Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Senin, 14 Desember 2020 |
KalbarOnline.com – Brexit belum berakhir. Meskipun sudah berjanji bahwa keputusan harus dicapai Minggu (13/12), Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sepakat untuk memberi tim negosiator perpanjangan waktu.
Keputusan tersebut dicapai setelah dua pimpinan itu melakukan percakapan via telepon selama 30 menit sejak pukul 12.00 waktu Brussel. Johnson dan von der Leyen memutuskan untuk melanjutkan negosiasi setelah mendengar laporan dari masing-masing tim negosiator.
’’Meskipun sudah lelah setelah satu tahun berunding, kami merasa bahwa melanjutkan negosiasi adalah tanggung jawab yang harus kami penuhi,’’ ungkap mereka dalam pernyataan bersama yang dikutip The Guardian.
Baca juga: Antisipasi Brexit Januari, Inggris Kirim Vaksin dengan Pesawat Militer
Seharusnya, akhir pekan itu merupakan batas akhir negosiasi. Jika buntu, no deal adalah keputusan finalnya. Namun, anulir dari pimpinan Inggris dan Uni Eropa (UE) itu membuat status Brexit kembali mengambang. Kali ini, mereka tak menetapkan batas waktu.
Publik tak menyambut baik pengumuman tersebut. Sebab, itu artinya mereka bakal dibuat resah dalam dua minggu mendatang.
Ketua British Retail Consortium Helen Dickinson mengatakan bahwa dunia bisnis bakal menjadi yang paling menderita. ’’Kami sulit menentukan persiapan apa yang harus dihadapi pada 1 Januari nanti,’’ ungkapnya.
Meski begitu, Helen berharap bahwa perpanjangan waktu tersebut tak sia-sia. Dia mengatakan, Inggris bakal menghadapi tarif impor senilai 3 miliar poundsterling jika hubungan dagang dengan Uni Eropa sesuai aturan World Trade Organization (WTO). Hal tersebut pada akhirnya sampai ke level konsumen yang harus menghadapi kenaikan harga barang.
Belum lagi, proses bea cukai yang bakal lahir karena aturan WTO. Hal tersebut juga pasti mendongkrak harga barang yang dibeli masyarakat. ’’Saat ini banyak orang yang sudah terpukul karena virus korona. Rumah tangga tak sanggup lagi menerima pukulan ekonomi lainnya,’’ tegasnya.
Politisi dua kubu ingin menyebar optimisme di tengah tenggat yang mendekat. Mereka jelas tak ingin bisnis dan bursa panik karena kemungkinan perceraian tanpa perjanjian. Salah satunya, Perdana Menteri Irlandia Michael Martin.
Dia menjelaskan, 97 persen perjanjian sudah disepakati. Dia mengatakan, pembicaraan yang terus berlangsung hingga tengah malam membuktikan bahwa masih ada hal yang bisa didiskusikan. ’’Saya yakin sisa kesepakatan bisa dijembatani dalam sisa waktu,’’ ungkapnya kepada Agence France-Presse.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Brexit belum berakhir. Meskipun sudah berjanji bahwa keputusan harus dicapai Minggu (13/12), Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sepakat untuk memberi tim negosiator perpanjangan waktu.
Keputusan tersebut dicapai setelah dua pimpinan itu melakukan percakapan via telepon selama 30 menit sejak pukul 12.00 waktu Brussel. Johnson dan von der Leyen memutuskan untuk melanjutkan negosiasi setelah mendengar laporan dari masing-masing tim negosiator.
’’Meskipun sudah lelah setelah satu tahun berunding, kami merasa bahwa melanjutkan negosiasi adalah tanggung jawab yang harus kami penuhi,’’ ungkap mereka dalam pernyataan bersama yang dikutip The Guardian.
Baca juga: Antisipasi Brexit Januari, Inggris Kirim Vaksin dengan Pesawat Militer
Seharusnya, akhir pekan itu merupakan batas akhir negosiasi. Jika buntu, no deal adalah keputusan finalnya. Namun, anulir dari pimpinan Inggris dan Uni Eropa (UE) itu membuat status Brexit kembali mengambang. Kali ini, mereka tak menetapkan batas waktu.
Publik tak menyambut baik pengumuman tersebut. Sebab, itu artinya mereka bakal dibuat resah dalam dua minggu mendatang.
Ketua British Retail Consortium Helen Dickinson mengatakan bahwa dunia bisnis bakal menjadi yang paling menderita. ’’Kami sulit menentukan persiapan apa yang harus dihadapi pada 1 Januari nanti,’’ ungkapnya.
Meski begitu, Helen berharap bahwa perpanjangan waktu tersebut tak sia-sia. Dia mengatakan, Inggris bakal menghadapi tarif impor senilai 3 miliar poundsterling jika hubungan dagang dengan Uni Eropa sesuai aturan World Trade Organization (WTO). Hal tersebut pada akhirnya sampai ke level konsumen yang harus menghadapi kenaikan harga barang.
Belum lagi, proses bea cukai yang bakal lahir karena aturan WTO. Hal tersebut juga pasti mendongkrak harga barang yang dibeli masyarakat. ’’Saat ini banyak orang yang sudah terpukul karena virus korona. Rumah tangga tak sanggup lagi menerima pukulan ekonomi lainnya,’’ tegasnya.
Politisi dua kubu ingin menyebar optimisme di tengah tenggat yang mendekat. Mereka jelas tak ingin bisnis dan bursa panik karena kemungkinan perceraian tanpa perjanjian. Salah satunya, Perdana Menteri Irlandia Michael Martin.
Dia menjelaskan, 97 persen perjanjian sudah disepakati. Dia mengatakan, pembicaraan yang terus berlangsung hingga tengah malam membuktikan bahwa masih ada hal yang bisa didiskusikan. ’’Saya yakin sisa kesepakatan bisa dijembatani dalam sisa waktu,’’ ungkapnya kepada Agence France-Presse.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini