Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : adminkalbaronline |
| Jumat, 07 Februari 2025 |
KALBARONLINE.com - Kepala Sekolah SMKN 1 Pontianak, Anis Sarifudin angkat bicara terkait aksi protes seratusan siswanya terhadap kelalaian pihak sekolah, yang hingga menyebabkan mereka gagal untuk mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Berdasarkan informasi yang diterima sebelumnya, akibat kelalaian ini, tidak kurang dari 103 siswa yang tidak dapat mengikuti SNBP tersebut, sehingga mereka hanya memiliki kesempatan melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT).
Anis menjelaskan, bahwa pihak sekolah sebenarnya sudah berusaha semaksimal mungkin dalam mengisi PDSS. Namun, beberapa kendala muncul selama proses tersebut.
"Kita sudah melakukan pengisian, tetapi ada beberapa kendala. Yang pertama, dari 139 siswa yang sudah kami sortir, ternyata 60 diantaranya mengundurkan diri, hampir 43 persen," ungkapnya.
Ia menambahkan, bahwa sekolah telah berupaya mengganti siswa yang mengundurkan diri dengan siswa lain untuk dimasukkan ke dalam PDSS. Namun, proses ini tidak berjalan semulus yang diharapkan.
"Proses memasukkan data juga membutuhkan waktu. Ditambah lagi, tidak semua siswa berada di sekolah karena ada yang sedang menjalani Praktik Kerja Industri (pendidikan lapangan), sehingga komunikasi antara wali kelas dan siswa tidak selalu lancar," jelasnya.
Kendala lainnya adalah terkait batas waktu pengisian PDSS yang berakhir lebih cepat dari perkiraan pihak sekolah.
"Pada akhirnya, semua data sudah siap, tapi kami tidak menyangka bahwa batas waktu pengisian PDSS berakhir pukul 15.00 WIB pada 31 Januari. Tim berpikir bahwa seperti pengiriman hardcopy yang biasanya bisa dilakukan hingga pukul 23.00 WIB. Namun, ketika hendak mengerjakan setelah Ashar, ternyata sistem sudah ditutup," tuturnya.
Sebelumnya aksi unjuk rasa serupa juga dilakukan oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Mempawah. Kelalaian ini tentu saja merugikan para siswa yang mempunyai kesempatan untuk mendaftar kuliah melalui jalur SNBP. (Lid)
KALBARONLINE.com - Kepala Sekolah SMKN 1 Pontianak, Anis Sarifudin angkat bicara terkait aksi protes seratusan siswanya terhadap kelalaian pihak sekolah, yang hingga menyebabkan mereka gagal untuk mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Berdasarkan informasi yang diterima sebelumnya, akibat kelalaian ini, tidak kurang dari 103 siswa yang tidak dapat mengikuti SNBP tersebut, sehingga mereka hanya memiliki kesempatan melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT).
Anis menjelaskan, bahwa pihak sekolah sebenarnya sudah berusaha semaksimal mungkin dalam mengisi PDSS. Namun, beberapa kendala muncul selama proses tersebut.
"Kita sudah melakukan pengisian, tetapi ada beberapa kendala. Yang pertama, dari 139 siswa yang sudah kami sortir, ternyata 60 diantaranya mengundurkan diri, hampir 43 persen," ungkapnya.
Ia menambahkan, bahwa sekolah telah berupaya mengganti siswa yang mengundurkan diri dengan siswa lain untuk dimasukkan ke dalam PDSS. Namun, proses ini tidak berjalan semulus yang diharapkan.
"Proses memasukkan data juga membutuhkan waktu. Ditambah lagi, tidak semua siswa berada di sekolah karena ada yang sedang menjalani Praktik Kerja Industri (pendidikan lapangan), sehingga komunikasi antara wali kelas dan siswa tidak selalu lancar," jelasnya.
Kendala lainnya adalah terkait batas waktu pengisian PDSS yang berakhir lebih cepat dari perkiraan pihak sekolah.
"Pada akhirnya, semua data sudah siap, tapi kami tidak menyangka bahwa batas waktu pengisian PDSS berakhir pukul 15.00 WIB pada 31 Januari. Tim berpikir bahwa seperti pengiriman hardcopy yang biasanya bisa dilakukan hingga pukul 23.00 WIB. Namun, ketika hendak mengerjakan setelah Ashar, ternyata sistem sudah ditutup," tuturnya.
Sebelumnya aksi unjuk rasa serupa juga dilakukan oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Mempawah. Kelalaian ini tentu saja merugikan para siswa yang mempunyai kesempatan untuk mendaftar kuliah melalui jalur SNBP. (Lid)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini