KalbarOnline.com – Beredar di media sosial surat pemanggilan wartawan senior Edy Mulyadi yang melakukan investigasi lapangan terkait tewasnya enam laskar FPI yang mengawal Habib Rizieq.
Edy dipanggil Dit Tipidum Bareskrim Mabes Polri untuk dimintai keterangan sebagai saksi dalam dugaan tindak pidana di muka umum secara bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang Juncto tindak pidana kepemilikan senjata api dan senjata tajam tanpa izin dan atau melawan petugas.
Dalam surat panggilan bernomor S.Pgl/2792/XII/2020/Dit Tipidum tanggal 11 Desember 2020, Edy diminta untuk menghadap penyidik Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri hari ini, Senin (14/7/2020) pukul 13.00 WIB.
Sebelumnya, video reportase wartawan Forum News Network (FNN) dari KM 50 tol Jakarta-Cikampek ditonton lebih dari 1 juta kali. Edy Mulyadi mengunjungi titik itu untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada enam laskar FPI yang tewas Senin dinihari pekan lalu (7/12/2020).
Kapolda Metro Jaya Fadil Imran mengklaim terjadi baku tembak di KM 50 jalan tol Jakarta Cikampek antara polisi dan laskar FPI. Peristiwa itu, kata Fadil, mengakibatkan 6 dari 10 anggota laskar FPI tewas. Namun sejumlah saksi mata di lokasi, memastikan tidak ada tembak-menembak.
“Saya sedang duduk di sini, ketika mobil polisi memalang mobil, yang kemudian saya ketahui, berisi laskar FPI. Polisi turun dari mobil dan langsung melepaskan dua kali tembakan dari jarak dekat ke arah penumpang mobil tersebut,” kata Ujang, sebut saja begitu namanya, kepada wartawan senior FNN, Edy Mulyadi, di KM 50, Rabu (9/12).
Menurut dia, sekitar 30 menit kemudian datang ambulan untuk menyangkut dua orang anggota laskar yang ditembak. Sisanya yang empat dipindahkan ke mobil lain, kemudian segera pergi meninggalkan lokasi kejadian.
Ujang menduga, dua orang yang dibawa ambulan itu sudah tewas. Sedangkan keempat orang yang masih hidup, sempat dipukuli sejumlah orang sebelum dipindahkan ke mobil lain dan dibawa pergi.
Video investigasi dari Edy Mulyadi dinilai sangat berani. Pantas saja, Edy telah malang melintang bekerja di berbagai media. Karier jurnalistiknya dimulai pada 1991 dengan bekerja sebagai wartawan Neraca.
Lalu ia bekerja sebagai wartawan Media Indonesia, Metro TV, dan TPI. Edy juga pernah bekerja di Warta Ekonomi.
Selain sebagai wartawan, Edy juga dikenal sebagai da’i, dan belakangan aktif di kelompok GNPF MUI. [rif]
Comment