Hanya dengan 100.000 rupiah kita bisa menginap di kamar ber kipas angina dan mendapatkan snack sarapan.
Pagi ini kita akan lanjutkan perjalanan ke ujung timur Pulau Flores yaitu kota Larantuka. Untuk explore Maumere kembali kita akan lanjutkan setelah pulang dari Larantuka. Perjalanan dari Maumere ke Larantuka kita tempuh dalam waktu kurang lebih 4 jam.
Larantuka merupakan kota kecil di pesisir pantai yang saya lihat sangat tenang dan sepi kotanya. Untuk tempat wisata di sekitar Larantuka lebih banyak didominasi dengan pantai. Siang itu hujan mengguyur kota Larantuka sehingga kita hanya bisa menunggu di penginapan. Sore hari nya kita berkunjung ke pantai Weri dan dermaga Larantuka untuk menikmati senja sore hari.
Di malam hari suasana kota yang sangat sepi kita hanya berkeliling dan bersantai di warung kopi pinggir pantai.

Hari ke-16 (2 Februari 2018)
Larantuka merupakan tujuan terakhir kami di pulau Flores. Dan saat nya kita untuk kembali ke arah Barat. Tetapi tak lupa kita untuk mengunjungi beberapa tempat yang masih belum kita explore. Hari itu Larantuka diselimuti awan mendung dan sebelum kita meneruskan perjalanan ke Maumere hujan menyambut kita, seolah-olah memberikan salam perpisahan karena telah mengunjungi Larantuka.
Pagi ini kita kembali ke Maumere, kita akan mengexplore tanjung Kajuwulu sebelum kembali ke Bajawa. Perjalanan kembali ke Maumere kita tempuh dalam waktu 4 jam. Kita kembali menginap di hotel Binongko. Hari itu kita habiskan untuk beristirahat, karena keesokan harinya kita akan explore Tanjung Kajuwulu sebelum kita bergerak kembali ke Bajawa.
Kebetulan di Maumere ada kawan SMA saya yang sedang dinas di Maumere, tak lupa saya sempatkan untuk bertemu dan bersilahturahmi. Ternyata kawan saya ini menginap juga di Hotel Binongko. Kota Maumere sedikit lebih ramai bila dibandingkan dengan kota Larantuka. Untuk pusat kota nya pun sedikit lebih ramai dan lengkap fasilitasnya.
Hari ke-17 (3 Februari 2018)
Pagi itu kita akan explore Tanjung Kajuwulu, sebuah bukit di pinggir pantai yang punya view bagus. Lokasi dari kota Maumere dapat ditempuh kurang lebih 45 menit.

Setelah kita puas mengexplore Tanjung Kajuwulu kita kembali ke hotel untuk bersih-bersih dan packing untuk kembali ke Kelimutu. Waktu yang diperlukan untuk kembali ke Kelimutu sekitar 3 jam. Pukul 14.00 WITA kita sudah sampai di Kelimutu, tepatnya di warung Pak Abdul.
Karena cuaca cukup cerah kita lanjutkan perjalanan ke area danau kelimutu untuk explore dan hunting foto 3 danau. Setelah puas mengabadikan moment, kami kembali ke warung Pak Abdul dan meminta ijin kembali untuk mendirikan tenda di area sekitar rumah Pak Abdul.

Di sore harinya sebelum gelap kita diberi tahu bahwa ada lokasi pemandian air hangat di sekitar desa Moni yang letaknya tidak jauh dari area Taman Nasional Danau Kelimutu. Akhirnya selepas magrib kita datang ke lokasi pemandian air panas tersebut. Dan untuk berendam atau mandi di pemandian air panas tersebut kita hanya ditarik retribusi sebesar 2000 rupiah. Pemandian air panas tersebut selalu ramai didatangi warga sekitar di malam hari.
Hari ke-18 (4 Februari 2018)
Pagi itu kita sudah bersiap untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Bajawa. Tak lupa kita berpamitan dengan Pak Abdul dan keluarga. Ada pertemuan pasti ada perpisahan, dan rasanya berat sekali ketika berpamitan dengan keluarga Pak Abdul yang sudah sangat baik sekali terhadap kita. Mereka sudah menganggap kami seperti anaknya sendiri.

