Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Jumat, 04 September 2020 |
KalbarOnline.com – Amerika Serikat kembali memojokkan Presiden Tiongkok Xi Jinping dengan melontarkan berbagai isu. Sebuah publikasi dari AS menuduh Xi Jinping menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk membangun kontrol totaliter negaranya.
“Sistem kontrol sosial digital tersebut dapat melacak semua, dipatroli oleh algoritma precog yang dapat mengidentifikasi pembangkang potensial secara real-time,” kata artikel tersebut seperti dilansir dari Times Now News, Jumat (4/9).
Tiongkok disebut telah memasang ratusan juta kamera. Pemerintah Tiongkok disebut sangat berharap dapat segera mencapai liputan video penuh dari publik negaranya.
“Pada waktunya, algoritma akan dapat merangkai poin data dari berbagai sumber, catatan perjalanan, teman dan kolega, kebiasaan membaca, pembelian untuk memprediksi perlawanan politik,” kata penulis artikel Ross Andersen.
Para ahli percaya bahwa ambisi Xi adalah untuk mencapai supremasi AI pada 2030. Tiongkok telah mengadopsi langkah-langkah pengawasan di masa lalu. Menjelang Olimpiade musim panas 2008 lalu di Beijing, layanan keamanan Tiongkok mencapai tingkat kontrol baru atas internet negara itu.
Selama wabah Covid-19, pemerintah Xi bergantung pada perusahaan swasta yang memiliki data pribadi yang sensitif. “Setiap pengaturan pembagian data darurat dibuat secara tertutup selama krisis,” ungkap publikasi itu.
Selain itu, warga Tiongkok tampaknya menjadi sasaran penilaian risiko selama tahap awal pandemi virus Korona. Setiap individu diberi kode warna hijau, kuning dan merah berdasarkan algoritma yang menentukan kemampuan mereka untuk transit. Dengan AI, Xi disebut dapat membangun aparat otoriter paling menindas dalam sejarah.
“Di startup AI paling terkemuka di Tiongkok yaitu SenseTime, CloudWalk, Megvii, Hikvision, iFlytek, Meiya Pico, Xi telah menemukan mitra komersial yang bersedia,” tulis Andersen dalam artikelnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Amerika Serikat kembali memojokkan Presiden Tiongkok Xi Jinping dengan melontarkan berbagai isu. Sebuah publikasi dari AS menuduh Xi Jinping menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk membangun kontrol totaliter negaranya.
“Sistem kontrol sosial digital tersebut dapat melacak semua, dipatroli oleh algoritma precog yang dapat mengidentifikasi pembangkang potensial secara real-time,” kata artikel tersebut seperti dilansir dari Times Now News, Jumat (4/9).
Tiongkok disebut telah memasang ratusan juta kamera. Pemerintah Tiongkok disebut sangat berharap dapat segera mencapai liputan video penuh dari publik negaranya.
“Pada waktunya, algoritma akan dapat merangkai poin data dari berbagai sumber, catatan perjalanan, teman dan kolega, kebiasaan membaca, pembelian untuk memprediksi perlawanan politik,” kata penulis artikel Ross Andersen.
Para ahli percaya bahwa ambisi Xi adalah untuk mencapai supremasi AI pada 2030. Tiongkok telah mengadopsi langkah-langkah pengawasan di masa lalu. Menjelang Olimpiade musim panas 2008 lalu di Beijing, layanan keamanan Tiongkok mencapai tingkat kontrol baru atas internet negara itu.
Selama wabah Covid-19, pemerintah Xi bergantung pada perusahaan swasta yang memiliki data pribadi yang sensitif. “Setiap pengaturan pembagian data darurat dibuat secara tertutup selama krisis,” ungkap publikasi itu.
Selain itu, warga Tiongkok tampaknya menjadi sasaran penilaian risiko selama tahap awal pandemi virus Korona. Setiap individu diberi kode warna hijau, kuning dan merah berdasarkan algoritma yang menentukan kemampuan mereka untuk transit. Dengan AI, Xi disebut dapat membangun aparat otoriter paling menindas dalam sejarah.
“Di startup AI paling terkemuka di Tiongkok yaitu SenseTime, CloudWalk, Megvii, Hikvision, iFlytek, Meiya Pico, Xi telah menemukan mitra komersial yang bersedia,” tulis Andersen dalam artikelnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini