KalbarOnline.com – Pembukaan sekolah di zona kuning menuai kritik. Pasalnya, grafik penyebaran belum melandai, namun pembelajaran tatap muka tetap dilaksanakan.
Salah satu alasannya adalah pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang disebut memberikan dampak negatif bagi para peserta didik. Mulai dari anak putus sekolah hingga dampak psikologis.
Melihat hal itu, Pengamat dan Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji pun menilai bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim telah angkat tangan dalam menyelesaikan permasalahan pendidikan di tengah pandemi.
“Mendikbud sudah melambaikan tangan ke kamera dan menyerah urusi PJJ. Buktinya tiba-tiba buka sekolah, artinya kan ngga bisa jalanin PJJ, kalau dia mampu, kan tetap mengatakan tidak,” kata dia ketika dihubungi KalbarOnline.com, Selasa (11/8).
Menurut dia, Nadiem seharusnya lebih optimis terhadap pelaksanaan PJJ. Padahal, dia sendiri pernah mengatakan bahwa dunia saat ini tengah menuju ke era digitalisasi.
Apalagi, berdasarkan penelitian dari Harvard University pada tahun 2014 dengan mengacu data 2008-2009, ditunjukkan hasil bahwa kemampuan literasi dan numerasi anak yang bersekolah virtual lebih tinggi dibandingkan anak yang sekolah konvensional.
“Tapi pernyataan beliau PJJ membuat anak putus sekolah dan learning loss, berarti dia tidak membaca kajian internasional, karena sekolah-sekolah virtual yang hasilnya lebih baik. Harusnya beliau menunjukkan kalau ini memang kondisi tidak nyaman, tapi dia meyakini akan membawa pendidikan kita ke era digital, tinggal dia jelasin cara-caranya, ini kan ngga ada, hanya dikembalikan lagi ke pola yang lama (pembukaan sekolah),” tutur dia.
Kata Indra, ini menunjukkan bahwa Mendikbud tidak memiliki rencana ke depan dalam memasuki era digital. “Ya harus ditinjau ulang apakah memang beliau orang yang cocok untuk mengambil peran sebagai pemimpin pembangunan SDM,” tandasnya.
Comment