Perjalanan dari Kelimutu kembali ke Bajawa kita tempuh dalam waktu 4,5 jam. Sampai akhirnya kita sampai di Bajawa dan kembali ke rumah keluarga sahabat Rendi yaitu Bayu. Sesampainya di Bajawa kita habiskan waktu untuk beristirahat karena esok hari kita akan explore kota Bajawa yaitu ke pemandian air panas SOA.
Hari ke-19 (5 Februari 2018)
Pagi itu rasanya malas sekali untuk melanjutkan perjalanan kita untuk explore Bajawa karena kelelahan yang melanda, tetapi karena dorongan rasa ingin tahu tetap kita lanjutkan perjalanan ditemani Bayu. Oleh Bayu kita di bawa ke tempat hits terbaru di Bajawa yaitu Wolobobo, sebuah hutan dengan view yang sangat bagus dengan background gunung Inerie.
Namun karena awan tertutup kabut maka view nya tidak terlihat gunung Inerie. Tujuan selanjutnya adalah pemandian air panas SOA. Perjalanan kesana kita tidak ditemani Bayu karena dia harus menyiapkan jualan di toko nya, dan kita diberi panduan untuk mencapai tempat tersebut.
Sekitar 45 menit kita tempuh untuk mencapai pemandian air panas SOA. Pemandian yang memiliki beberapa kolam dengan tikat kepanasan yang berbeda beda. Hampir 1,5 jam kita habiskan di pemandian air panas SOA untuk berendam dan mandi air panas.
Di tempat ini kami sempat bertemu dengan wisatawan asing dari Jerman. Dari situlah ide untuk melanjutkan perjalanan ke wisata air pulau Riung. Informasi mengenai pulau Riung kami dapatkan dari salah satu tamu di hotel tempat kami menginap di Ruteng pada saat itu.
Setelah asyik berendam kita kembali ke rumah untuk berdiskusi melanjutkan perjaanan ke Riung. Dari hasil diskusi kita putuskan untuk melanjutkan perjalanan esok hari, supaya kita bisa mempersiapkan tenaga untuk perjalanan esok hari.

Hari ke-20 (6 Februari 2018)
Perjalanan pagi ini akan kami lanjutkan dari Bajawa menuju Riung. Sebelum kita berangkat tak lupa persiapan bekal dan sarapan, serta berpamitan dengan keluarga Bayu, karena setelah dari Riung kita akan lanjutkan kembali ke Labuan Bajo.
Kurang lebih kita tempuh selama 3 jam menuju Riung, dengan trek jalan tanah bercampur bebatuan, jalur ini adalah jalan pintas dan melewati kampung.

Ada akses yang lebih baik yaitu melewati Mbay, tetapi memutar. Sesampainya di Riung kita sudah disambut oleh bang Kader yang menawarkan jasa perahu untuk keliling pulau Riung. Sewa kapal dan makanan sebesar 800.000 rupiah untuk keliling pulau dan bakar ikan untuk makan siang.
Olehnya kita diarahkan untuk menginap di penginapan pinggir dermaga dengan view laut dengan tarif 500.000 rupiah untuk 2 kamar selama 2 malam.
Setelah cukup istirahat sejenak, kami diajak oleh bang Kader ke suatu tempat yang disebut sebagai mini raja ampat nya Riung yaitu watu mitong. Dari watu mitong ini pemandangan pulau-pulau yang ada di Riung terlihat. Untuk ke lokasi watu mitong diperlukan trekking sekitar 10 menit untuk sampai di bukit teratas. Parkir motor ditarif oleh penduduk lokal sebesar 10 ribu rupiah.

Setelah matahari mulai tenggelam kami kembali ke penginapan dan membeli makan malam untuk mengisi perut. Sesampainya di penginapan kita bersih-bersih dan mandi, kemudian lanjut mengobrol di depan penginapan dan istirahat.
Hari ke-21 (7 Februari 2018)
Riung merupakan salah satu wisata air di Pulau Flores yang kurang terekspos dibandingkan dengan Labuan Bajo, padahal untuk wisata lautnya tidak kalah menarik dibandingkan dengan Labuan Bajo. Salah satu factor yang mempengaruhi adalah akses jalan dan transportasi menuju ke tempat tersebut. Hari ini kita akan berkeliling wisata di 17 Pulau Riung.

