KalbarOnline.com – ”Apakah hanya saya (yang selamat, Red)?” Pertanyaan itu terlontar dari bibir Sareno Edvarodo, salah seorang kru kapal Gulf Livestock 1, setelah diselamatkan penjaga pantai Jepang. Kapal yang ditumpanginya bersama 42 kru lainnya terbalik setelah dihantam badai Maysak pada Rabu (2/9). Nasib kru kapal yang lain belum diketahui. Hingga Kamis (3/9), pencarian dilakukan.
Pria 45 tahun asal Filipina tersebut menceritakan, dirinya langsung memakai jaket keselamatan dan menyelam ke laut ketika ada peringatan tanda bahaya. Ketika itu badai Maysak melewati mereka menuju Korea Selatan. Mesin kapal mati semua. Gulf Livestock 1 akhirnya tidak mampu bertahan saat digulung ombak besar dan terbalik. Kapal yang berlayar dari Napier, Selandia Baru, menuju Jiangtang, Tangsan, Tiongkok, itu tenggelam.
Kapten kapal, rupanya, sudah tahu bahwa nyawa mereka terancam. Mereka melakukan panggilan darurat dan meminta pertolongan saat posisinya berada 185 kilometer sebelah barat Pulau Amami Oshima, Jepang.
Penjaga pantai Jepang langsung mengirimkan beberapa pesawat dan kapal penyelamat untuk melakukan pencarian. Satu-satunya pria yang selamat itu ditemukan pada Rabu malam lalu tengah terombang-ambing sendirian di laut lepas.
Kru kapal nahas tersebut terdiri atas 39 warga Filipina, 2 warga Selandia Baru, dan 2 warga Australia. Australasian Global Exports menyewa Gulf Livestock 1 untuk pengiriman ternak. Gara-gara insiden tersebut, Kementerian Industri Primer (MPI) Selandia Baru menghentikan sementara ekspor ternak hidup.
”MPI ingin memahami lebih dulu apa yang terjadi pada kapal Gulf Livestock 1,” bunyi pernyataan mereka sebagaimana dikutip Agence France-Presse.
Dampak buruk badai Maysak di Korea Utara (Korut), Korea Selatan (Korsel), dan sekitarnya diperkirakan sebelumnya. Maysak adalah badai kedua dalam sepekan ini yang menghantam Semenanjung Korea. Badai Bavi lebih dulu datang dan memorak-porandakan sebagian wilayah di dua negara tersebut.
Di Korsel, dua korban tewas dan sekitar 2.200 orang lainnya harus dievakuasi ketika Maysak menyapu wilayah pantai selatan Busan kemarin pagi (3/9). Badai itu membawa angin berkecepatan hingga 140 kilometer per jam. Pohon, lampu lalu lintas, bahkan patung brachiosaurus di Ulsan, tumbang.
Badai juga mengakibatkan mati lampu yang berdampak pada 270 ribu penduduk, termasuk mereka yang tinggal di Pulau Jeju. Badai lantas menuju utara sebelum sampai di Kimchaek, Korut.
Saluran televisi Korut menyiarkan banjir yang terjadi di sepanjang pantai timur wilayahnya. Hujan memang terjadi selama sekitar 15 jam saat Maysak tiba di Korut. Negara yang dipimpin Kim Jong-un itu rentan terhadap bencana alam karena infrastruktur mereka tidak memadai. Belum ada laporan korban jiwa di Korut.
Comment