KalbarOnline.com – Korea Utara memberlakukan lockdown setelah satu kasus terkait Covid-19 ditemukan di Kaesong. Kasus tersebut berasal dari seorang pembelot Korea Selatan pada 2017 dan kembali ke Korea Utara. Pembelot tersebut tiba di Kaesong setelah melintasi perbatasan yang dijaga ketat dan kemudian menunjukkan gejala Covid-19.
Dilansir dari Express.co.uk, Senin (10/8), Pyongyang belum melaporkan kasus apa pun tetapi telah memantau daerah tersebut untuk menahan potensi penyebaran. Partai yang berkuasa di Korea Utara memberlakukan tindakan karantina yang ketat di kota Kaesong.
- Baca juga: Terkait Kasus Pertama Covid-19 di Korea Utara, WHO Meragukan Hasil Tes
Pada Minggu (9/8), televisi pemerintah menayangkan kereta tiba di kota itu, serta truk mendistribusikan paket bantuan kepada penduduk setempat. Kantor berita resmi KCNA mengatakan persediaan tiba pada Jumat (7/8) untuk membantu penduduk selama penguncian.
Hanya saja, belum ada konfirmasi resmi apakah pria tersebut positif terkena virus Korona atau tidak. Pejabat Korea Selatan mengatakan pria 24 tahun itu kembali ke Korea Utara setelah memiliki kasus tuduhan pelecehan seksual di Korea Selatan.
Pejabat kesehatan Seoul memastikan tidak ada indikasi dia sakit sebelum dia melintasi perbatasan. Mereka menambahkan bahwa setidaknya dua orang yang melakukan kontak dekat dengannya dinyatakan negatif virus Korona.
Berbicara kepada surat kabar online Daily NK pada 29 Juli, sebuah sumber di Provinsi Yanggang mengatakan meski pihak berwenang telah mengambil tindakan keras untuk menutup perbatasan dari virus, upaya penyeberangan perbatasan terus berlanjut. Maka dilakukanlah pemasangan pagar kawat untuk membatasi wilayah perbatasan.
- Baca juga: Ekonomi Korea Utara Melesat saat Dunia Dilanda Wabah Covid-19
“Pemasangan pagar kawat tambahan untuk menindak perilaku seperti itu telah berlangsung sejak awal Juli,” kata sumber tersebut.
Hanya saja, sumber Daily NK menyebutkan bahwa pemagaran itu tak efektif memberantas aktivitas ilegal. “Tidak mungkin memasang pagar kawat dapat sepenuhnya menghentikan penyelundupan atau penyeberangan perbatasan lewat sungai,” lanjut sumber itu.
“Sebagian besar pagar kawat di daerah perbatasan terbuat dari tali biasa yang dililitkan. Tidak ada duri di kabel, jadi mudah diangkat dengan tangan atau dipotong dengan alat,” imbuh sang sumber yang tak disebutkan namanya. Rekaman yang diperoleh Daily NK juga menunjukkan bahwa pagar itu rapuh. Saat tertiup angin, pagar mudah bergerak.
Comment