Selama seharian kita akan berkeliling ke Pulau Kelelawar, Pulau Bakau, Pulau Tembang, Pulau Tiga, dan terakhir ke Pulau Rutong. Spot pertama adalah ke Pulau Kelelawar untuk melihat dari dekat ribuan kelelawar yang ada di pulau tersebut.
Setelahnya kita lanjutkan untuk bersnorkling di sekitar pulau Bakau dan pulau Tembang. Di spot tersebut banyak sekali ikan-kan berwarna warni dan terumbu karang yang bervariasi. Di siang harinya kita singgah di pulau Tiga untuk beristirahat sejenak dan makan siang. Tak lupa pula kita membakar ikan yang sudah dibawa dari dermaga pulau Riung.
Ombak di sekitar perairan pulau Riung tidak sebesar di perairan Labuan Bajo. Disini ombaknya lebih tenang sehingga untuk berwisata air akan terasa lebih nyaman. Dan jarak antar pulau nya tidak berjauhan sehingga tidak memakan waktu yang lama.

Setelah puas berkeliling di wisata 17 pulau Riung, kita kembali ke penginapan untuk mandi dan istirahat karena keesokan harinya kita akan menuju ke destinasi terakhir di pulau Flores yaitu Waerebo.
Hari ke-22 (8 Februari 2018)
Pagi itu kami sudah bersiap untuk melanjutkan perjalanan kembali ke arah Ruteng untuk menuju Waerebo. Kami sempat ragu untuk memilih jalan menuju Ruteng. Setelah kami berdiskusi kami putuskan menempuh rute Riung – Pota – Reo – Ruteng dan menginap di penginapan yang sudah sempat kami singgahi di Ruteng.
Tepat pukul 09.00 kita mulai perjalanan kembali ke Ruteng. Ternyata diluar dugaan kita, jalanan yang kami lewati sangatlah hancur dan benar-benar menguras fisik. Dari mulai jalan tanah liat hingga bebatuan kami lewati. Waktu yang kami butuhkan untuk mencapai Ruteng kurang lebih 7,5 jam.
Beberapa kali kami mengalami kendala karena jalur yang kita lewati tidak bisa dilewati dengan mudah. Bahkan salah satu dari kami sempat jatuh karena medan yang sangat terjal. Pukul 14.00 kami singgah di Reo untuk beristirahat sejenak dan makan siang.
Dari sekian minggu yang kami tempuh, medan dari Riung menuju Reo inilah yang kami rasa sangat berat, karena akses jalan yang sangat buruk. Setelah seharian kita menempuh perjalanan jauh, akhirnya sampailah di kota Ruteng pukul 16.30 WITA. Kita menuju ke penginapan dan istirahat.
[caption id="attachment_17472" align="aligncenter" width="600"]
Jalan Riung - Pota (Foto: MHZ)[/caption]
Hari ke-23 (9 Februari 2018)
Pagi itu cuaca cukup terlihat cerah untuk menemani perjalanan kita. Setelah bersiap dan sarapan, tepat pukul 07.45 WITA kami memulai perjalanan terakhir kami di pulau Flores yaitu ke desa adat Waerebo.
Hampir 3 jam perjalanan kita tempuh untuk mencapai desa terakhir yaitu Denge. Di desa tersebut kita menitipkan motor dan melanjutkan perjalanan ke desa adat waerebo dengan berjalan kaki menyusuri hutan. Hampir 2,5 jam kami berjalan di jalur trekking hutan yang tersusun rapi.
Di sepanjang perjalanan kicau burung terdengar bersautan. Sesampainya di desa adat kami dipersilahkan untuk masuk ke rumah adat dan dilakukan upacara adat. Kita hanya berkunjung dan berkeliling di desa adat Waerebo dan tidak menginap karena masih harus mengejar arah pulang ke pulau Jawa. Selama hampir 1,5 jam bercengkerama dan mengobrol bersama penduduk Waerebo, kami berpamitan dengan ketua adat untuk kembali pulang ke Labuan Bajo.
Perjalanan turun ke Desa Denge tidak seberat ketika berangkat dan hanya ditempuh selama 1 jam 25 menit. Perjalanan pulang kami menyusuri pantai selatan dan memotong melalui desa Borik menuju Lembor dan Labuan Bajo.
Perjalanan yang cukup menguras emosi karena kita merasa sangat lama dan tidak sampai. Akhirnya tepat pukul 21.35 WITA sampai di Labuan Bajo. Dan tidak berlama-lama kita langsung menuju hotel Mutiara tempat menginap kita selama di Labuan Bajo.

