Ketapang    

Dinilai Membahayakan Pasca Keracunan Massal, Orang Tua di Ketapang Larang Anak Sentuh Menu MBG

Oleh : adminkalbaronline
Rabu, 24 September 2025
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KALBARONLINE.com – Kasus keracunan massal yang menimpa puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 12 Benua Kayong di Kabupaten Ketapang membuat program Makanan Bergizi Gratis (MBG) menuai sorotan tajam.

Alih-alih membantu pemenuhan gizi siswa, program ini justru menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan orang tua murid.

Sejumlah wali murid memilih melarang anak mereka menyantap hidangan MBG yang dibagikan di sekolah karena khawatir akan kesehatan anak mereka.

“Daripada berisiko, lebih baik anak saya bawa bekal dari rumah,” kata Ratna (36 tahun), orang tua murid di Kecamatan Benua Kayong, Rabu (24/09/2025).

Hal senada disampaikan Susilo (53 tahun), wali murid di salah satu sekolah swasta di Ketapang. Ia mengaku trauma mendengar kabar keracunan sehari sebelumnya.

“Hari ini lebih banyak siswa tidak berani makan MBG di sekolah. Kami juga sudah melarang anak kami. Risikonya lebih besar daripada manfaatnya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SD Santa Monica, Yohanes Aliman membenarkan adanya penurunan drastis konsumsi MBG sejak insiden keracunan massal tersebut.

“Banyak anak tidak mengambil makanan MBG. Kalau pun ada, hanya sedikit yang disentuh. Biasanya habis, tapi hari ini banyak yang utuh, bahkan tidak dibuka dari wadahnya,” jelasnya.

Agar makanan tidak terbuang sia-sia, pihak sekolah akhirnya menawarkan menu tersebut kepada pihak lain di luar sekolah.

“Sayang kalau dibuang begitu saja. Semoga ini jadi pelajaran bagi dapur-dapur penyedia agar lebih waspada,” tambah Yohanes.

Keresahan orang tua semakin diperparah dengan isu-isu lain yang sebelumnya sempat beredar, seperti dugaan penggunaan wadah makan berlapis minyak babi di daerah lain. Meski kabar itu tidak terbukti di Ketapang, isu tersebut ikut menurunkan tingkat kepercayaan.

“Kalau soal kebersihan saja belum jelas, apalagi ada isu bahan berbahaya di wadahnya. Nyawa anak-anak yang jadi taruhannya,” kata Deki (43 tahun), warga Delta Pawan.

Selain faktor keamanan, sejumlah wali murid juga menyoroti masalah mubazir. Menu MBG yang tidak sesuai selera anak-anak kerap dibiarkan tak tersentuh.

“Anak-anak kadang tidak suka menunya. Akhirnya ditinggal atau dibawa pulang tapi tetap tidak dimakan. Mubazir sekali,” ujar Sari (31 tahun).

Para orang tua mendesak pemerintah daerah untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh, mulai dari kualitas bahan, kebersihan dapur, hingga sistem distribusi makanan.

“Kalau tidak ada perubahan serius, program ini bisa membahayakan nyawa anak-anak. Lebih baik anggaran MBG dialihkan untuk yang benar-benar membutuhkan,” pungkas salah satu wali murid. (Adi LC)

Artikel Selanjutnya
Kepala MBG Kalbar: Guru Wajib Cicipi Makanan Sebelum Diberikan ke Siswa
Rabu, 24 September 2025
Artikel Sebelumnya
DPRD Kalbar Desak Pengawasan MBG Diperketat Pasca Puluhan Siswa Keracunan di Ketapang
Rabu, 24 September 2025

Berita terkait