Pelajar Putus Sekolah dan Menikah Dampak Covid-19
KalbarOnline, Kapuas Hulu – Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 lalu, membuat Pemerintah Indonesia memberlakukan pembatasan sosial untuk mencegah penularannya. Untuk bidang pendidikan, sistem belajar mengajar diberlakukan secara online dan intensitas pendidikan akademis dan non formal menjadi berkurang. Keadaan ini memunculkan fenomena baru, yakni meningkatnya angka anak putus sekolah dan pernikahan muda.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Sri Siti Haslindar mengatakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara daring atau tidak tatap muka menyebabkan learning loss, artinya kesempatan anak untuk belajar itu boleh dikatakan sangat minim.
“Dampak dari daring peserta didik belajar sangat minim,” katanya saat ditemui di Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan, Kapuas Hulu, Kamis (7/1/2021).
Sri mengatakan, belajar itu tidak hanya secara akademik tetapi juga kemampuan bersosialisasi. Sosialisasi itu antara pelajar yang satu dengan pelajar yang lainnya. Dengan penerapan daring tentunya membatasi pelajar dalam bersosialisasi dan itu yang memang sangat terasa. Hal baru yang muncul belakangan ini adalah meningkatnya angka putus sekolah serta ada pelajar yang menikah.
“Beberapa bulan ini ada laporan dari kepala sekolah, ada belasan siswa SMA yang putus sekolah diantaranya ada yang menikah, ada yang berhenti untuk bekerja membantu orang tua. Hal ini tentunya sangat menjadi perhatian,” kata dia.
“Ada laporan dari kepala sekolah bahwa, ada belasan siswa berhenti sekolah, ada yang tingkat SMP dan SMA yang menikah,” timpalnya.
Dampak negatif lainnya yang terjadi secara kasat mata, kata Sri, ada pelajar yang lost personal karakter. Dimana kepribadian siswa tidak terkontrol, diantaranya terlihat dari segi kerapian rambut yang sudah panjang, penampilannya yang udah agak urakan. Sebab itu, kata Sri, kontak antara siswa itu betul – betul sangat diperlukan di dalam pembelajaran.
“Bila pembelajaran dilimpahkan juga dengan orang tua tentu harus ada penyesuaian dari segi pembelajaran anak tapi mereka bisa mendidik anaknya. Bila anak belajar dengan gurunya mereka bisa mendapat pendidikan dan pembelajaran sekaligus sesuai standar,” imbuhnya.
Sri berharap kedepannya ada sistem pembelajaran yang lebih baik. Dengan demikian memaksimalkan waktu para pelajar untuk membangun karakter secara baik tidak hanya akademisnya saja.
“Semoga kedepannya pendidikan kita lebih baik, anak-anak bisa belajar dengan baik dan tidak lagi yang putus sekolah dan nikah muda,” tandasnya.
Comment