Hari ke-24 (10 Februari 2018)
Lelah yang cukup melanda tak menyurutkan niat kami untuk bergeser kembali ke pulau Sumbawa. Pagi itu kami bersiap menuju dermaga pelabuhan Labuan Bajo untuk membeli tiket kapal menuju pelabuhan Sape, Sumbawa.
Hari ini adalah hari terakhir di pulau Flores karena kita harus melanjutkan perjalanan kembali ke arah Pulau Jawa. Target hari ini adalah bisa mendarat mulus di pulau Lombok. Kurang lebih 6,5 jam kami menyeberang ke pelabuhan Sape.
Tanpa panjang lebar kita lanjutkan perjalanan menuju ke pulau Lombok. Tapi apa daya ada masalah dengan motor kita di daerah Dompu dan waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WITA maka kita putuskan untuk menginap di Dompu supaya keesokan harinya bisa mencari spare part motor.
Hari ke-25 (11 Februari 2018)
Pagi hari melalui bantuan dari petugas hotel kita dibantu untuk mencari bengkel dan spare part motor. Setelah selesai perbaikan kita segera bersiap untuk melanjutkan perjalanan kita ke pulau Lombok.
Target hari ini kita akan transit terlebih dahulu di rumah sahabat saya yaitu Yanu di Sumbawa Besar, yang pada saat berangkat kita juga sempat singgah. Selama 5 jam lebih kita berkendara menuju ke Sumbawa Besar.
Selama di Sumbawa Besar kita diajak bersantai dan makan mie Jawa yang terkenal se-Sumbawa Besar. Setelah cukup bersilaturahmi akhirnya dengan berat hati kita harus bergeser kembali menuju pelabuhan Poto Tano untuk menyebrang ke pelabuhan Kayangan. Sekitar pukul 23.50 WITA kita sampai di Pelabuhan Poto Tano untuk menyeberang ke pulau Lombok.
Hari ke-26 (12 Februari 2018)
Perjalanan menyeberang ke Pelabuhan Kayangan membutuhkan waktu hanya 2 jam, dan pukul 02.00 WITA dini hari kita sampai di Lombok dan akan menginap di rumah Rendi di daerah Kelayu, Lombok Timur. Sesampainya disana kita berlomba lomba untuk segera tidur karena kelelahan yang sangat melanda.
Perjalanan yang sangat menguras tenaga untuk sampai ke Lombok. Setelah cukup beristirahat, siang harinya kita diajak oleh Rendi untuk berkumpul bersama teman-teman kampus nya di daerah Puyung.
Disana kita diajak ke kebun buah di belakang rumah. Ada jeruk, kedondong, rambutan kita bisa memetic langsung dari kebun. Setelah asyik memetic buah-buahan kita lanjutkan memancing ikan mujaer di kolam belakang rumah untuk bakar-bakar. Tak terasa ikan yang kita dapatkan sudah banyak dan bergegas kita bakar karena perut sudah keroncongan.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WITA dan menandakan saat nya kita untuk berpisah bersama teman-teman Rendi. Kita kembali ke rumah Rendi untuk beristirahat menyiapkan fisik untuk esok hari. Esok hari saya dan Yudha akan melanjutkan perjalanan kembali ke Pulau Jawa, sedangkan Yosi masih melanjutkan perjalanannya untuk explore wisata di Lombok.
Hari ke-27 (13 Februari 2018)
Setelah semalaman cukup beristirahat, pagi ini saya dan Yudha akan melanjutkan perjalanan kembali ke Pulau Jawa. Tak lupa kami berpamitan dengan ibu Rendi yang sudah mengurusi kita selama berada di Lombok.
Hari yang cerah mengawali perjalanan saya keluar pulau Lombok. Kita bergegas menuju pelabuhan Lembar untuk menyeberang ke Pulau Bali. Selama kurang lebih 4 jam kami menyebrang menuju pelabuhan Padang Bai dan langsung lanjut menuju kota Denpasar untuk mengambil barang-barang di rumah Puput, saudara kami.
Setelah cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan menuju Gilimanuk untuk menyebrang ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Perjalanan kami tempuh hampir 3 jam untuk menuju pelabuhan Gilimanuk. Sesampainya disana tidak berlama-lama kita segera membeli tiket kapal penyeberangan menuju pelabuhan Ketapang.
Hari ke-28 (14 Februari 2018)
Tepat pukul 00.18 WITA saya menyeberang ke pulau Jawa dan kurang lebih 30 menit kita sampai di pelabuhan Ketapang. Segera kita mencari penginapan untuk beristirahat. Tarif penginapan di sekitar pelabuhan Ketapang tidaklah mahal, berkisar antara 60.000 – 80.000 rupiah per malam.
Karena waktu sudah larut malam dan kita butuh istirahat untuk perjalanan esok hari maka kita tidak lama membuang waktu untuk tidur. Setelah cukup beristirahat kita tidak lama membuang waktu untuk melanjutkan perjalanan kembali. Tujuan awal kita adalah melanjutkan perjalanan dari Banyuwangi menuju ke Yogyakarta.
Tapi di tengah perjalanan tuas kopling motor bermasalah sehingga kita memutuskan untuk singgah dan beristirahat di Blitar. Di sana ada saudara kita Satya yang berkerja di BPJS cabang Blitar. Bermalam lah kita di rumah kostnya. Hampir 12 jam kami tempuh dari Banyuwangi menuju Blitar melaui jalur selatan. Untuk memulihkan kondisi fisik setelah perjalanan jauh kita segera istirahat.
Hari ke-29 (15 Februari 2018)
Hari ini target perjalanan saya adalah menuju Cilacap, kota orang tua saya tinggal. Pukul 7.26 Wib saya, Yudha, dan Satya keluar dari rumah kost, saya dan Yudha menuju ke Yogyakarta dan Satya berangkat menuju kantor.
Perjalanan pagi ini terasa santai karena sudah mendekati ke tujuan akhir perjalanan yaitu pulang ke rumah. Hampir 7 jam lebih kita tempuh menuju kota Yogyakarta. Sesampainya disana kita mencari penjual duren yang ada di dekat kampus UNY. Hanya sekedar untuk beristirahat dan menghilangkan Lelah.
Setelah cukup beristirahat saya dan Yudha berpisah disini. Yudha tetap di Yogyakarta dan saya melanjutkan perjalanan ke Cilacap. Hampir 7 jam perjalanan saya tempuh untuk menuju Cilacap karena diguyur hujan lebat sekali. Akhirnya tiba di Cilacap pukul 21.30 dan bisa berkumpul dengan orang tua.
Hari ke-30 (16 Februari 2018)
Setelah beristirahat yang cukup, pagi hari ini saya mempersiapkan motor sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Depok. Saya membongkar beberapa spare part motor yang perlu diperbaiki. Hari ini agenda saya hanya istirahat dan menemani orang tua di rumah.
Hari ke-31 (17 Februari 2018)
Pagi ini saya bangun cukup pagi untuk mempersiapkan semuanya untuk kembali pulang ke Depok. Setelah sarapan dan kondisi motor siap saya melanjutkan perjalanan ke Depok. Berhubung kondisi jalanan Puncak sedang longsor maka saya akan mengambil alternatif melalui Purwakarta – Cikarang – Bekasi untuk menuju Depok. Setelah menempuh perjalanan selama 12 jam akhirnya sampai juga di rumah, Depok.
Alhamdulillah, perjalanan selama sebulan penuh melintasi 4 Pulau berjalan lancar, ucapan terima kasih sebesar besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu suksesnya pejalanan Depok – Flores.
Apabila ada teman-teman yang membaca cerita perjalanan ini dan membutuhkan informasi mengenai jalur, budget, akomodasi, dan lainnya bisa menghubungi saya di email : [email protected] atau bisa cek langsung video perjalanan saya di Instagram : ahyudhirickysetyawan. (MHZ)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini